Anda di halaman 1dari 21

WAWASAN NUSANTARA

SEBAGAI GEOPOLITIK
INDONESIA
MATA KULIAH : Pend. Kewarganegaraan
Sesi : XI

Dosen : Esti Suntari

Pengertian Geopolitik
Istilah Geopolitik menurut Widoyo Alfandi, perpaduan kata geografi dan
politik menjadi geografi politik: cabang geografi manusia yang obyek
studinya aspek keruangan, pemerintahan atau kenegaraan, yang meliputi
hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan
dipermukaan bumi.
Geopolitik adalah:
Ilmu yang mempelajari kondisi fisik, ekonomi, sosial-politik, antropologi,
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi proses kebijakan pemerintah
mengenai politik dan Hankam, yang bersifat intern dan ekstern,
berdasarkan telaah geografi politik.
Teori politik adalah:pembahasan dan generalisasi dari pokok-pokok persoalan
yang bersifat politik, yang meliputi hal-hal berikut:
1.
Tijuan kegiatan politik
2.
Cara-cara mencapai tujuan tersebut
3.
Kemungkinan dan kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi dan kodisi
politik tertentu
4.
Kewajiban-kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu

Pandangan Geopolitik dari beberapa ahli


Ajaran Frederick Ratzel (abad XIX)
(1884-1904): ajarannya disebut sebagai
konsep ruang (teori ruang) yang melihat
negara sebagai suatu ruang yang
ditempati oleh kelompok politik.
Inti ajarannya:
1.
Suatu bangsa dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya tidak terlepas
dari hukum alam, hanya bangsa yang
unggul yangbersifat sementara. Apabila
ruang akan dapat bertahan hidup terus.
2.
Membenarkan hukum ekspansi
perkembangan kebudayaan dalam
bentuk gagasan, kegiatan dan produksi
harus diimbangi dengan penekanan
wilayah. Batas suatu negara bersifat
sementara. Apabila ruang hidup negara
sudah tidak dapat diperluas dengan
mengubah batas negara, baik secara
damai mapun dengan peperangan
(kekerasan).
1.

2. Ajaran Rudolf Kjellen ( Swedia 1864-1922)


Melanjutkan teori dari Frederick Ratzel
yang menyatakan bahwa negara bukan
saja suatu organisme tetapi juga harus
memiliki intelektual. Negara dalam
suatu sistem politik pemerintahan yang
meliputi bidang geopolitik, ekonomi
politik, demo politik, krato politik dan
sosio politik.
3. Ajaran Karl Houshoffer (Jerman 18961946), inti ajarannya:
a.
Kekuasaan Imperium daratan yang
kompak akan dapat mngejar kekuasaan
imperium maritim untuk menguasai
pengawasan dilaut.
b.
Beberapa negara besar di dunia akan
timbul dan akan menguasai Eropa,
Afrika dan Asia Barat (Jerman, Italia dan
Jepang).

Lanjutan
Selanjutnya Karl Houshoffer berpendapat bahwa:
1.
Geopolitik adalah doktrin negara di bumi
2.
Geopolitik adalah doktrin perkembangan politik yang didasarkan kepada
hubungannya dengan bumi.
3.
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari organisme politik dan ruang
susunannya
4.
Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam
perjuangan kelangsungan hidup suatu organisme negara untuk
mendapatkan ruang hidupnya.
Ajaran ini menjadikan geopolitik sebagai ajaran yang bersifat ekspansionisme
dari Nazi Jerman dengan bentuk ajaran politik geografi yang menitik
beratkan pada masalah strategi, perbatasan, ruang hidup bangsa, tekanan
rasial ekonomi dan sosial yang mengharuskan pembagian dari kekayaan
alam dunia.

Teori lainnya
1. Sir Halford (1861-1947)
mencetuskan wawasan benua atau
konsep kekuatan didarat. (barang
siapa yang menguasai daerah
jantung (Eurasia, Afrika),yang
pada akhirnya menguasai dunia)
2. Sir Walter Raleigh (1554-1618),
alfred Thajer Mahan (1804-1914):
wawasan bahari atau konsep
kekuatan dilaut. Mengatakan
bahwa siapa yang menguasai
lautan akan menguasai perdagan,
dan siapa yang menguasai
perdagangan berarti menguasai
kekayaan dunia sehingga dunia
akan dikuasai

3. W. Mitchel (1887-1896), Saversky


(1894), Ciulio Douhet (18691930) dan JFC Fuller (1878): teori
wawasan dirgantara atau konsep
kekuatan di udara, kekuatan di
udara merupakan daya tangkal
yang ampuh terhadap ancaman,
dan dapat melumpuhkan musuh di
kandang sendiri agar tidak mampu
lagi bergerak untuk menyerang.
4. Nicholas J Spykman (1893-1943):
teori daerah batas (rimland)yang
merupakan teori wawasan
kombinasi. Teori inilah yang
banyak dipakai negarawan ahli
geopolitik dan strategi untuk
menyusun kekuatan bagi
negaranya.

Latar belakang Wawasan Nusantara


Menurut Hamdan Mansyur, dalam
menentukan, membina dan
mengembangkan wawasan nasional,
bangsa Indonesia menggali dan
mengembangkan dari kondisi nyata
yang terdapat dilingkungan Indonesia
sendiri, yang dibentuk dan dijiwai
oleh pemahaman kekuasaan bangsa
Indonesia yang berlandaskan Falsafah
Pancasila dan oleh pandangan
geopolitik Indonesia berlandaskan
pemikiran kewilayahan dan
kehidupan bangsa Indonesia.

Wawasan Nusantara
1.

Cara pandang suatu bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide
Nasionalnya, yang dilandasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang
merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta
menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan perjuangan
nasional.

2.

Menjadi landasan dan Pedoman kebijaksanaan Nasional di segala bidang kehidupan


yang bersisfat filosofis dalam kelima sila dari Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945 demikian jiwa yang terkandung dalam lambang Bhineka Tunggal Ika.

3.

Disyahkan sebagai konsepsi Politik Ketatanegaraan : Ketetapan MPR No.


IV/MPR/1973, tanggal 22 Maret 1973, dan dinyatakan kembali pada TAP MPR
Nomor IV/MPR/1978, tanggal 22 maret 1978 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara dan TAP MPR Nomor II/MPR/1983, tanggal 12 Maret 1983. Dalam Bab II
huruf E ketetapan MPR tersebut dinyatakan pokok-pokok pemikiran tentang politik
dan strategi nasional Indonesia masih perlu dilanjutkakn perkembangannya, termasuk
penyempurnaannya. Dalam pengembangan wawasan nusantara tersebut harus tetap
berlandaskan kepada cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum
dalam UUD 1945.

Wawasan Nasional Indonesia


Pemahaman latar belakang filosofis sebagai pemikiran dasar pengembangan
wawasan nasional Indonesia ditinjau dari:

Wawasan Nasional Indonesia

Aspek Kewilayahan:
Falsafah Pancasi:
Nilai-nilai Pancasila
Mendasari
Pengembangan
Wawasan nasional

Kondisi Obyektif
Geografi, memiliki
Karakteristik yang
Berbeda dengan
negara lain (keunggulan
Kekayaan alam dan
Jumlah penduduk
sekaligus kelemahan/
kerawan

Aspek Sosial Budaya:


Keaneka ragaman
kebudayaan,
Bahasa dan agama,
Sering menimbulkan
Konflik, kesadaran
Nasional rendah dan
Masyarakat terdidik
terbatas

Aspek Historis:
Dengan semangat
Perjuangan bangsa
Dalam meraih cita
Cita, harus dapat
Mempertahankan
Wilayah kesatuan
Indonesia

Latar Belakang Wawasan Nusantara


1.

