Anda di halaman 1dari 33

STABILISASI DAN

PERKUATAN TANAH
(TKS 441 / 2 SKS)

Dosen : Dr. Ir. Marsudi MT/ Dr. Rer Rustamaji, MT


Kelas : A
Hari : Jumat, jam 18.20 10.00
Ruang D-23

ferensi :
Holtz, D. Robert and Covacs, D. William , An introduce to Geotecnical Engineeri
Hausmann M.R , 1990, Engineering Principles of Ground Modification
Ingles, O.G. And Metcalf, B.J. Butterworths, soil Stabilization to Geotechnical En
Irsyam Masyhur, PhD, Perkuatan tanah untuk Lereng dan Timbunan dengan Ge

M ATERIYAN G AKAN D IBAH AS


1. PENDAHULUAN
2. IDENTIFIKASI TANAH
3. STABILISASI TANAH SECARA FISIK
4. STABILISASI TANAH SECARA MEKANIS

5. MID SEMESTER
6. STABILISASI TANAH SECARA
KIMIAWI
7. STABILISASI TANAH SECARA
HIDROLIS
8. PERKUATAN TANAH

TA N A H

Penilaian Akhir
Tugas
UTS
UAS

: Kehadiran
10% (fixed)
20% (fixed)
30% (tentative)
40% (tentative)

Tanah berasal dari batuan atau zat organik yang


mengalami pelapukan

TAN AH (SO IL)


Definition of Soil
Soil Formation
Engineering properties of soil
Concepts of soil engineering

D efi
nition ofSoil
Soil is defined as the entire

unconsolidated material that overlies


and is distinguishable from bedrock.
Composed of loosely bound mineral
grains of various sizes and shapes.
Contains voids of varying sizes. These
voids contain:
Air
Water
Organics
5

Soil
Soil quality - based on
properties
Observed: soil profile,
composition, texture, or
particle size
Measured: pH and
permeability

SoilProfi
le
Soil forms in layers - soil profile
Litter organic matter on top
Topsoil- nutrient rich top

layer, for plant growth


Subsoil- under topsoil, small
rocks
Bedrock- semi solid rock

Soil

Soil

Com position
rock particles, minerals,
decayed material, air &
water
combination of these
affects
type of plants
type of animals

Texture & particle size


Texture - size of individual

soil particles.
Determined by: proportions
of sizes that make up soil
Particle size range tiny
(clay) to > 2 mm (gravel)

Com position ofSoil

12

SoilForm ation
The principle factor influencing soil

formation is Weathering.

13

Faktor-faktor yang m em pengaruhi


pelapukan batuan m enjadi tanah
1. Pemanasan matahari (siang hari)
2. Pendinginan (malam hari)
3. Retaknya baruan yang terkena air
4. Akar tumbuhan-tumbuhan yang

memecah dan menerobos batuan


5. Binatang kecil rayap dan cacing
mengeluarkan zat sisapenghancur
batuan

W eathering (Pelapukan)
Defined as the process by which rock

is converted into soil.


Three types of weathering:
Mechanical
Chemical
Biological

15

M echanicalW eathering
Unloading removal of overlying

material
Frost Action up to 4000 psi
Organism Growth growth inside of
joints causes wedging effect
Abrasion - friction
Wind
Water

16

W ind and W ater Abrasion

17

Chem icalW eathering


Decomposition of rock through

chemical bonding
Examples include:
Hydration (combining with water)
Oxidation
Carbonation (saturation with carbon

dioxide)

18

BiologicalW eathering
Decomposition of rock through

biological activity
Examples include:
Animals (breaking and hole made )
Bactery ( decomposition of organic

matters)
Humans (agriculture and plantation
aktivities)

19

Engineering Properties ofSoil


Varies greatly depending on its

physical properties, however, the


behavior of a soils not exclusively
dependant on physical properties.
Also dependant on arrangement of
particles (Compaction)

20

Jenis-jenis tanah
1.Tanah Podzolit merah kuning
Tanah ini berasal dari
pelapukan batuan
pada iklim basah dan
curah hujan 25003500 mm/tahun

2.Tanah O rganosol
Tanah ini terbentuk
pada daerah rawa
kering atau gambut

3.Tanah Aluvial

Tanah ini berasal dari


endapan tanah atau
lumpur yang dibawa
oleh air sungai

4.Tanah kapur
Tanah ini berasal dari
pelapukan batuan
yang tejadi pada
daerah pegunungan
kapur berumur tua

5.Tanah vulkanis

Tanah ini berasal dari pelapukan


batu-batuan vulkanis (letusan
gunung berapi)

6.Tanah pasir

Tanah ini berasal dari


batuan pasir yang
melapuk

7.Tanah hum us atau bunga


tanah
Tanah ini berasal dari
pembusukan tumbuhtumbuhan

G rain Size
Four major categories:
Cobbles greater than 3
Gravels Passes a 3 sieve and retained

on No.4 sieve (approx 0.25)


Sands Passes No.4 sieve and retained
on No. 200 sieve (0.072 mm)
Fines Passes No.200 sieve

28

G rain Size G roups


Size
Group

Sieve Size
Passing

Retained On

Cobbles

No Maximum Size

3 inches

Gravels

3 inches

No. 4 (0.25
inches)

Sands

No. 4 (0.25
inches)

No. 200 (0.072 mm)

Fines (silt or
clay)

No. 200 (0.072 mm)

No minimum Size

In military engineering, the maximum size of cobbles is


accepted as 40 inches, based on the maximum jaw opening of a
rock-crushing unit.
29

