Anda di halaman 1dari 49

ASPEK

PSIKOLOGI
DISFUNGSI
SEKSUAL

PENDAHULUAN
Pada saat ini, kalau kita
berbicara tentang masalah seks,
kebanyakan dari kita masih
berpikiran bahwa itu sebuah
urusan domestik dalam rumah
tangga yang dikategorikan
sebagai masalah gampanggampang-susah.

Akan tetapi, hal tersebut


tidak dapat disepelekan.
Salah penerapan, bisabisa impian kebahagiaan
berakhir pada keretakan
bahtera rumah tangga.

DARI BANYAK KASUS

Konsep disfungsi
seksual pada perempuan
masih kontroversial,
kebanyakan adalah yang
diakibatkan oleh faktor
biologis.

The American Psychological


Association (APA)

mengklasifikasikan masalah
seksual pada perempuan
sebagai gangguan mental :
kehilangan keinginan seksual,
ketidaknyamanan saat
berhubungan, trauma ketika
berhubungan seksual, dan
ketidakmampuan mencapai
orgasme.

FUNGSI SEKSUAL
NORMAL PADA
PEREMPUAN
Siklus respon seksual
perempuan ditandai oleh
perubahan fisiologis dan
psikologis yang terdiri dari
empat tahap : fase excitement,
fase plateu, fase orgasm, dan
fase resolution.

fase
Dipicu oleh stimulasi yang
excitement
berkualitas
baik, secara fisik

maupun psikologis.
Terindikasi oleh adanya
perubahan emosional dan
peningkatan frekuensi detak
jantung, frekuensi pernapasan,
dan pembengkakan pada vagina
disertai lubrikasi akibat
peningkatan aliran darah.

fase
plateu
Terjadinya pembengkakan

vagina, peningkatan frekuensi


detak jantung, dan terdapat
tarikan otot yang terus
meningkat.
Hal lainnya seperti payudara
membesar, puting payudara
mengeras, dan rahim siap
menerima penetrasi.

fase orgasm
melibatkan sinkronisasi
vagina, anus, dan kontraksi
otot perut, kontrol otot
involunter menghilang
sehingga menghasilkan
peningkatkan perasaan
kesenangan.

fase resolusi
Melibatkan aliran darah yang
mengalir menjauhi vagina,
payudara dan puting payudara
kembali mengecil, frekuensi
detak jantung & frekuensi
pernapasan serta volume
tekanan darah kembali menurun.

Bagaimana perempuan mengalami tahaptahap tersebut bervariasi ;


Ada beberapa perempuan yang dapat
mencapai tahap orgasme lebih cepat dari
normal rata-rata perempuan pada
umumnya,
Ada juga beberapa perempuan yang
melewati fase plateu terlihat datar-datar
saja seperti tidak ada reaksi, bahkan
terdapat juga beberapa perempuan yang
memiliki variasi orgasme berulang
sebelum mencapai tahap resolusi.

PROSES
STIMULASI
SEKSUAL
PEREMPUA
N

Pada awalnya, perempuan bisa


saja tidak memiliki keinginan
sama sekali untuk melakukan
hubungan seksual.
Dibutuhkan motivasi meliputi
faktor interpersonal dengan
pasangan dan faktor psikologis
mengenai diri sendiri dan
lingkungannya.

Beberapa responden
perempuan bahkan
mengatakan bahwa keinginan
melakukan hubungan seksual
juga dapat timbul secara
spontan, mengakibatkan
antusiasme dalam memberikan
ataupun menerima stimulus
seksual.

Jenis dorongan tersebut


biasanya dipengaruhi oleh
siklus menstruasi,
berkurang seiring dengan
penambahan usia, dan
biasanya meningkat saat
melakukannya dengan
pasangan baru.

Perempuan memiliki
beberapa alasan untuk
menyetujui melakukan
hubungan seksual.
Diantaranya meliputi :

a. keinginan untuk
mengekspresikan cinta;
b. untuk menerima dan membagi
kesenangan fisik;
c. untuk merasa lebih dekat
secara emosional,
membahagiakan pasangan dan
untuk meningkatkan
keberadaannya sendiri.

DISFUNGSI
SEKSUAL
PADA
PEREMPUAN

The American Academy of


Family Physician (AAFP)
mengklasifikasikan penyebab faktor
disfungsi seksual pada perempuan
menjadi : a. gangguan keinginan,
gangguan stimulasi; b. gangguan
orgasme; c. gangguan nyeri seksual
(termasuk di dalamnya rasa nyeri
saat melakukan hubungan seksual
atau akibat vaginismus).

Untuk mengeksplorasi
masalah yang mendasari
terjadinya disfungsi seksual
pada perempuan, perlu
ditinjau masing-masing dari
sudut psikologis dan medis
yang dapat saling
mempengaruhi.

Faktor Psikologis
meliputi :

1. Konflik Intrapersonal yang


meliputi : keyakinan yang
bersifat tabu, merasa
terasing, konflik identitas
seksual, rasa bersalah
(misalnya pada janda dengan
pasangan baru).

2. Faktor sejarah yang


meliputi : pengalaman
dilecehkan (seksual,
verbal, fisik), perkosaan,
belum pernah mendapat
pengalaman seksual.

3. Konflik Interpersonal yang


meliputi : adanya konflik
hubungan, perselingkuhan,
baru saja mengalami
pelecehan secara fisik, verbal
atau seksual, libido seksual,
perbedaan keinginan dengan
pasangan, kurangnya
komunikasi seksual.

4. Faktor Depresi dalam


hidup atau Stress yang
meliputi : kondisi
keuangan, keluarga atau
masalah pekerjaan,
penyakit atau kematian
anggota keluarga,
depresi.

LATAR
BELAKANG
PSIKOLOGIS
DISFUNGSI
SEKSUAL

Terdapat dua penyebab


gangguan fungsi
seksual dalam
perspektif psikologis
yaitu : penyebab akut
dan penyebab yang
lebih mendalam.

Penyebab Akut :
A. Kecemasan akan
penampilan : merasa
tidak mampu
memuaskan pasangan,
kecemasan akan
penampilan fisik;

B.

Autokritik terhadap
fungsi seksual : sering
merasa minder,
merasa tidak pernah
memberikan kepuasan
seksual kepada
pasangan;

C. Komunikasi
yang tidak
baik dengan
pasangan;

D. Fantasi :
fantasi yang tidak
sesuai dengan
kenyataan.

Adapun Penyebab
Yang Lebih Dalam
A. Masalah Intrapsikis :
trauma seksual masa kanak,
depresi, gangguan
kecemasan, ketakutan akan
keintiman, kecemasan akan
perpisahan;

B. Masalah hubungan
suami istri :
kehilangan kepercayaan,
kemarahan akan
pasangan, perbedaan
pandangan tentang
kekuasaan dalam rumah
tangga;

C. Faktor Sosiokultural :
nilai-nilai dalam
masyarakat dan budaya
setempat (tidak boleh
sembarangan membicaran
masalah seksual), rasa
malu membicarakan seks
secara terbuka,
kepercayaan dan agama;

D. Faktor pendidikan dan


kognitif : mitos tentang
seksual dan pengharapan
(peran dominan gender
tertentu, usia dan
hubungan dengan
penampilan seksual) serta
ketidakpedulian akan
seks.

BENTUK
DISFUNGSI
SEKSUAL
PADA
PEREMPUAN

Saat ini, Psikolog


mengenali variasi dari
kesulitan-kesulitan
spesifik tentang seksual.
Dalam DSM IV-TR,
sebagian besar disfungsi
seksual dikelompokkan
berdasarkan pada pola
respon seksual yang
dimunculkan.

Berikut
disampaikan
sekilas tentang
beberapa bentuk
disfungsi seksual
yang sering dialami
oleh perempuan.

1.Gangguan Nafsu Seksual


(Gangguan Dorongan
Seksual / GDS)
2.Gangguan Rangsangan
Seksual
3.Gangguan Orgasme
4.Gangguan Nyeri Seksual

PENANGANAN
DISFUNGSI
SEKSUAL

Pada kenyataanya tidak


mudah dilakukan
Diperlukan diagnosa yang
holistik untuk mengetahui
secara tepat etiologi dari
disfungsi seksual yang
terjadi, sehingga dapat
dilakukan penatalaksanaan
yang tepat pula.

Apa yang
dapat
dilakukan ?

1. Mencari pengetahuan &


informasi yang cukup
mengenai anatomi
normal, fungsi seksual,
dan faktor-faktor yang
mempengaruhi (misal dari
media cetak dan
elektronik atau konsultasi
langsung dengan dokter).

2. Mendiskusikan
dengan pasangan
mengenai
kemungkinan
masalah yang
mendasari pemicu
hal tersebut.

3. Melatih penerimaan stimulasi


dengan cara menggunakan
materi-materi yang
merangsang (video, buku),
komunikasi selama aktivitas
seksual, mendiskusikan
variasi baru dalam melakukan
hubungan seksual dengan
pasangan, menetapkan
jadwal waktu untuk
melakukan aktivitas seksual.

4.Mengajarkan teknik
pengalihan perhatian. Dengan
cara berfantasi yang dapat
memicu timbulnya gairah
seksual, melakukan kontraksi
dan relaksasi otot panggul
(sama seperti latihan senam
Kegel), menggunakan latar
belakang musik, video atau
televisi saat melakukan
aktivitas seksual.

5. Mendorong penderita melakukan


perilaku di luar hubungan intim yang
dapat menimbulkan dorongan seksual.
Dengan cara melakukan pijatan sensual,
latihan fokus sensasi (pijatan sensual
tanpa keterlibatan daerah seksual,
dimana saat menerima pijatan, pasangan
yang dipijat memberikan respon yang
menunjukkan rasa nyaman dan
komunikasi antar pasangan), stimulasi
oral atau non-koitus, dengan ataupun
tanpa orgasme.

6. Meminimalisir rasa sakit


saat melakukan
hubungan seksual
(dispareunia), dengan
penanganan yang tepat
sesuai dengan keluhan
fisiologis dan
psikologisnya.

PENUTUP

Terlepas dari berbagai kiat


penanggulangan sederhana yang
telah dijabarkan di atas, untuk
gangguan yang menetap, sangat
diperlukan peran dokter dalam
mengevaluasi setiap faktor
ginekologis, hormonal, neurologis,
anatomis, dan serta atau
pengobatan tertentu secara hatihati dan seksama.

Terimakasi

Anda mungkin juga menyukai