Anda di halaman 1dari 36

DELEGASI DAN SUPERVISI

delegas
i

Supervisi

Mempermudah
pelaksanaan Tugas

Latar belakang
Pendelegasian dan supervisi
membuka banyak kesempatan bagi
penyalahgunaan maupun kesalahan.
Karena itu, perlu dikaji teknik-teknik
terbaik untuk memastikan delegasi
dan supervisi yang benar dalam
proses manajemen, serta mengkaji
konsekuensi hukum dari tindakan
tersebut.

Beberapa tantangan dalam manajemen


keperawatan yang ada di Indonesia

Belum ada kejelasan mengenai hirarki


kompetensi perawatan yang berlaku
secara umum. Contoh yang paling
jelas adalah belum adanya peraturan
yang baku tentang batas kewenangan
perawat lulusan D3 dan S1.
Tuntutan kompetensi dari perawat
yang diangkat sebagai supervisor pun
belum didefinisikan secara khusus.

Hubungan kolaborasi dengan profesi lainnya


(terutama dokter) juga belum distandarisasi.
Standar kompensasi yang saat ini berlaku,
masih berbasis profesi. Ini menyebabkan
timbulnya rasa ketidakadilan di sisi tenaga
perawat karena untuk tindakan yang sama
dengan durasi serta risiko yang sama, tenaga
perawat mungkin menerima kompensasi yang
lebih rendah dibandingkan profesi lainnya.
Belum adanya pemisahan fungsi manajerial
dan teknikal pada profesi perawat.

DEFINISI PENDELEGASIAN
1. Pendelegasian ialah proses terorganisir dalam
kerangka hidup organisasi/keorganisasian untuk
secara langsung melibatkan sebanyak mungkin
orang dan pribadi dalam pembuatan keputusan,
pengarahan, dan pengerjaan kerja-yang berkaitan
dengan pemastian tugas.
2. Pendelegasian ialah tindakan mempercayakan
tugas (yang pasti dan jelas), kewenangan, hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan
pertanggungjawaban kepada bawahan secara
individu dalam setiap posisi tugas.
3. Delegasi dapat diartikan sebagaipenyelesaian
suatu pekerjaan melalui orang lain. Atau pemberian
tugas kepada seseorang atau kelompok dalam
menyelesaikan tujuan organisasi.

Alasan pendelegasian
"mengapa pendelegasian itu
penting?" atau "mengapa
pendelegasian itu dibutuhkan dalam
hidup dan kerja suatu organisasi?"

1. Pemimpin hanya dapat bekerja bersama


dan bekerja melalui orang lain, sesuatu
yang hanya dapat diwujudkannya
melalui pendelegasian.
2. Melalui pendelegasian, pemimpin
memberi tugas, wewenang, hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan
pertanggungjawaban kepada bawahan
demi pemastian tanggung jawab tugas
(agar setiap individu peserta suatu
organisasi berfungsi secara normal).
3. Dengan pendelegasian, pekerjaan
keorganisasian dapat berjalan dengan
baik tanpa kehadiran pemimpin puncak
atau atasan secara langsung.

4. Dalam pendelegasian, pemimpin


memercayakan tugas, wewenang, hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan
pertanggungjawaban yang sekaligus
"menuntut" adanya hasil kerja yang pasti dari
bawahan.
5. Dalam pendelegasian, pemimpin memberikan
tugas, wewenang, hak, tanggung jawab,
kewajiban, dan pertanggungjawaban yang
sepadan bagi pelaksanaan kerja sehingga
bawahan dengan sendirinya dituntut untuk
bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan
kerja.

Sikap Delegasi
Pemimpin sering tidak mendelegasikan tugas
karena berbagai alasan, yaitu pemimpin tidak
tahu atau takut, dan mempertahankan status
quo, serta tidak memercayai orang
lain/mencurigai orang lain.
Pemimpin sering mendelegasikan semua tugas
karena pemimpin tidak tahu ataupun ingin
membebaskan diri/meringankan diri dari
kewajibannya.
Pemimpin sering mendelegasikan sedikit tugas
karena pemimpin takut atau sangat hati-hati,
atau kurang/tidak percaya.
Pemimpin dapat dan patut mendelegasikan tugas
dengan bertanggung jawab.

Prinsip delegasi
1. Tugas yang tepat harus diberikan kepada orang yang tepat
pula, sesuai dengan kapasitas/kompetensi yang ada
padanya.
2. Tugas yang tepat yang akan didelegasikan harus sepadan
dengan wewenang, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
pertanggungjawaban yang tepat pula.
3. Memercayakan suatu tugas harus disertai perhitungan
waktu yang tepat, kondisi yang tepat dalam suatu sistem
manajemen terpadu yang baik.
4. Pendelegasian harus dilaksanakan dengan ekspektasi
pragmatis yang didukung oleh sistem pengawasan yang
baik guna menciptakan efektivitas dan efisiensi kerja serta
produksi yang tinggi.
5. Pemimpin sebagai pemberi tugas harus secara konsisten
memberikan dukungan penuh ("backing") kepada setiap
bawahan yang menerima pendelegasian tugas darinya.
6. Pendelegasian yang dilaksanakan dengan cara yang tepat.

Cara yang tepat dalam


pendelegasian
Cara bijaksana, yaitu sikap bertanggung jawab penuh
dari pemimpin dan bawahan.
Cara konsistensi, yaitu sikap pasti yang terusmenerus dipertahankan oleh pemimpin dan
bawahan, antara lain:
1. tetap (tidak berubah) -- berdasarkan
ketentuan/polisi kerja organisasi yang berlaku;
2. teratur (berdasarkan sasaran/kecepatan/ketertiban
yang diminta) -- sesuai dengan sistem manajemen
organisasi yang ada.
3. terus-menerus (mencegah/mengatasi hambatan
dengan bekerja secara tetap) -- yaitu sesuai dengan
tuntutan kerja dan batas waktu yang telah
ditetapkan.

ANA (syarat pendelegasian)


right task: tugas yang diberikan untuk
didelegasikan harus tepat
right circumstances: situasi pemberian
delegasi harus benar
right person: penerima delegasi harus
kompeten untuk melakukannya
right direction and communication: petunjuk
dan komunikasi dilakukan secara benar
right supervision and evaluation:
pemantauan dan evaluasi dilaksanakan
dengan benar

Ketidakefektifan
pendelegasian
underdelegation (kurang delegasi) : Pelimpahan
tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang yang
sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu
jelas.
over-delegation (delegasi berlebihan) : Pemberian
delegasi berlebihan. Dan tidak sesuai dengan
kompetensi hal ini dapat menimbulkan kesalahn
dan berdampak buruknya pelayanan dan beresiko
untuk menimbulkan tuntuan bila terjadi kesalahn.
unproper delegation (delegasi tidak tepat) :
Pelimpahan yang tidak tepat.

Masalah lain yang dapat


timbul

Masukan tidak terkontrol dapat dilihat pada hasil nyata yang dicapai
dalam pengerjaan tugas.
Tugas yang didelegasikan terlampau banyak, atau terlalu sedikit, yang
dalam kenyataannya tidak sesuai dengan kapasitas bawahan.
Tidak ada pelatihan bagi tugas, baik pelatihan tugas, atau latihan di
dalam tugas ("in-service training").
Informasi yang kabur.
Komando dari atas yang datang dari dua sumber yang berbeda. Ini
menciptakan kebingungan bagi dan di antara para bawahan yang
dihadapkan dengan pertanyaan, "perintah yang mana yang harus
dituruti?"
Bawahan tidak mengerti nilai dari tugas yang diinformasikan
(primer/sekunder)
Harapan pemimpin yang berlebihan, tanpa mengetahui dengan jelas
akan kemampuan para bawahannya dengan pasti.
Motivasi dan harapan para bawahan yang bersifat kompleks terhadap
pemimpin, tugas, imbalan, situasi/kondisi, dsb.

Keberhasilan dalam
pendelegasian
Tindakan pendelegasian tugas dapat
mempermudah dan meringankan kerja seseorang
dalam organisasi. Namun ada beberapa hal yang
patut diperhatikan untuk memastikan bahwa
delegasi berjalan dengan lancer:
Komunikasi yang jelas dan lengkap : Kelengkapan
informasi yang disampaikan, akurasi terhadap
pesan, penggunaan kata-kata atau istilah yang
mudah diterima oleh penerima pesan
Ketersediaan sumber dan sarana
Monitoring / Supervisi
Pelaporan kemajuan tugas limpah

Definisi supervisi

Supervisi dapat diartikan sebagai kegiatan


yang dilakukan oleh seseorang yang
berwenang untuk mengawasi dan
memastikan bahwa karyawan yang berada
di bawah pengawasannya (baik secara
langsung maupun tidak) dapat
menyelesaikan tugasnya dalam konteks
pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Supervisi penting dilakukan untuk
memastikan bahwa suatu tugas yang
didelegasikan telah dilakukan dengan baik.
Supervisi dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang yang
berwenang untuk mengawasi dan
memastikan bahwa karyawan yang berada
di bawah pengawasannya (baik secara
langsung maupun tidak) dapat
menyelesaikan tugasnya dalam konteks
pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Supervisi penting dilakukan untuk
memastikan bahwa suatu tugas yang
didelegasikan telah dilakukan dengan baik.

Sebelum supervisi Perlu


analisa delegasinya
Delegasi yang bersifat struktural,
membuahkan kegiatan supervisi yang
juga bersifat struktural, di mana
seorang supervisor diberi wewenang
untuk melakukan kegiatan pengawasan
secara terus-menerus terhadap kinerja
sekelompok orang bawahannya.
Delegasi yang bersifat fungsional.
Delegasi seperti ini dilakukan untuk
jangka pendek di mana pihak yang
memberikan delegasi, secara
sementara dan terbatas, memberikan
wewenang kepada pihak lain yang
memiliki kompetensi untuk melakukan
suatu tugas atau prosedur.

Supervisi merupakan konsekuensi


langsung dari adanya delegasi.
Berbagai tugas yang termasuk
dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien tidak
mungkin dapat dilakukan secara
independen. Namun, perlu diingat
bahwa delegasi berarti
menyerahkan suatu pekerjaan atau
tugas kepada orang lain dengan
tetap bertanggung jawab terhadap
hasil akhir. Karena itu, dalam setiap
tindakan delegasi, supervisi
diperlukan untuk memastikan bahwa
delegasi yang dilakukan
membuahkan hasil yang diharapkan.

Tujuan supervisi
Memberikan bantuan kepada
bawahan secara langsung
sehingga dengan bantuan
tersebut bawahan akan memiliki
bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan hasil yang baik
(Suarli, 2009).

Manfaat supervisi
Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja,
peningkatan ini erat kaitannya dengan
peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbinanya hubungan
dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
atasan dan bawahan.
Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja,
peningkatan ini erat kaitannya dengan makin
berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya
(tenaga, harta, dan sarana) yang sia-sia akan
dapat dicegah (Azwar 1996, dalam Nursalam,
2007).

Prinsip supervisi
Supervisi dilakukan sesuai dengan
struktur organisasi
Didasarkan atas hubungan profesional
dan bukan pribadi.
Kegiatan direncanakan secara matang.
Bersifat edukatif, supporting dan informal.
Memberikan perasaan aman pada staf
dan pelaksana keperawatan
Membentuk hubungan kerjasama yang
demokratis antara supervisor dan staf.
Harus objektif dan sanggup mengadakan
self evaluation.

Harus progresif, inovatif, fleksibel dan


dapat mengembangkan kelebihan
masing-masing perawat yang disupervisi.
Konstruktif dan kreatif dalam
mengembangkan diri disesuaikan dengan
kebutuhan.
Dapat meningkatkan kinerja bawahan
dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan.
Suprvisi dilakukan secara teratur dan
berkala.
Supervisi dilaksanakan secara fleksibel
dan selalu disesuaikan dengan
perkembangan.