S TU D I P ER B A IK A N TA N A H

Tipe mineral yang dikandung


Bentuk perlapisan dan proses terbentuknya (aluvial, residual, vulkanis
Massa batuan yang ada di sekitarnya
Kekuatan atau ketahanan masif (strength)
Tingkat pelapukannya
Warna fisik dari bentuk bongkahannya
Bentuk fisik secara visual ( runcing bulat dan kasar halus )
Klasifikasi dan macam massa perlapisanya (clay, silt, sand and gravel)
Kondisi macam perlapisan formasi tanah (homogen dan non homogen)
Kondisi perkiran umur geologinya ( muda, sedang dan tua)
Tipe klasifikasi endapannya ( organik, lempung, lanau dan pasir)

TANAH LEMPUNG LUNAK (SOFT CLAY SOIL)


Tanah yang mempunyai tingkat penetrasi sangat rendah (qc = 0,5kg/ cm2
Atau bila dipakai bor SPT (Standard Penetration Test) N-nilainya < 3 dan nilai
kadar air > 7%
Daerah tanah lunak (lempung organik dan lempung) umumnya oleh proses
pengendapan di daerah-daerah rawa dan pantai.
Kondisi lapisan : lapisan penutup, lapisan antara dan lapisan dasar
Tipe pengendapan : laut (marine), sungai (aluvial), bukit (colovial), delta (muara)
Tingkat keplastisan : plastis (lempung), agak plastis (lanau), non plastis (pasir)
Model bentuk : transported (berlapis), tanah vulkanik (hasil G.api), laterit (lapukan)

TANAH GAMBUT
Tipe tanah lempung dan lanau yang bercampur dengan serat-serat tumbuhan
Membentuk lapisan tebal disebut lapisan tanah organik.
Proses terbentuknya dipengaruhi oleh : iklim, curah hujan, pasang surut, jenis
Vegetasi dan topografi.
Penyebaran tanah gambau di Indonesia :
- Sumatera = 18 juta ha
- Kalimantan = 6,8 juta ha
- Irian/ Papua = 6,5 juta ha
- Jawa = 0,25 ha
Sifat-sifat tanah gambut : kadar air tinggi, kemampumampatan tinggi, daya dukung
Rendah
Perbedaan perilaku tanah lempung dan gambut
TANAH LEMPUNG

TANAH GAMBUT

Studi shear strength dan konsolidasi sudah


lebih baik
Konsolidasi primer lebih bisa dilihat dalam
waktu tidak terlalu lama: 12 jam, transfer teg
air pori ke teg efektif, konsolidasi primer >
dari secondary .
Mekanismenya sebentar (24 jam) selesai.
Menurut teori Terzaghi; jika dibebani maka
beban dipikul air maka karena air tertekan
terjadi ekses pore water pressure sampai

Studi shear strength dan konsolidasi masih


terbatas
Konsolidasi primer pada beban tertentu
dapat dicapai hanya sebentar 10 menit,
kontribusi konsolidasi primer kecil, seconder
dan tersier lebih besar.
Mekanisme lama sekali
Menurut teori Terzaghi konsolidasi 1D ; tidak
dapat memprediksi kapan konsolidasi selesai

Kondisi tanah pada suatu daerah tidak semuanya sama,

ada yang mempunyai daya dukung sangat baik dan


adapula mempunyai daya dukung sangat buruk. Hal ini
tentu sangat dipengaruhi oleh jenis tanahnya.
Di Indonesia (Sumatra dan Kalimantan masih banyak

terdapat tanah lunak bahkan kadang kala dijumpai tanah


gamput (peat/histosol), pada daerah yang berhutan.
Reklamasi tanah gambut dapat menimbulkan berbagai

persoalan lain, karena bahan organik akan mengalami


mineralisasi dan akibat lain, karena bahan organik akan
mengalami mineralisasi dan akibat lain adalah amblesan
muka tanah.
Umumnya

yang disebut lapisan yang lunak adalah


lempung (clay) atau lanau (silt). Lanau adalah material
butiran yang butirannya lolos saringan nomor 200.
Beberapa ilmuan membagi tanah dalam 2 kategori yaitu
tanah lunak dan keras. Tanah lunak seperti tanah lanau
yang dikarakteristikkan sebagai tepung batu yang tidak
berkohesi dan tidak plastis. Sifat teknis tanah tepung batu
lebih cenderung mendekati sifat pasir halus. Tentu saja

STABILISASITAN AH SECARA FISIK


Maksud perbaikan tanah dengan Stabilisasi secara fisik adalah jika
kedalam lapisan tanah ditambah sesuai benda kaku atau yang lebih
kuat. Benda kuat seperti benda alam atau buatan yaitu:
Batu
Pasir dan batu (sirtu)
Batang kayu
Batang bambu
Beton cetak
Lempeng besi
Lempeng serat
Stabisasi secara fisik lebih dikenal sebagai stabilisasi tanah yang
bersifat tradisional, dimana percampuran material2 yang lebih kuat
dicampur atau dimasukkan dalan lapisan tanah yang diperbaiki.
Percampuran pasir dan batu (sirtu) telah dilakukan secara tradisi
untuk perbaikan lapisan tanah.
Pengupasan lapisan lunak diganti dengan lapisan tanah datang
yang mempunyai sifat fisik lebih kuat biasa dilakukan, seperti
mengurug dengan tanah laterit ataupun pasir.
Pemadatan dengan alat sederhana dan pertambahan waktu

Anda mungkin juga menyukai