SEBAGAI GEOPOLITIK
INDONESIA
MATA KULIAH : Pend. Kewarganegaraan
Sesi : XI
Pengertian Geopolitik
Istilah Geopolitik menurut Widoyo Alfandi, perpaduan kata geografi dan
politik menjadi geografi politik: cabang geografi manusia yang obyek
studinya aspek keruangan, pemerintahan atau kenegaraan, yang meliputi
hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan
dipermukaan bumi.
Geopolitik adalah:
Ilmu yang mempelajari kondisi fisik, ekonomi, sosial-politik, antropologi,
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi proses kebijakan pemerintah
mengenai politik dan Hankam, yang bersifat intern dan ekstern,
berdasarkan telaah geografi politik.
Teori politik adalah:pembahasan dan generalisasi dari pokok-pokok persoalan
yang bersifat politik, yang meliputi hal-hal berikut:
1.
Tijuan kegiatan politik
2.
Cara-cara mencapai tujuan tersebut
3.
Kemungkinan dan kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi dan kodisi
politik tertentu
4.
Kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu
Lanjutan
Selanjutnya Karl Houshoffer berpendapat bahwa:
1.
Geopolitik adalah doktrin negara di bumi
2.
Geopolitik adalah doktrin perkembangan politik yang didasarkan kepada
hubungannya dengan bumi.
3.
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari organisme politik dan ruang
susunannya
4.
Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam
perjuangan kelangsungan hidup suatu organisme negara untuk
mendapatkan ruang hidupnya.
Ajaran ini menjadikan geopolitik sebagai ajaran yang bersifat ekspansionisme
dari Nazi Jerman dengan bentuk ajaran politik geografi yang menitik
beratkan pada masalah strategi, perbatasan, ruang hidup bangsa, tekanan
rasial ekonomi dan sosial yang mengharuskan pembagian dari kekayaan
alam dunia.
Teori lainnya
1. Sir Halford (1861-1947)
mencetuskan wawasan benua atau
konsep kekuatan didarat. (barang
siapa yang menguasai daerah
jantung (Eurasia, Afrika),yang
pada akhirnya menguasai dunia)
2. Sir Walter Raleigh (1554-1618),
alfred Thajer Mahan (1804-1914):
wawasan bahari atau konsep
kekuatan dilaut. Mengatakan
bahwa siapa yang menguasai
lautan akan menguasai perdagan,
dan siapa yang menguasai
perdagangan berarti menguasai
kekayaan dunia sehingga dunia
akan dikuasai
Wawasan Nusantara
1.
Cara pandang suatu bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide
Nasionalnya, yang dilandasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang
merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta
menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan
nasional.
2.
3.
Aspek Kewilayahan:
Falsafah Pancasi:
Nilai-nilai Pancasila
Mendasari
Pengembangan
Wawasan nasional
Kondisi Obyektif
Geografi, memiliki
Karakteristik yang
Berbeda dengan
negara lain (keunggulan
Kekayaan alam dan
Jumlah penduduk
sekaligus kelemahan/
kerawan
Aspek Historis:
Dengan semangat
Perjuangan bangsa
Dalam meraih cita
Cita, harus dapat
Mempertahankan
Wilayah kesatuan
Indonesia
2.
3.
4.
PARADIGMA KETATANEGARAAN
Wawasan nusantara dalam paradigma
nasional menurut Rahman HI, dapat
dilihat spesifikasinya :
1.
Pancasila sebagai falsafah ideologi
bangsa, dan dasar negara
berkedudukan sebagai landasan idiil
2.
UUD 1945 sebagai konstitusi negara
berkedudukan sebagai landasan
konstitusional
3.
Wawasan nusantara sebagai visi
nasional, berkedudukan sebagai
landasan konsepsional.
4.
Ketahanan nasional sebagai konsepsi
nasional berkedudukan sebagai
konsepsional.
5.
Dokumen Rencana Pembangunan
sebagai kebijakan nasional,
berkedudukan sebagai landasan
operasional.
Pembukaan
UUD 1945
Pancasila -------- Landasan Idiil
UUD 1945 -----
Landasan
Konstitusional
Landasan
Landasan
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
2.
3.
2.
3.
4. Persetujuan RI Australia:
Penetapan batas dasar laut tertentu
(dilaut Arafuru, di depan pntai
selatan Pulai Irian dan didepan
pantai utara Irian) 18 Mei 1971
berlaku 19 November 1973.
5. Persetujuan RI-Australia: Penetapan
batas-batas dasar tertentu di daerah
Laut Timur dan Laut Arafuru 18
mei 1971 berlaku tgl 9 okt 1972.
6. Persetujuaan RI-India: Penetapan
garis batas kontinen (batas antaat
Sumatra dan Nikobaat , berlaku 8
Agustus 1974.