Anda di halaman 1dari 47

Keratitis & Skleritis

Hafiz Sulistio U
14-133

Keratitis

Definisi
Adalah inflamasi pada
kornea yang diakibatkan
oleh infeksi
mikroorganisme atau
reaksi alergi. Peradangan
tersebut dapat terjadi di
epitel, membran Bowman,
stroma, membran Descemet,
ataupun endotel

Etiologi
Eksogen

- bakteri: diplokok pneumonia, streptokok


nemolitikus, pseudomonas aerogenosa,
moraxella liquefaciens, klebsiela pneumoniae
- virus : herpes simplex virus, varicella zoster
virus
- jamur : candida, fusarium, Aspergillus
- parasit : Acanthamoeba (pada pengguna
lensa kontak)
Endogen
- reaksi alergi

Epidemiologi
Merupakan kegawatdaruratan di bidang

opthalmologi
Merupakan penyebab kedua terbanyak
(24,5%) untuk tindakan keratoplasti
setelah adema kornea (24,8%)

Faktor resiko
Penggunaan lensa kontak
Trauma, riwayat operasi kornea
Kelainan pada bola mata
Penyakit sistemik
Immunosupresan

Klasifikasi

Bakteri
virus
jamur
Reaksi alergi

Berdasarkan
etiologinya

Keratitis epithelial
Keratitis
endhote
lial

Menurut
tempatnya

Keratitis stroma

Keratitis
subepithelial

Keratitis bakterial
Keratitis bakterial jarang terjadi pada mata normal
Faktor predisposisi yang umum adalah pemakaian lensa

kontak, trauma, riwayat operasi kornea, kelainan permukaan


bola mata
Tanda utamnya : terdapat defek epitel diatas infiltrat stromal
nekrotik yang berwarna putih keabu-abuan
Gejala: rasa nyeri, pembengkakan kelopak mata, mata
merah, mengeluarkan sekret, dan penglihatan buram
Terapi : 1. topikal -> tetes mata fortified seperti 0.5%
cefazoline dan 1% gentamicin, antibiotik dari gol.
fluorokuinolon.
2. sistemik : terapi sistemik diberikan pada komplikasi
berupa endoftalmitis, pemberian harus diawasi mengingat
adanya resiko toksisitas.

Keratitis virus
Kelainan mata akibat infeksi herepes simpleks

dapat bersifat primer dan kambuhan


Infeksi primer di tandai dengan adanya demam,
malaise, limfadenopati preaurikuler,
konjungtivitis folikutans
Infeksi primer dapat terjadi pada semua umur
tetapi paling sering pada umur antara 6 bulan5 tahun atau 16-25 tahun.

Keratitis jamur
Faktor risiko utama untuk keratitis jamur adalah

trauma okular
Rata-rata usia pasien adalah 41 tahun dan 94%
menggunakan lensa kontak soft
Faktor risiko lain untuk keratitis jamur adalah
penggunakan kortikosteroid
Faktor risiko lainnya adalah konjungtivitis vernal
atau alergika, bedah refraktif insisional, ulkus
kornea neurotrofik yang disebabkan oleh virus
varicellazoster atau herpes simpleks,
keratoplasti, dan transplantasi membran
amnion

Keratitis epitelial
Epitel kornea terlibat pada kebanyakan jenis

konjungtivitis dan keratitis serta pada kasuskasus tertentu merupakan satu-satunya


jaringan yang terlibat (misalnya: pada keratitis
punctata superficialis).
Perubahan pada epitel sangat bervariasi, dari
edema biasa dan vakuolasi sampai erosi kecilkecil, pembentukan filament, keratinisasi partial
dan lain-lain.
Lesi-lesi ini juga bervariasi pada lokasinya di
kornea. Semua variasi ini mempunyai makna
diagnostik yang penting.

Keratitis subepitelial
Epitel kornea terlibat pada kebanyakan jenis

konjungtivitis dan keratitis serta pada kasuskasus tertentu merupakan satu-satunya


jaringan yang terlibat (misalnya: pada keratitis
punctata superficialis).
Perubahan pada epitel sangat bervariasi, dari
edema biasa dan vakuolasi sampai erosi kecilkecil, pembentukan filament, keratinisasi partial
dan lain-lain.
Lesi-lesi ini juga bervariasi pada lokasinya di
kornea. Semua variasi ini mempunyai makna
diagnostik yang penting.

Keratitis stroma
Respons stroma kornea terhadap penyakit

termasuk infiltrasi, yang menunjukkan


akumulasi sel-sel radang; edema muncul
sebagai penebalan kornea, pengkeruhan, atau
parut; penipisan dan perlunakan yang dapat
berakibat perforasi; dan vaskularisasi.

Keratitis endotelial
Disfungsi endothelium kornea akan berakibat

edema kornea, yang mula-mula mengenai


stroma dan kemudian epitel. Ini berbeda dari
edema yang disebabkan oleh peningkatan TIO,
yang mulai pada epitel kemudian pada stroma.
Selama kornea tidak terlalu sembab, sering
masih dapat terlihat kelainan endotel kornea
melalui slit-lamp.
Sel-sel radang pada endotel (endapan keratik
atau KPs) tidak selalu menandakan adanya
penyakit endotel karena sel radang juga
merupakan manifestasi dari uveitis anterior.

Menurut prof. I Salim


1. Keratitis
superficial
nonulceratif
Contohnya : keratitis
pungtata superficial,
Keratitis numularis dari
Dimmer dll.

3. Keratitis
profunda
nonulceratif
Contohnya : Keratitis
interstisial, Keratitis
sklerotikum,
Keratitis disiformis

2. Keratitis
superficial
ulcerative
Contohnya :
Keratitis pungtata
superficial ulceratif,
Keratitis flikten

4. Keratitis
profunda ulcerative
Contohnya : Keratitis
et lagoftalmus,
Keratitis neuroplastik,
Xeroftalmia

Manifestasi klinis
Nyeri
Fotophobia
Penglihatan kabur
Tearing (lacrimation)

Diagnosis
Anamnesis : manifestasi klinis, faktor

resiko
Pemeriksaan fisik : dengan loupe atau
slit lamp examination
Pemeriksaan penunjang :
- laboratorium : untuk mencari etiologi,
scraping dari : infiltrat/ tepi dari ulserasi,
konjungtiva forniks

- special examination : flourescein test


corneal ulcer, seidel test

perforating cornea

SKLERITIS

Definisi
Skleritis peradangan pada lapisan sklera

ditandai dengan adanya infiltrasi selular


destruksi kolagen
remodeling vascular
terjadi karena diperantarai oleh proses imunologis

atau sebagai akibat dari suatu infeksi dan trauma lokal


skleritis juga dapat didefinisikan sebagai gangguan

granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi


kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskuler yang
mengisyaratkan adanya vaskulitis.

Epidemiologi
sangat jarang
6 kasus dari 10.000 penduduk
94 % skleritis anterior
6 % skleritis posterior.
meningkat
pada
pasien

yang

mengkonsumsi bifosfonat
wanita : pria adalah 1.6 : 1
11 87 tahun, rata-rata pada usia 52
tahun.

Etiologi
Kelainan jaringan ikat
Autoimun
Systemic Lupus Erytematous
Poliarteritis nodosa
Seronegatif spondiloartropati
Sarcoidosis
Inflammatory bowel disease
dll

Klasifikasi Skleritis
Skleritis dibagi menjadi 2 :
Skleritis Anterior
Diffuse Anterior Scleritis
Nodular Anterior Scleritis
Necrotizing Anterior Scleritis with Inflamation
Necrotizing
Anterior
Scleritis
without

Inflamation
Skleritis Posterior

Skleritis Anterior
Diffuse Anterior Scleritis
Peradangan yang meluas pada seluruh permukaan

sclera
Skleranya edema dan kemerahan
Merupakan skleritis yang paling umum terjadi
Nodular Anterior Scleritis
Adanya satu atau lebih nodul radang yang eritem,

tidak dapat digerakkan


Nyeri pada sclera anterior
20% kasus berkembang menjadi skleritis nekrosis.

Diffuse
Anterior
Scleritis

a) Nodular
Anterior
Scleritis
b) Penipisan dari sclera
setelah resolusi dari
nodul

Necrotizing
Inflammation

Anterior

Scleritis

with

Nyeri sangat berat


Kerusakan pada sclera terlihat jelas
Apabila disertai dengan inflamasi kornea, dikenal

sebagai sklerokeratitis.
Necrotizing

Anterior

Scleritis

without

Inflammation
Biasa

terjadi pada pasien yang sudah lama


menderita rheumatoid arthritis
Diakibatkan oleh pembentukan nodul rhematoid
Dikenal sebagai skleromalasia perforans.

Skleritis Posterior
Jarang terjadi
Ditandai dengan adanya nyeri tekan bulbus okuli
Penurunan penglihatan, dengan sedikit atau tanpa

kemerahan dan proptosis.


Terdapat perataan dari bagian posterior bola mata
Penebalan lapisan posterior mata (koroid dan
sclera)
Edema retrobulbar
Dapat dijumpai vitritis ringan, penglepasan retina
eksudatif, edema macular, dan papiledema

Anterior
Scleritis

Posterior
Scleritis

Kompleks imun Proses peradangan

kerusakan vaskular (hipersensitivitas tipe


III) ataupun respon granulomatosa kronik
(hipersensitivitas tipe IV)

Hipersensitivitas tipe III


Hipersensitivitas

tipe

III

dimediasi

kompleks imun (IgG dengan antigen).