2.

3.

4.

Falsafah Pancasila, nilai-nilai Pancasila mendasari pengembangan Wawasan Nasional


(mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada individu dan golongan)
Aspek kewilayahan Nusantara
Kondisi obyektif geografis mutlak diperhitungkan karena memiliki aneka SDA dan
suku bangsa, dengan demikian secara kontekstual kondisi geografi Indonesia
mengandung keunggulan sekaligus kelemahan/kerawanan.
Aspek Sosial Budaya
Indonesia aneka ragam suku, agama bahasa dan adat istiadat, karena itu tata
kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antar golongan masyarakat
mengandung potensi konflik yang besar, kesadaran nasional masyarakat masih relatif
rendah dan jumlah masyarakat yang terdidik relatif terbatas.
Aspek kesejarahan
Mempertahankan dan menjaga persatuan NKRI

Kedudukan, Fungsi dan Tujuan


1. Kedudukan Wawasan Nusantara
a. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nusantara Bangsa Indonesia agar tidak
terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan
cita-cita dan tujuan nasional
b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional:
1. Pancasila sebagai falsafah, idiologi bangsa, dan dasar negara sebagai
landasan idiil
2. UUD 1945 berkedudukan sebagai landasan konstitusional
3. Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, sebagai landasan konsepsional
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional berlandaskan konsepsional
5. GBHN sebagai politik strategi nasional sebagai landasan operasional
Fungsi Wawasan Nusantara:
Sebagai pedoman, motivasi dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala
kebijakan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara tingkat
pusat dan daerah maupun bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tujuan Wawasan Nusantara:
mewujudkan nasionalisme yang tinggi disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia di
segala kehidupan.

PARADIGMA KETATANEGARAAN
Wawasan nusantara dalam paradigma
nasional menurut Rahman HI, dapat
dilihat spesifikasinya :
1.
Pancasila sebagai falsafah ideologi
bangsa, dan dasar negara
berkedudukan sebagai landasan idiil
2.
UUD 1945 sebagai konstitusi negara
berkedudukan sebagai landasan
konstitusional
3.
Wawasan nusantara sebagai visi
nasional, berkedudukan sebagai
landasan konsepsional.
4.
Ketahanan nasional sebagai konsepsi
nasional berkedudukan sebagai
konsepsional.
5.
Dokumen Rencana Pembangunan
sebagai kebijakan nasional,
berkedudukan sebagai landasan
operasional.

Pembukaan
UUD 1945
Pancasila -------- Landasan Idiil
UUD 1945 -----

Landasan
Konstitusional

Wawasan Nusantara ------ Landasan


visional
Ketahanan Nasional ------------

Dokumen Rencana Pembangunan---------------

Landasan

Landasan

Secara hierarki sistem Kehidupan Nasional

1.
2.
3.

4.

5.

Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara


UUD 1945 sebagai konstitusi negara
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa dan negara
Indonesia
Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara
Indonesia
Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional
dalam pembangunan nasional

Kedudukan (status) Wawasan Nusantara


Posisi Indonesia di antara 2 benua dan 2 samudra memberi keuntungan dan
kerugian.
Keuntungan yang diperoleh :
1.
Menjadi jalur lalu lintas perdagangan Internasional
2.
Meningkatkan penerimaan pajak.
3.
Memudahkan Indonesia berinteraksi dengan negara lain
4.
Mempercepat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
5.
Mempercepat proses akselerasi budaya asing, khususnya yang sesuai dengan nilai
luhur budaya bangsa.
6.
Membuka peluang bagi peran Indonesia dalam penyelesaian konflik politik yang
terjadi diantara negara tetangga.
Kerugian yang diperoleh :
1.
Terganggunya ketertiban dan keamanan nasional
2.
Terjadinya pencurian ikan
3.
Terjadinya perompak atas kapal laut yang melewati jalur perdagangan.

Bentuk Wawasan Nusantara (1)

1.

2.

3.

4.

Landasan konsepsi Ketahanan Nasional, konsepsi ini sebagai konsepsi politik


ketatanegaraan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional dan merupakan geostrategi
nasional untuk mencapai sasaran yang telah ditegaskan dalam wawasan nusantara.
Wawasan Pembangunan nasional menurut UUD 1945, konsep ini mewajibkan MPR
membuat GBHN (sekarang RJPM), sebagai wujud yang bersumber dari Pancasila dan
UUD 1945, Perwujudan kepuluan nusantara meliputi:
a. sebagai satu kesatuan politik
b. sebagai satu kesatuan ekonomi
c. sebagai satu kesatuan sosial dan budaya
d. sebagai satu kesatuan HANKAM
Pertahanan dan keamanan, pandangan geopolitik Indonesia yang mengartikan tanah air
Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah meliputi dan segenap
kekuatan negara. Hankamneg bahwa ancaman terhadap sebagaian wilayah, dimanapun
merupakan ancaman terhadap seluruh Indonesia.
Wawasan kewilayahan, ditentukan batas-batasnya agar tidak terjadi sengketa, dalam
Pembukaan UUD 1945 menyebutkan: Seluruh tumpah darah Indonesia
Pasal 18 UUD45: pembagian daerah Indonesia daerah besar dan kecil, uraian lainnya :
a. Risalah Sidang BPUPKI , tgl 29 Mei 1 Juni 1945, tentang masalah batas wilayah :
Supomo : pada dasarnya Indonesia meliputi Hindia Belanda (Setneg RI, tt.25)
Muh. Yamin: Bahwa nusantara meliputi Sumatera, Jawa, Madura, Sunda kecil, Boerneo,
Selebes, Maluku, Ambon dan Semenanjung Malaya Timor dan Papua. Daerah kedaulatan
RI daerah Delapan yang meliputi daerah delapan yang menjadi wilayah pusaka Bangsa
Indonesia.

Bentuk Wawasan Nusantara (2)

2.

3.

b. Ordonatie (UU Belanda) 1939, disyahkan pada tanggal 26 Agustus 1939


dimuat dalam staablad No. 422 Tahun 1939, tentang Territoriale Zee en
Maritieme Kriengen Ordonantie. Penentuan lebar laut wilayah sepanjang 3
mil laut dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang
surut.
c. Deklarasi juanda, 13 Desember 1957, melakukan perubahan terhadap
ketentuan ordonansi pada lembaran negara (staatblaad) No. 422 Tahun 1939: Cara
penarikan batas wilayah tidak lagi didasarkan pada garis pasang
surut (low
water line), tetapi juga pada sistem penarikan garis lurus (straight
base line) yang diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang
terluar dari pulau-pulau atau bagian pulau yang termasuk ke dalam wilayah
negara RI.
Penentuan lebar laut wilayah 3 mil laut menjadi 12 mil laut, menerapkan asas
archipelago atau asas nusantara (terkandung kepentingan dan tujuan bangsa Indonesia
yaitu keutuhan wilayah negara di lautan)
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sebagai rezimhukum Internasional, tanggal 21 Maret
1980 , ZEE selebar 200 mil yang diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia.
Karena pengumuman tersebut + 90 negara yang telah mengeluarkan pernyataan
pengakuan tentang ZEE.

Peta Batas NKRI

BATAS WILAYAH NEGARA R I


A.

Batas Wilayah Daratan


Indonesia mempunyai perbatasan wilayah daratan di
bagian utara dengan negara Malaysia di Pulau
kalimantan dalam bentuk Tugu Perbatasan (antara
Serawak dan Kalimantan Barat).
Di wilayah paling Timur, Indonesia hanya perbatan
daratan dengan Papua New Guinea di Jaya Pura
(Irian Jaya). Bentuk perbatasannya adalah kawat
berduri, hutan, sungai dan pegunungan Jayawijaya.

B. Batas Wilayah Kelautan


Beberapa perjanjian yang telah ditandatangani oleh
Indonesia dan beberapa negara tetangga dalam menentukan
batas laut teritorial.
1.

2.

3.

Perjanjian RI-Malaysia: Penetapan


Garis Landas Kontinen kedua
negara (selat Malaka dan Laut
Cina Selatan) ditandatangani (27
Oktober 1969) berlaku (7
November 1969).
Perjanjian RI Thailand: Landas
Kontinen Selat Malaka bagian
utara dan Laut Andaman,
ditandatangani 17 Des 1969,
berlaku 7 April 1972.
Persetujuan RI-Malaysia dan
Thailand mengenai Landas
Kontinen bagian Utara 21 Des
1971 dan berlaku 16 Juni 1973

4. Persetujuan RI Australia:
Penetapan batas dasar laut tertentu
(dilaut Arafuru, di depan pntai
selatan Pulai Irian dan didepan
pantai utara Irian) 18 Mei 1971
berlaku 19 November 1973.
5. Persetujuan RI-Australia: Penetapan
batas-batas dasar tertentu di daerah
Laut Timur dan Laut Arafuru 18
mei 1971 berlaku tgl 9 okt 1972.
6. Persetujuaan RI-India: Penetapan
garis batas kontinen (batas antaat
Sumatra dan Nikobaat , berlaku 8
Agustus 1974.

Perjanjian garis batas laut wilayah dan


perbatasan (laut dan daratan)
1. Perjanjian RI-Malaysia: penetapan
garis batas laut wilayah kedua negara
di Selat Malaka ditandatangani 17
Maret 1970.
2. Perjanjian RI- Singapura: penetapan
garis batas laut wilayah kedua negara
di selat Singapura ditandatangani 25
mei 1975.
3. Perjanjian RI-Australia: garis batas
tertentu antara Papua New Guinea,
ditandatangani 12 Februari 1973

C. BATAS WILAYAH UDARA


Belum ada kesepakatan ttg batas wilayah wilayah udara
di forum Internasional . Pasal 1 Konvensi Paris 1919,
yang kemudian diganti dengan Pasal 1 Konvensi
Chicago 1944, menyatakan bahwa setiap negara
mempunyai kedaulatan yang utuh dan eksklusif di
ruang udara di atas wilayahnya . Atas dasar itulah
kemudian Indonesia menyatakan wilayah kedaulatan
dirgantaranya terdiri atas ruang udara dan antariksa
termasuk orbit Geo Stationer (GSO) yang jaraknya +
36.000 km . Ketentuan ini tercantum di dalam pasal
30 ayat (c) UU No. 20 Tahun 1982 ttg Ketentuanketentuan Pokok Hankam Negara.

Wadah Wawasan Nusantara


1. Batas ruang lingkup :
a. Nusantara
b. Manunggal utuh menyeluruh
1. Nusantara : batas-batas negara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya
pulau-pulau serta gugusan kepulauan yang saling berhubungan, tidak
dipisahkan oleh air, baik yang berupa laut maupun selat.
2. Manunggal (sebagai kesatuan dan persatuan)
2. Tata susunan pokok/ inti organisasi :
a. Bentuk dan Kedaulatan Bab I Pasal (1): sebagai negara kesatuan
berbentuk Republik, kedaulatan ada ditangan rakyat
b. Kekuasaan pemerintah negara, Bab III Pasal (4) dan (5) dipegang oleh
Presiden
c. Sistem Pemerintahan , Indonesia sebagai negara Hukum dan
pemerintah berdasarkan atas konstitusi dan tidak bersifat absolutisme.
3. Tata susunan pelengkap / kelengkapan organisasi:
a. Aparatur negara
b. Kesadaran politik masyarakat dan kesadaran bernegara
c. Pers

Anda mungkin juga menyukai