Cara supervisi
a. Supervisi Langsung : Supervisi dilakukan langsung pada
kegiatan yang sedang berlangsung. Berupa bimbingan dan
arahan.
Cara supervisi terdiri dari :
1. Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus
membuat perencanaan tentang apa yang akan disupervisi,
siapa yang akan disupervisi, bagaimana tekniknya, kapan
waktunya dan alasan dilakukan supervisi (Kron, 1987).
Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-unsur :
Objektif / tujuan dari perencanaan, Uraian Kegiatan, Prosedur,
Target waktu pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran
(Suarli, 2009).
2. Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi
pengarahan tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Cara pengarahan yang efektif adalah :


Pengarahan harus lengkap
Menggunakan kata-kata yang
tepat
Bebicara dengan jelas dan lambat
Berikan arahan yang logis.
Hindari memberikan banyak
arahan pada satu waktu.
Pastikan bahwa arahan dipahami.
Yakinkan bahwa arahan supervisor
dilaksanakan sehingga perlu
kegiatan tindak lanjut.

3. Membimbing
Bimbingan yang diberikan
diantaranya dapat berupa :
pemberian penjelasan,
pengarahan dan pengajaran,
bantuan, serta pemberian contoh
langsung.
4. Memotivasi
Supervisor mempunyai peranan
penting dalam memotivasi staf
untuk mencapai tujuan organisasi.

Kegiatan yang perlu dilaksanakan supervisor dalam


memotivasi antara lain adalah (Nursalam, 2007) :
Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan
mengkomunikasikan harapan tersebut kepada para
staf.
Memberikan dukungan positif pada staf untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Memberikan kesempatan pada staf untuk
menyelesaikan tugasnya dan memberikan
tantangan-tantangan yang akan memberikan
pengalaman yang bermakna.
Memberikan kesempatan pada staf untuk
mengambil keputusan sesuai tugas limpah yang
diberikan.
Menciptakan situasi saling percaya dan
kekeluargaan dengan staf.
Menjadi role model bagi staf.

5. Mengobservasi (Nursalam,
2007)
supervisor harus melakukan
observasi terhadap kemampuan
dan perilaku staf dalam
menyelesaikan pekerjaan dan
hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh staf.
6. Mengevaluasi
Diperlukan suatu evaluasi upaya
pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana yang telah
disusun sebelumnya.
Perlu umpan balik.

b. Supervisi Tidak Langsung


Supervisi dilakukan melalui laporan
tertulis, seperti laporan pasien dan
catatan asuhan keperawatan dan
dapat juga dilakukan dengan
menggunakan laporan lisan seperti
saat timbang terima dan ronde
keperawatan. Pada supervisi tidak
langsung dapat terjadi kesenjangan
fakta, karena supervisor tidak
melihat langsung kejadian
dilapangan. Oleh karena itu agar
masalah dapat diselesaikan , perlu
klarifikasi dan umpan balik dari
supevisor dan staf.

Area supervisi
1.Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab dalam
supervisi pelayanan keperawatan diunit kerjanya. Kepala rungan
merupakan ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan
pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian di unit kerjanya.
2.Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit pelayanan
berada di bawah satu instalasi, pengawas perawatan bertanggung
jawab dalam melakukan supervisi pada areanya yaitu beberapa
kepala ruangan yang berada dalam satu instalasi tertentu, misalnya
instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan dan lain-lain.
3.Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah satu
pengawasan kepala seksi. Kepala seksi mengawasi pengawas
keperawatan dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.
4.Kepala Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung
jawab untuk melakukan supervisi kepada kepala seksi secara
langsung dan semua perawat secara tidak langsung.

Model supervisi
1. Pra supervisi: menetapkan kegiatan yang akan disupervisi dan tujuan
2. Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
b) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c) Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associste untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
d) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
e) Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan
Perawat Associate
f) Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer
dan Perawat Associate
g) Supervisor memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan
Perawat Associate.

Tugas dan tanggungjawab


supervisor
1. Manajemen pelayanan keperawatan.
a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.
b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain
yang terkait.
2. Manajemen anggaran
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yg tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk perencanaan
anggaran keperawatan.
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.

Instrumen supervisi
Job description
Kompetensi
SOP

Anda mungkin juga menyukai