Hipersensitivitas tipe III:
reaksi lokal (reaksi Arthus)
reaksi sistemik.

oleh

Lanjutan...
Reaksi lokal

Daya ikat rendah, ambang batas aktivasi


melalui reseptor ini lebih tinggi dari pada
untuk

reseptor

IgE

reaksi

hipersensitivitas lebih lama dibandingkan


dengan tipe I (4 8 jam)

Lanjutan...
Reaksi sistemik

antigen dalam sirkulasi kompleks antigen


antibodi deposisi kompleks oleh peningkatan
permeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh
pengaktivasian dari sel mast melalui FcgammaRIII
netrofil mengeluarkan isi granul dan membuat
kerusakan pada endotelium dan membran
basement sekitarnya.
Kompleks

tersebut dapat terdisposisi pada


bermacam macam lokasi seperti kulit, ginjal,
atau sendi

Hipersensitivitas tipe IV
Oleh sel T spesifik antigen
Hipersensitivitas tipe lambat
Sel jaringan dendritik telah mengangkat antigen

peptida yang sesuai berikatan dengan MHC


kelas II kontak dengan sel TH1 di jaringan
memproduksi sitokin infiltrasi seluler yang
mana sel mononuklear (sel T dan makrofag)
cenderung
mendominasi.
Reaksi
maksimal
memakan waktu 48 72 jam.

Lanjutan...
Jaringan

imun

yang

terbentuk

dapat

mengakibatkan kerusakan sklera, yaitu deposit


kompleks imun di kapiler episklera, sklera dan
venul poskapiler (peradangan mikroangiopati).
Tidak

seperti

episkleritis,

peradangan

pada

skleritis dapat menyebar pada bagian anterior


atau bagian posterior mata

Diagnosis
Skleritis dapat ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis

Rasa nyeri Gejala yang paling

sering

Indikator terjadinya
inflamasi yang
aktif

Diagnosis
Karakteristik nyeri :
Nyeri terasa berat
Nyeri dapat menyebar ke dahi,
alis, rahang dan sinus
Rasa nyeri dapat memburuk
pada malam hari
Dapat membangunkan pasien
dari tidurnya.
Nyeri hilang sementara dengan
penggunaan obat analgetik

Mata berair dan fotofobia tanpa

disertai secret mukopurulen


Penurunan ketajaman penglihatan
disebabkan oleh perluasan dari
skleritis ke struktur yang
berdekatan
Tanda primernya adalah mata
merah.

Lanjutan...
Necrotizing

anterior scleritis with


inflammation
mengeluhkan rasa nyeri yang
hebat disertai tajam penglihatan
yang menurun, bahkan dapat terjadi
kebutaan.

Non-necrotizing scleritis

Tajam penglihatan biasanya


tidak akan terganggu, kecuali bila
terjadi komplikasi seperti uveitis.

Riwayat penyakit dahulu :


Penyakit vascular atau penyakit jaringan ikat.
Penyakit infeksi
Penyakit miscellaneous (atopi, gout, trauma
kimia, rosasea)
Trauma tumpul atau trauma tajam pada mata
Obat-obatan seperti pamidronate, alendronate,
dll
Post pembedahan pada mata

Terapi
Terapi disesuaikan dengan penyebabnya
Terapi awal skleritis obat anti inflamasi non-

steroid sistemik.
Obat pilihan indometasin 100 mg perhari

atau ibuprofen 300 mg perhari nyeri cepat


mereda diikuti oleh pengurangan peradangan

Lanjutan...
Apabila tidak timbul respon dalam 1-2 minggu

atau segera setelah tampak penyumbatan


vaskular harus segera dimulai terapi steroid
sistemik dosis tinggi.
Steroid biasanya diberikan peroral prednison
80 mg perhari yang diturunkan dengan cepat
dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan
sekitar 10 mg perhari
Penyakit yangberat metil prednisolon 1g
setiap minggu

Obat-obat imunosupresif lain dapat digunakan

Siklofosfamid sangat bermanfaat apabila


terdapat banyak kompleks imun dalam darah.
Steroid topikal saja tidak bermanfaat tetapi
dapat menjadi terapi tambahan untukterapi
sistemik.
Apabila dapat diidentifikasi adanya infeksi
harus diberikan terapi spesifik.

Lanjutan...
bedah untuk memperbaiki
perforasi sklera atau kornea.

Tindakan

Tindakan ini diperlukan apabila terjadi

kerusakan hebat akibat invasi langsung


mikroba

Prognosis
Necrotizing

scleritis dan scleritis with


extensive scleral thinning atau perforation
memiliki prognosis lebih buruk daripada
jenis skleritis lainnya.

Prognosis skleritis secara umum tergantung

pada penyakit yang mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai