Anda di halaman 1dari 20

PAPARAN TRAUMA PSIKOLOGIS PADA

MASA KECIL DAN RISIKO PERCOBAAN


BUNUH DIRI: PENGARUH MODULASI
DARI GANGGUAN JIWA

Marselli Widya 1102005016

PENDAHULUAN

tahun 2011, Korea Selatan 33,3 bunuh


diri per 100.000 populasi
Hubungan yang signifikan antara
paparan trauma psikologis masa kanakkanak dan meningkatnya risiko bunuh
diri selama hidup telah
didokumentasikan oleh beberapa studi

Hipotesis:
1) Trauma masa kecil secara independen
terkait dengan perilaku bunuh diri,
termasuk keinginan, rencana, dan
percobaan bunuh diri, bahkan setelah
diadjusment oleh gangguan kejiwaan
2) Gangguan psikiatrik tertentu tidak
hanya memediasi hubungan antara
trauma masa kecil dan percobaan
bunuh diri, tetapi juga memodulasi
hubungan.

METODE

Sampel : KECA 2011 (sensus penduduk).


sampel stratified, multi-stage, clustered
sampling. Dari 8.196 subyek (usia 18- 74
tahun) yang awalnya dipilih, total 6.027
partisipan di wawancara secara
langsung (tingkat respon 73,5%)

Pengukuran : diagnosis psikiatri


berdasarkan definisi dan Kriteria dalam
DSM-IV (K-CIDI).
PTSD dari K-CIDI

Ide bunuh diri


"Apakah Anda pernah serius m

Analisis statistik :

T-tes untuk variabel kontinyu dan uji chisquare untuk variabel kategoris
Analisis regresi logistik digunakan untuk
menghitung OR dan confident interval
95% (CI)

HASIL

KESIMPULAN

X XX

Hasil penelitian kami menunjukkan


bahwa mencegah depresi, gangguan
akibat penggunaan alkohol, dan
gangguan makan mungkin merupakan
cara yang efektif untuk mencegah bunuh
diri di kalangan orang-orang dengan
sejarah trauma masa kecil.

HUBUNGAN DEFISIENSI BESI


DENGAN PERILAKU ANAK USIA
SEKOLAH DI PALEMBANG

PENDAHULUAN

Prevalensi defisiensi besi anak usia


sekolah di Indonesia sebesar 47,2%.
Defisiensi besi menyebabkan
perkembangan dan fungsi saraf
terganggu, termasuk timbulnya masalah
perilaku.
Belum ada penelitian yang menilai
hubungan defisiensi besi dan masalah
perilaku anak usia sekolah di Palembang.

TUJUAN : Menganalisis hubungan


desiensi besi dengan masalah
perilaku anak usia sekolah di
Palembang.

METODE

Desain penelitian deskriptif analitik


dengan pendekatan cross sectional.
SUBJEK
PENELITIAN

pemeriksaan fisis, laboratorium


(hemoglobin, besi serum, dan
saturasi transferin), dan penilaian
perilaku menggunakan Pediatric
Symptom Checklist (PSC) 17.

anak Sekolah Dasar (SD) usia


6-12 tahun di Palembang
yang dipilih dengan multi
stage random sampling pada
bulan April sampai Juni 2013

Perbedaan kejadian masalah perilaku


antara subjek dengan dan tanpa
defisiensi besi dianalisis dengan uji kai
kuadrat.
Faktor risiko lain yang berpengaruh
dianalisis dengan regresi logistik.

HASIL

KESIMPULAN

Defisiensi besi merupakan faktor risiko


untuk terjadinya masalah perilaku,
terutama masalah perilaku internalisasi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai