Anda di halaman 1dari 24

Tetanus

Bjrnar Hassel 1,2


1 Norwegian Defense Research Establishment, N-2027 Kjeller, Norway;
E-Mail: bjornar.hassel@ffi.no; Tel.: +47-63-807-846; Fax: +47-63-807-509
2 Department of Neurology, Oslo University Hospital-Rikshospitalet, 0027 Oslo, Norway

Diterima: 26 September 2012; dalam bentuk revisi: 25 December 2012 /Disetujui: 27


December 2012 /Publikasi: 8 January 2013

Oleh:
Nuriah

Pembimbing: dr. Nur Astini, Sp.S

Pendahuluan
Insidensi global tetanus
diperkirakan sekitar satu
juta kasus pertahun.

Angka kematian dari


tetanus sangat bervariasi di
seluruh dunia, tergantung
pada perawatan medis.

Angka kematian mencapai


100% bila tidak mendapat
terapi medis.

Clostridium
tetani
( Basil Anaerob,
berspora,
bertahan di
tanah.

Luk
ter a yan
kon
g
si
tam
in

Tetanus

Patofisiologi

Toksin
tetanus
dari LMN

Ujung
saraf

Aktivasi
otot-otot
volunteer

Toksin tetanus

Memerlukan pelepasan
neurotransmitter dari
ujung saraf melewati fusi
vesikel sinaptik dengan
membran plasma saraf.

Zinc-dependen
metalloproteina
se
Mengaktifkan
protein
(sinaptobrevin/Vesikel
-Associated
Membrane Protein
VAMP)

Toksin tetanus mengalami perluasan tronspor retrograde

pada akson di LMN korda spinalis atau batang otak.


Toksin ditransportasikan melewati sinaps dan dibawa
oleh ujung saraf penghambat GABAergec dan neuron
glycinergic sehingga mengontrol aktivitas LMN.
Setelah memasuki inhibitor ujung saraf, toksin tetanus
memotong VAMP menghambat pelepasan GABA dan
glisin.
Hasil dari mekanisme tersbeut adalah berupa denervasi
parsial dan fungsional dari LMN hiperaktivitas dan
peningkatan aktivitas otot dalam bentuk rigiditas
dan spasme.

Simptomatologi Tetanus
Toksin tetanus menyebabkan hiperaktivitas

otot-otot involunter dalam bentuk rigiditas


dan spasme.
Secara langsung, rigiditas otot-otot temporal
dan masseter menyebabkan trismus (lockjaw).

Kategori Gejala Tetanus


Kelompok General
Neonatal (umumnya terjadi pada
anak dengan usia < 1 bulan)
Lokal
sefalik

Tetanus general dan neonatal:


Opistotonus (melengkungnya punggung ke
belakang oleh karena rigiditas dari otot-otot
ekstensor leher dan punggung)
Gagal nafas dan kematian karena rigiditas dan
spasme otot-otot laring dan otot respirasi.
Tetanus lokal dan sefalik dengan jumlah kasus
yang sedikit, dapat berkembang dalam bentuk
tetanus general.

Tetanus lokal/sefalik, atau general/neonatal, tetanus


secara tipikal bermanifestasi:
Trismus/lockjaw
Risus sardonikus,
Disfagia,
Kekakuan leher
Rigiditas abdomen
Opistotonus. Pada opistotonus total fleksi lengan dan
ekstensi tungkai, (postur dekortikasi)
Hiperaktivitas otot-otot hepala, leher, dan dada.
Paralisis flaksid fokal
Inaktivasi neuron, termasuk diplopia, nistagmus,dan vertigo.

Toksin tetanus tidak hanya menyerang saraf

motorik.
Disfungsi otonom takikardi, hipertensi, dan
keringat berlebihan.
Saraf sensoris perubahan sensasi, seperti
nyeri dan allodynia.

Terapi Tetanus
Terapi awal dari tetanus adalah berprinsip

pada pembersihan luka dan pemberian


antibiotik eradikasi Clostridium tetani.
Metronidazole intravena, 500 mg 3x1
atau
Penisilin 100.000-200.000 IU/kg/hari.
Terapi dapat dilanjutkan selama 7-10 hari.

Antitoksin tetanus diberikan sekali secara

intramuscular; dosis 500 IU, 3000 IU.


Antitoksin diberikan untuk menginaktivasi toksin
tetanus yang bebas.
Pemberian antitoksin intratekal seperti melalui pungsi
lumbal, dapat menginaktivasik toksin tetanus selama
transport trans-sinaptik.
Suatu penelitian meta-analisis mengindikasikan bahwa
pemberian intratekal lebih baik dari pada jalur
intramuscular.
Sistem imun tidak dapat bekerja pada episode tetanus,
pemberian vaksinasi dilibatkan pada saat terapi.

Relaksasi otot dapat tercapai dengan

penggunaan benzodiazepine.
Pada unit perawatan intensif, propofol,
modulator reseptor GABA lain dapat
digunakan untuk relaksasi otot.
Magnesium meringankan rigiditas dan
spasme, mengurangi disfungsi otonom.

Pasien tetanus
sebaiknya
ditempatkan pada
lingkungan yang
tenang untuk
menghindari
tercetusnya spasme
oleh kebisingan atau
stimulasi sensoris
lainnya.

Profilaksis
Imunisasi dengan formaldehyde-inactivated
tetanus toxin (toxoid)
Hygienitas yang baik.
Status imunisasi yang baik pada wanita hamil
dapat menyebabkan pengurangan prevalensi
tetanus pada neonatal antibody toksin antitetanus pada maternal dapat melewati sawar
plasenta terhadap janin.

Penggunaan Toksin botulinum melawan


Tetanus-yang menginduksi rigiditas dan
spasme
Toksin botulinum memasuki ujung saraf dari

LMN.
Toksin tersebut merupakan zinc
metalloproteinase menyerang protein
vesikel sinaps.

Toksin
botulinum B,
D, F, dan G
memotong
synaptobrevin
(yang juga
diserang oleh
toksin
tetanus).

Toksin
botulinum A
memotong
synaptosomalassociated
protein (SNAP25).

in
Toks m C
linu ng
u
t
o
b
oto
mem-25 dan
P
SNA ntaxin
sy

Efek toksin botulinum tetap terbatas pada

ujung saraf LMN menghambat pelepasan


asetilkolin dan aktivasi otot-otot involunter
pengurangan hiperaktivitas muscular pada
pasien tetanus.
Aktivitas toksin botulinum dilaporkan
meningkat dengan adanya aktivitas neuron.
Secara teoritis, kerja dari toksin botulinum
dapat lebih cepat dari pada toksin tetanus,
dimana terjadi peningkatan aktivitas dari LMN.

Keuntungan dan kerugian Terapi


Toksin Botulinum pada Tetanus
Toksin botulinum telah
digunakan pada
sindrom nyeri
punggung dengan
injeksi toksin pada
kadar tertentu
terhadap otot erector
vertebrae pada wilayah
L1-L5.

Dipertimbangkan
sebagai prosedur
yang aman
untuk terapi
Trismus.

Keuntunga
n

Injeksi ke dalam otototot trapezius,


splenius capitis, dan
sternokleidomastoide
us dapat
meringankan
kekakuan leher yang
nyeri.

Kerugian

Kesulitan
terapi
seluruh
otot yang
terkena
pada
tetanus
general

Onset
yang
lambat
dari kerja
obat.

Kemungkina
n overdosis
perlu
monitoring
ketat.

Efek yang
berlarutlarut dari
toksin
botulinum
efek
samping
yang
mungkin
timbul
dari
beberapa
durasi

Kendala
utama
pengguna
an toksin
botulinum
untuk
tetanus
adalah
dari biaya
pengobat
an

Kesimpulan
Terdapat pengalaman yang terbatas pada
penggunaan toksin botulinum untuk terapi
rigiditas dan spasme otot pada tetanus.
Beberapa laporan kasus yang telah
dipublikasikan, terapi botulinum dapat
memberikan manfaat.
Diharapkan bahwa potensi manfaat toksin
botulinum pada terapi tetanus dapat menjadi
panduan terhadap evaluasi dalam percobaan
klinis selanjutnya.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai