Buddha yang berarti yang mencapai pencerahan sejati. Pada awalnya agama Buddha bukanlah suatu agama,
melainkan suatu ajaran dari seseorang yang telah memperoleh pencerahan bernama Siddharta Gautama.
Pangeran Siddharta adalah anak raja beragama Hindu bernama Suddhodana dan Ratu Maha Maya Dewi.
Buddha menemukan bahwa hidup ini adalah penderitaan (ketidakpuasan). Penderitaan atau pengalaman
ketidakpuasan itu disebabkan oleh nafsu keinginan (keserakahan), ketidaksukaan (kebencian), dan kebodohan
(kegelapan, kurangnya kebijaksanaan). Ada keadaan damai di mana tidak ada penderitaan atau pengalaman
ketidakpuasan, yaitu yang disebut Pencerahan atau Nirwana. Dengan Pencerahan, manusia bisa bebas dari
penderitaan atau perasaan ketidakpuasan. Namun, pencerahan itu dapat dicapai hanya dengan melakukan dan
menghayati delapan jalan mulia (delapan jalan kebenaran), yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan
Benar, Perilaku Benar, Penghidupan Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar. Kitab suci agama Buddha
adalah Tripitaka. Pada tahun 78 M, terjadi perpecahan di antara penganut agama Buddha. Perpecahan ini
melahirkan dua aliran, yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Buddha Mahayana lebih kompleks
karena banyak dipengaruhi oleh agama dan kepercayaan lain, seperti agama Hindu dan Taoisme sehingga
mengenal dewa-dewi juga. Sedangkan Buddha Hinayana mendekati ajaran Buddha yang sesungguhnya.
B.
1.
a.
b.
2.
Teori Brahmana : para Brahmana datang ke Indonesia atas undangan pemimpin suku dalam rangka
melegitimasi kekuasaan mereka sehingga setingkat dengan raja-raja di India.
Teori Arus Balik : berdasarkan teori ini disebutkan bahwa agama dan kebudayaan Hindu disebarkan
oleh bangsa Indonesia sendiri.
C. Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa HinduBuddha
1.
moyang. Masuknya pengaruh Hindu membuat masyarakat Indonesia mengenal dewa-dewi, yang merupakan
perwujudan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kehidupan sosial, pengaruh kebudayaan Hindu yang nyata
adalah dengan dikenalnya sistem pelapisan sosial di dalam masyarakat atau disebut juga sistem kasta.
5.
Candi merupakan bangunan utama yang banyak didirikan pada masa pengaruh Hindu-Buddha. Hal ini
dikarenakan baik agama Hindu maupun agama Buddha memiliki konsep pemujaan baik terhadap Buddha
maupun terhadap dewa-dewi agama Hindu . Candi dalam agama Hindu memiliki fungsi yang lebih luas selain
sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja (menyimpan abu jenazah). Hal ini terkait
dengan konsep dewa raja, di mana seorang raja harus dihormati sedemikian rupa karena raja adalah titisan
Dewa Wisnu sang pemelihara alam.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan yang berdiri sekitar abad
ke-4 ini berlokasi di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Sumber sejarah yang menjadi bukti arkeologis tentang
keberadaan kerajaan ini adalah dari temuan prasasti yang ditulis di atas yupa atau tugu batu berjumlah tujuh
buah, yang ditemukan sekitar tahun 1879 dan tahun 1940 di daerah hulu Sungai Mahakam. Prasasti tersebut
ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa, yaitu huruf yang banyak digunakan di wilayah India Selatan dan
berbahasa Sanskerta. Raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman.
2.
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Hindu tertua berikutnya adalah Kerajaan Tarumanagara yang terletak di wilayah Jawa Barat.
Keberadaan Kerajaan Tarumanagara dibuktikan oleh tujuh buah prasasti yaitu Prasasti Ciaruteun, Prasasti
Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Tugu, dan Prasasti
Cidanghiang.
3.
Pajajaran adalah pusat Kerajaan Sunda, sebuah kerajaan yang selama beberapa abad (abad ke-7 sampai
abad ke-16) pernah berdiri di wilayah barat Pulau Jawa, meliputi Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan
sebagian Jawa Tengah. Kerajaan ini bercorak Hindu dan Buddha. Sekitar abad ke-14 diketahui bahwa kerajaan
ini telah beribu kota di Pakuan Pajajaran serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Sunda Kelapa dan
Banten. Raja yang paling terkenal dari Kerajaan Pajajaran adalah Sri Baduga Maharaja. Kerajaan Pajajaran
(Sunda) berakhir ketika diserang pasukan Maulana Yusuf dari Kesultanan Banten pada tahun 1579.
4.
Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu adalah kerajaan bercorak Buddha yang terletak di Sumatra. Lokasinya dekat Selat Malaka,
yaitu sekitar Jambi (Chan-pei), yaitu di tepi kanan-kiri Sungai Batanghari. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-7
dan kemudian ditaklukkan oleh Sriwijaya sekitar tahun 692 M, namun kemudian muncul lagi sebagai sebuah
kekuatan besar pada tahun 1275 dan berkembang pesat pada masa pemerintahan Raja Adityawarman.
5.
Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan maritim bercorak Buddha yang pernah berdiri di Pulau
Sumatra dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Sumatra,
Jawa, pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan, dan Semenanjung Malaya. Masyarakat Sriwijaya
sebagian besar hidup dari hasil perdagangan dan pelayaran. Kerajaan ini mengendalikan jalur perdagangan
maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Selat Karimata, dan bahkan Tanah
Genting Kra (Thailand dan Myanmar).
Kerajaan Sriwijaya mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Kemajuan
yang pesat dari Kerajaan Sriwijaya didukung oleh faktor-faktor berikut.
. Letaknya strategis yang berada di jalur perdagangan antara India dan Cina.
. Menguasai jalur-jalur perdagangan.
. Hasil-hasil buminya menjadi komoditas yang berharga.
. Memiliki armada laut yang kuat.
. Pendapatan melimpah dari upeti raja-raja yang ditaklukkan dan cukai barang perdagangan.
Sriwijaya mengalami kemunduran sekitar abad ke-12. Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran
Sriwijaya adalah sebagai berikut.
. Serangan dari Kerajaan Medang Kamulan di bawah pimpinan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M.
. Serangan dari Kerajaan Colamandala (India) pada tahun 1023 M dan 1030 M.
. Negara-negara taklukkan satu per satu melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Hal ini
mengakibatkan kemunduran ekonomi dan perdagangan.
. Terdesak oleh Kerajaan Thailand yang mengembangkan kekuasaannya sampai Semenanjung Malaya.
. Serangan dari Kerajaan Majapahit pada tahun 1477 M, dan berhasil menaklukan Kerajaan Sriwijaya.
Sejak saat itu, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.
6.
Kerajaan Kalingga
Kalingga adalah kerajaan bercorak Buddha di Jawa Tengah sekitar abad ke-7 M. Dalam catatan I-Tsing,
Kalingga disebut Ho-ling dan berlokasi di Cho-po (Jawa). Beberapa hal mengenai Kerajaan Kalingga yang
disebut dalam catatan I-Tsing adalah sebagai berikut.
. Kalingga terletak di Jawa di Laut Selatan. Kerajaan ini berada di antara Kamboja di sebelah utara,
Bali di sebelah timur, dan Sumatra di sebelah barat.
. Ibu kota kerajaan pada waktu itu dikelilingi benteng yang terbuat dari tonggak kayu.
. Raja tinggal di istana kerajaan yang tersusun atas bangunan bertingkat yang besar, mempunyai atap
dari pohon aren, serta singgasana dari gading gajah.
. Penduduknya pandai membuat arak dari nira pohon kelapa.
. Selain gading gajah dan cula, Kalingga menghasilkan banyak barang tambang berupa emas dan
perak.
7.
Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram (Mataram Kuno atau Mataram Hindu) adalah kelanjutan dari Kerajaan Kalingga di
Jawa Tengah pada abad ke-8, yang kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. kerajaan ini
berlokasi di pedalaman Jawa Tengah, di sekitar aliran Sungai Progo, Bogowonto, dan Bengawan Solo.
Kerajaan ini diperintah oleh Dinasti Sanjaya dan Syailendra, dengan raja-raja di antaranya adalah:
Sanjaya
Rakai Panangkaran
Dharanindra
Samaragrawira
Samaratungga
Rakai Pikatan
Rakai Kayuwangi
Rakai Watuhumalang
Dyah Balitung
Daksa
Tulodhong
Wawa
Pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dibangun Candi Borobudur dan pada masa Raja Rakai
Pikatan dibangun Candi Prambanan. Kerajaan Mataram runtuh karena bencana alam berupa letusan Gunung
Merapi, bukan karena perang perebutan kekuasaan. Mpu Sindok (menantu Raja Wawa) kemudian memindahkan
Mataram ke Jawa Timur dan menamainya menjadi Kerajaan Medang Kamulan.
8.
Kerajaan Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Hindu. Menurut para ahli, telah
terjadi suatu bencana alam yaitu letusan Gunung Merapi yang sangat dahsyat. Bencana alam ini telah
memporak-porandakan sebagian besar wilayah Jawa Tengah, sehingga pusat pemerintahan Kerajaan Mataram
Hindu dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Jawa Timur. Penguasa Kerajaan Medang Kamulan setelah Mpu Sindok
adalah Sri Isyanatunggawijaya, Sri Makutawangsawardhana, Dharmawangsa, dan Airlangga. Pada tahun 1016,
Kerajaan Medang Kamulan mengalami pralaya atau malapetaka. Ketika pernikahan antara putri Dharmawangsa
dan Airlangga sedang berlangsung, tiba-tiba Kota Watan diserbu oleh Raja Wurawari dari Lwaram.
Dalam serangan ini, Dharmawangsa dan seluruh anggota keluarga kerajaan tewas. Airlangga dapat
meloloskan diri ke hutan pegunungan dan kemudian menjadi pertapa. Airlangga kemudian diangkat menjadi
Raja Medang Kamulan pada tahun 1019 M. Usaha Airlangga untuk meningkatkan kesejahteraan Medang
Kamulan antara lain sebagai berikut.
Memperbaiki Pelabuhan Hujung Galuh di muara Kali Brantas. Pelabuhan Hujung Galuh dan Tuban menjadi
pelabuhan perdagangan yang ramai. Kapal-kapal dari India, Birma, Kamboja, dan Champa banyak yang
berkunjung ke kedua pelabuhan tersebut.
Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah banjir musiman.
Membangun jalan-jalan yang menghubungkan wilayah pesisir ke pusat kerajaan.
Airlangga kemudian membagi kerajaan kepada dua putranya. Kerajaan Jenggala kepada Mapanji
Garasakan,
dengan ibu kota Kahuripan, dan Kerajaan Panjalu (Kediri) kepada Sri Samarawijaya dengan ibu kota Daha. Hal
ini dilakukan untuk menghindari perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan.
9.
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah kerajaan agraris yang terletak di daerah Malang dan delta Sungai Brantas. Raja
pertamanya adalah Sri Samarawijaya. Pengganti Raja Sri Samarawijaya adalah Sri Jayawarsa dan Bameswara.
Jayabhaya adalah raja Kediri yang terkenal akan ramalan-ramalannya, ia juga dikenal sebagai sastrawan.
Ramalan-ramalan Raja Jayabhaya kemudian dibukukan dalam buku berjudul Jangka Jayabhaya. Pada masa
Pemerintahan Jayabhaya, Kediri mencapai masa kejayaan. Kediri tidak hanya berkembang sebagai negara
agraris, tetapi juga berkembang sebagai kerajaan maritim. Sesudah Jayabhaya, ada raja yang cukup terkenal
yaitu Kameswhara, yang kemudian digantikan oleh Kertajaya. Pada masa pemerintahan Kertajaya, keadaan
kerajaan penuh ketidakstabilan. Pokok permasalahannya adalah perselisihan raja dengan para brahmana.
Raja Kertajaya ingin disembah oleh para pendeta Hindu dan Buddha (kaum Brahmana). Keinginan itu
ditolak oleh para Brahmana sehingga membuat Kertajaya murka. Para Brahmana kemudian meminta bantuan
Kepada Ken Arok (akuwu Tumapel). Ken Arok menyatakan bahwa Tumapel menjadi kerajaan merdeka dan tidak
berada di bawah kekuasaan Kediri. Raja Kertajaya akhirnya menyatakan perang terhadap Tumapel. Kediri
berhasil dikalahkan oleh Tumapel, dan Kertajaya tewas dalam peperangan di Desa Ganter tahun 1222.
Kerajaan Kediri berakhir dengan kekalahan Kertajaya. Ken Arok memindahkan kerajaan ke Tumapel
(Singasari).