Anda di halaman 1dari 17

LANDASAN PENDIDIKAN

Landasan Filosofis dalam


Pendidikan
Filsafat adalah studi tentang seluruh
fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan
dalam konsep mendasar.
Filsafat didalami dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi
untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak
diperlukan logika berpikir dan logika

Filsafat Pendidikan: menyelidiki hakikat


pelaksanaan pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan, latar
belakang, cara & hasilnya, serta hakikat
ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan analisis kritis terhadap struktur
& kegunaannya
Apakah sebenarnya pendidikan
itu?
Apakah tujuan pendidikan itu?
Dengan cara apa tujuan tersebut
dapat
dicapai?

Peran filsafat
dalam
pendidikan

Membantu perancang &


pelaksana dalam membentuk
pemikiran yang benar
terhadap proses pendidikan
Dasar kajian pendidikan
secara umum & khusus
Dasar kajian pendidikan
secara menyeluruh
Sandaran intelektual,
bimbingan & jawaban dari
masalah yang muncul
Pendalaman pemikiran
pendidikan dalam
hubungannya dengan aspek
kehidupan lainnya

Aliran
Filsafat
(sebagai
landasan
pelaksanaan
pendidikan)

Idealisme (Plato/427-347 SM)


Idealisme dalam filsafat mengatakan bahwa
realitas terdiri dari idealisme ide-ide, fikiran,
jiwa, dan bukan benda material atau tenaga.
Jiwa adalah riil dan materi adalah produk
sampingan.
Aliran ini menekankan bahwa pendidikan
merupakan kegiatan intelektual untuk
membangkitkan ide-ide yang masih laten,
antara lain melalui introspeksi dan tanya
jawab.
Oleh karena itu sekolah berfungsi membantu

Realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat
realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu
subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak
dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar
manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan
manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme:
Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken,
Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John
Stuart Mill.
Materialisme
Berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,
bukan rohani, spiritual atau supernatural. Beberapa
tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos,

Pragma
tisme
Aliran yang mengemukakan bahwa segala
sesuatu harus dinilai dari segi kegunaan
praktis. Ukuran kebenaran didasarkan pada
manfaat dari sesuatu itu bagi manusia.
Pendidikan adalah proses eksperimental,
metode mengajar yang penting adalah
metode pemecahan masalah.

Klasifikasi Aliran
Filsafat
Pendidikan
Brameld dalam Philosophies of
Education in
Cultural Perspective, 1955.
Esenstialism
Progressivism
Perennialism
Reconstructionism

Progressivisme
(1918),

menganggap pendidikan sebagai cultural

transition.

Pendidikan dianggap mampu merubah (membina kebudayaan


baru) yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan yang
lebih kompleks dan menantang.
Mempercayai manusia sebagai subjek yang memiliki
kemampuan menghadapi dunia & lingkungan hidupnya yang
multikompleks dengan skill & kekuatan sendiri.
Dengan kemampuannya itu, manusia dapat memecahkan
semua problemanya secara inteligen, dengan inteligensi aktif.
Anak berada di lingkungan yang selalu berubah, ia menjadi
bagian integral, namun tetap memiliki identitas diri yang berbeda
dengan makhluk alamiah manapun.
Anak memiliki potensi & kemampuan inteligensi yang dapat
memecahkan problema dalam hidupnya.
Proses pendidikan terutama dipusatkan untuk latihan &
penyempurnaan inteligensi.

Prinsip pokok aliran progresivisme:


Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk
merangsang minat belajar
Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing
kegiatan belajar
Sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium
untuk melakukan reformasi pedagogis dan experimentasi
Sekolah tidak mengajar anak, melainkan melaksanakan
pendidikan
Pendidikan bukan persiapan untuk hidup tetapi
merupakan kehidupan itu sendiri
Hanya demokrasi yang memungkinkan saling tukarmenukar ide, secara bebas yang amat berguna bagi
perkembagnan pribadi yang utuh
Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya
diutamakan daripada pelajaran yang pasif yang bersifat

Essensialisme:
Education as cultural conservation,
pendidikan sebagai pemelihara kebudayaan.
Aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan
lama, warisan sejarah yang terbukti kebaikankebaikannya bagi kehidupan manusia.
Sebagai reaksi atas kenyataan bahwa
kebudayaan modern gagal mencapai prospek
ideal.
Essensialisme merupakan paduan ide-ide
filsafat idealisme dan realisme (menerapkan
idealisme dan realisme secara eklektis)

Essensialisme mencurahkan usaha untuk:


Menelaah isi kurikulum dengan memisahkan
mana yang esensial (pokok, penting) dan
mana yang tidak esensial dari program
sekolah
Membangun kembali kewibawaan guru di
dalam sekolah:
- Belajar pada dasarnya meliputi kegiatan yang
berupa kerja keras
- Prakarsa dalam pendidikan terletak pada
guru
- Inti dari proses pendidikan adalah
terserapnya bahan pelajaran yang telah
direncanakan

Perennialisme (abad
20): Perennial berarti everlasting, abadi.
Didukung idealisme.
Menentang pandangan progresivisme yang
menekankan perubahan dan sesuatu yang
baru. Perenialisme memandang situasi dunia
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian,
dan ketidakteraturan, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual.
Menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsipprinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh, kuat dan teruji.

Prinsip pendidikan yang


dikemukakan:
Konsep pendidikan itu bersifat abadi karena
hakekat manusia yang tidak pernah berubah
Inti pendidikan harus mengembangkan
kekhususan manusia yang unik yaitu kemampuan
berfikir
Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi
dan universal
Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan
sebenarnya
Kebenaran abadi diajarkan melalui pelajaran dasar
(basic subject) untuk mengenal berbagai keadaan
yang sifatnya tetap

Rekontruksionisme (1930):
kelanjutan dari gerakan progresivisme
Ingin merombak tata susunan lama,
membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang sama sekali baru,
melalui lembaga dan proses pendidikan.
Dalam pendidikan, individu tidak hanya
belajar tentang pengalaman
kemasyarakatan masa kini, tapi harus
mempelopori masyarakat ke arah
masyarakat baru yang diinginkan.

Pokok-pokok konsepsi rekonstruksisme:


Dalam pendidikan, individu tidak hanya belajar
tentang pengalaman kemasyarakatan masa kini
tetapi harus mempelajari ke arah masyarakat baru
yang diinginkan
Sekolah perlu mengembangkan idiologi
masyarakat yang demokratis
Peranan guru adalah sebagai pemimpin dalam
proyek yang memberikan peranan murid cukup
besar dalam proses pendidikan
Guru harus dapat meyakinkan murid tentang
kebenaran dan mendesaknya untuk memecahkan
masalah melalui rekonstruksi sosial dengan cara
yang demokratis
Guru sebagai peneliti dituntut untuk menguasai
sejumlah pengetahuan dan basic science agar

Anda mungkin juga menyukai