Anda di halaman 1dari 27

Pendekatan Klasik

Teori dan analisis


Oleh
Drs I Ketut Putra Erawan,MA, PhD
Jaka Triwidaryanta

Teori

Blalock(1969), Bailey(1982) mengeksplorasi tentang teori yang dapat diartikan


satu rangkaian konsep,definisi, proposisi
yang secara sistematis mampu
melahirkan cara pandang terhadap satu
fenomena atas dasar hubungan yang
spesifik antar variabel yang digunakan
dan tujuan menjelaskan dan
meramalkan fenomena tersebut.

Hal yang harus diperhatikan


dalam penggunaan teori
Confounding

variabel; rangkaian variabel


yang sengaja dipilih atau digunakan
Unit of analysis;kelompok atau orang
yang memiliki ciri-ciri tertentu sebagai
basis analisis dan penarikan kesimpulan
Type of relationship among variabel ;
hubungan antar variabel yang digunakan
yang seringkali bersifat spesifik.

Pedoman untuk mengetahui


berguna tidaknya teori

Testable: proposisi yg diajukan ada kemungkinan ditolak,ditambahkan proposisi baru ,


sehingga daya penjelas dari teori bertambah
Communicable: membuka kemungkinan bagi
peneliti lain memahami konstruksi logika yang
dibangun
Fruitful :memproduksi dan menguji hipotesis,
serta memberi tambahan dimensi penjelasan
baru dari dimensi yang sudah dikenal
Elegant : sekalipun dimensi penjelasan lengkap
tetapi konsep kunci dasar, ciri khas, entitas satu
teori tetapharus bisa ditemukan.

Teori dalam Pendekatan


Klasik
Beberapa contoh teori dalam
pedekatan Klasik:
Teori sistem
Teori struktural fungsional
Teori governance
Hanya dibahas 2 saja pertimbangan
waktu

1.Teori sistem

Tokoh David Easton, pemikiran teori ini


didasarkan pada sistem astronomi , tubuh
manusia( sebagai sistem: seperti respirasi,
metabolisme). Teori ini memisahkan antara
politik dan bukan. Kalau sistem diibaratkan
tubuh, maka dapat amati bagian sub sistem
yang melaksanakan fungsi sendiri( dapat
dipisahkan ). Sebagai sistem, manusia tidak
tinggal sendiri, hidup dalam lingkungan bersama
sistem lainnya untuk menjaga esksistensi baik
tekanan maupun gangguan. Implikasi teori
sistem sebagai basis analisis siste politik

Ciri sistem politik

Ciri identifikasi: unit: tindakan, batas: tidak


dalam kondisi entropi
Input-out put ; perlu diidentifikasi input,
transformasi dan output
Deferensiasi struktur: perlu sebab tak
mungkin struktur sama melakukan fungsi
secara bersamaan
Integrasi sistem: menetapkan mekanisme
integrasi sehingga mampu membuat
keputusan

Sistem politik
Lingkungan eksternal

konversi
input

Lingkungan
internal

Out put

Umpan balik

2. Teori Governance

Segala bentuk relasi kekuasaan yg


bersinggungan dengan persoalan urusan
publik.urusan publik dilihat implikasi dan sifat
externalis-nya
Sorensen, 2002: pergeseran dari studi struktur
formal pemerintahan yang hirarkis ke
governance yang melihat dinamika politik dan
pemerintahan pada arena yang lebih luas dan
bersifat horizontal. Adanya penegasan bahwa
signifikansi perlunya perubahan proses ,
metode dan capaian kepemerintahan
( Rhodes, 1996)

Memetakan pemikiran
governance
Community

governance(Sommerville, 2003)
Network
governance( Sorensen,2002)
New Regulatory State( Kanishka
Jayasuriya, 2004)

New Regulatory State:NRS

New Regulatory state:NRS adalah produk kebijakan


yang dihasilkan negara. Ada model pembuatan
kebijakan, yaitu model atribut dan relational. Model
atributif menekankan transformasi kapasitas proses
pembuatan kebijakan yang efisien yang
melinbatkan aktor governance termasuk di luar
batas negara. Model relational; governance
meningkatkan kapasitasnya sebagai respon
terhadap keniscayaan interkasi dengan aktir global.
Kekuatan global dan keterlibatan aktor aktor di luat
negara tidak berarti melemahkan eksekutif, tetapi
meredefiniskan posisi eksekutif dalam new
regulatory state. Sifat-sifat yang diinginkan:
1.keterlibatan publik lebih luas

2.melampui batas negara ala weberian dan


westphalian yg melihat sovereignty of state
sebagai sesuatu yang absolut
3.Transformasi governance ke dalam meta
governance yang ditandai dengan
keterlibatan, legitimasi dan monitoring
berbagai sumberdaya governance(aktor) dan
pengaturan. Metagovernance men-delimitasi
ranah-ranah partikuler governance yang
selama ini secara tegas didefinisikan.

Network Governance(NG)
Transfromasi dalam memahami sistem politik dan
pemerintahan dari government ( hirarkis)ke sistem
kesatuan dilengkapi sistem hukum menuju
governance( horizontal)dengan jaringan
pengaturan yg mandiri.(NG)
Prinsip
1. NG memandang administrasi rakyat bukan sesuatu
yang given, merupakan hasil proses politik
2. NG menghadirkan kritik terhadap model
perwakilan perwakilan. Konsep perwakilan
hakikatnya tidak mencerminkan masyarakat. Tetapi
bagian masyarakat lain elitisme
perwakilan,partikularisme perwakilan dan
perwakilan terbatas

lanjutan
3. NG memandang administrasi tdak harus apolitis, dalam kenyataannya justru administrasi
memiliki pengaruh bahkan menentukan( Halevy,
1993), bahkan Lennart Lundquist(2000)
memandang administrasi publik memainkan
fungsi sebagai katalis bagi proses kebijakan
yang demokratis
4. NG memandang sistem politik dan sistem sosial
tidak mesti dipisahkan karena saling
mendukung dalam membangun
persamaan/keadilan politik dalam masyarakat
plural.

Community
Governance(CG)

Visi utama CG adalah untuk memperkuat kapasitas


pemerintahan dan masyarakat pada aras lokal
melalui pemberdayaan pemerintahan yang
partisipatif.Pemerintahan partsipatif bisa didorong
dengan meningkatkan kapasitas partisipasi dari
masyarakat dalam proses policy dan dengan
meningkatkan kapasitas akuntabilitas dan
transparansi dari sisi pemerintah
Ada tiga perspektif: municipalist,network, dan
citizen. Perspektif municipalist menekankan
bentuk demokrasi asosiatif, diman asosiasi sukarela
menangani penyediaan/penyampaian jasa kepada
masyarakat sipil. Perspektif network melihat
bagaimana pemerintahan yang secata klasikal
bersifat hirarki dijalankan dengan

pola baru menekankan pada aspek jarungan dan


kerjasama yang melibatkan berbagai lembaga
yang ada dalam komunitas, baik pasar maupun
civil society.
Perspektif citizen menunjuk pada kemampuan
komunitas untuk mengonntrol sendiri lembaga
pemerintahannya, dengan asumsi bahwa
komunitas tersebut dibangun dari basis
pertetanggaan( neighbourhood)

Implikasi
1.Catatan : Governance merupakan pemikiran liberalis
harus dikritisi dalam ideologi Pancasila
2. Kasus : STUDI PERENCANAAAN DAN
PENGANGGARAN PUBLIK BERBASIS GOOD
GOVERNANCE
TESIS MAP
SETINUS SAJA
1668-/PS/MAP/05
Tim : Pembimbing Prof DR Warsito Utomo
Penguji
DR Wahyudi Kumorotomo

Suripto SIP MPA

Perubahan paradigma dalam


penyelenggaraan negara/pemerintahan
dari sentralistis ke desentralistis, dari
government ke governance, serta
pemerintahan serba negara ke serba
pasar adalah konsekuensi tuntutan
demokrasi global. Dalam hal ini kebijakan
desentralisasi melalui otonomi daerah
dianggap sebagai cara terbaik dalam
mewujudkan demokrasi dalam
penyelenggaraan negara/pemerintahan.

Rumusan masalah: bagaimanakah


pelaksanaan perencanaan dan penganggaran
publik serta faktor faktor apakah yang
mempengaruhi efektvitas pelaksanaannya di
kota Jayapura ? Penelitian ini bertujuan
mengetahui penerapan good governance
dalam perencanaan dan penganggaran publik
dan faktor yang mempengaruhi.

Penelitian kualitatif deskripstif dengan


analisis data sekunder maupun primer dan
wawancara responden terpilih secara dari 33
orang

Hasil

penelitian bahwa proses


perencanaan dan penganggaran publik
pada pemerintah kota Jayapura dengan
indikator transparansi,partisipasi, dan
akuntabilitas, menunjukkan bahwa
perencanaan dan penganggaran publik
belum menempatkan unsur good
governance secara optimal. Hal ini
ditunjukkan oleh data tentang
minimnya transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas pemerintah daerah.

Faktor yang mempengaruhi bersifat


internal belum adanya komitmen
pemda, keterbatasan sumber daya
aparatur, keterbatasan finansial.

Faktor eksternal: ketidakjelasan


peraturan perundangan pemerintah
sehingga menimbulkan multitafsir
dalam penerapan peraturan tentang
perencanaan dan penganggaran publik

Wujud penyelenggaraan pemerintahan


daerah yang demokratis dalam kerangka
otonomi daerah adalah penerrapan unsur
unsur kepemerintahan yang baik( good
governance) antara lain transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas dalam
pembuatan kebijakan pemerintah termasuk
kebijakan strategis seperti halnya anggaran.
Selama beberapa tahun penyelenggaraan
otonomi daerah dalam era reformasi,
pengelolaan anggaran daerah belum
sepenuhnya menerapkan unsur-unsur
kepemerintahan yang baik.

Hal

ini ditunjukkan dengan


berbagai persoalan anggaran. Di
Kota Jayapura perencanaan
anggaran sampai dengan
penetapan yang dilakukan melalui
mekanisme musrenbang yang
bersifat bottom up bahkan
dikeluhkan sebagai kegiatan yang
mubazir serta kurang
menunjukkan hasil yang jelas.

Terima

kasih

Lampiran
Basis
Jenis
Sasaran Sarana/ Analisis
analisis data
Medium
yang
dibutuh
kan
RPJMD

Doku
men,
pendapat

Pejabat
terkait
di pem
kot
Jayapur
a, DPRD
Jayapur

Ambil
deskript
dokume if
n,
wawanc
ara

Basis
Jenis
Sarana/ Sarana/ Analisis
analisis data
Medium Medium
yang
dibutuh
kan
Siklus
Dokuanggar- men,
an
pendapat

Pejabat
terkait
di pem
kot
Jayapur

FGD,
deskript
ambil
if
dokume
n,
wawanc

diakronik konsep penjelas dalam


konteks lokalitas
Reflektif teoritik

Anda mungkin juga menyukai