Anda di halaman 1dari 16

PENELITIAN TENTANG KOMPRESI DADA

SECARA TERUS-MENERUS ATAU PUTUS-PUTUS


SELAMA PROSES CPR
LOVINA DAMAYANTHI, S.Ked.

LATAR BELAKANG
Selama proses Resusitasi Kardiopulmoner (CPR) pada pasien gagal
jantung yang melakukan rawat jalan, kompresi dada manual secara putusputus untuk membantu pernapasan dan untuk keselamatan pasien.
Penelitian yang dilakukan adalah
Apakah hasil setelah kompresi secara terus-menerus dengan ventilasi
tekanan-positif berbeda dari yang dialami pasien-pasien setelah kompresi
yang ventilasinya dihentikan pada rasio 2 ventilasi banding 30 kompresi?

METODE PENELITIAN
Penelitian kelompok acak ini dilakukan secara silang pada 114 lembaga layanan medis
darurat. layanan medis darurat dari 8 lembaga ROC yang

berpartisipasi dibagi menjadi 47 kelompok. Kelompok lembaga


ditetapkan secara acak, pada rasio 1:1, untuk melakukan kompresi
dada secara terus-menerus atau kompresi dada secara putus-putus
kepada seluruh pasien gagal jantung yang melakukan rawat jalan
yang mereka respon.

Orang dewasa dengan non-trauma terhadap gagal jantung yang dirawat oleh penyedia layanan medis darurat menerima kompresi

dada secara terus-menerus (kelompok percobaan) atau kompresi dada secara putus-putus (kelompok kontrol).

Pasien yang termasuk dalam kelompok yang menerima kompresi dada secara terus menerus (kelompok

percobaan) diberi kompresi secara terus menerus pada tingkat 100 kompresi per menit dengan ventilasi
tekanan positif yang tidak sinkronis diberikan pada tingkat 10 ventilasi per menit.
Pasien yang termasuk dalam kelompok yang menerima kompresi dada secara putus-putus (kelompok

kontrol) diberi kompresi secara putus-putus untuk ventilasi pada rasio 2 ventilasi banding 30 kompresi;
ventilasi yang diberikan dengan tekanan positif selama jeda kompresi yang lamanya kurang dari 5 detik

Hasil utama adalah tingkat keselamatan agar dapat keluar dari rumah sakit.
Hasil sekunder berupa skor skala Rankin yang dimodifikasi (pada skala dari 0-6, dengan skor 3 yang

menunjukkan fungsi neurologis yang baik).

Proses CPR diukur untuk menilai kesesuaian.

HASIL PENELITIAN

23.711 pasien
analisis primer

12.653
kelompok percobaan
11.058
kelompok kontrol

Sebanyak 1.129 dari 12.613 pasien dengan data yang


tersedia (9,0%) pada kelompok percobaan
dan 1072 dari 11.035 dengan data yang tersedia

(9,7%) pada kelompok kontrol mampu


bertahan sampai keluar dari rumah sakit

7,0% dari pasien pada kelompok


percobaan dan 7,7% dari mereka yang
termasuk dalam kelompok kontrol selamat
dengan fungsi neurologis yang baik saat keluar
dari rumah sakit

HASIL

Pasien yang termasuk dalam kelompok kontrol mampu


bertahan lebih lama tanpa perawatan rumah sakit
dibandingkan pasien yang termasuk dalam kelompok
percobaan

DISKUSI/PEMBAHASAN
orang dewasa dengan
gagal jantung yang
melakukan rawat jalan

strategi kompresi dada


manual secara terus menerus
dengan ventilasi tekanan
positif
tidak dikaitkan

tingkat keselamatan yang signifikan lebih tinggi


untuk keluar dari rumah sakit atau fungsi neurologis
yang baik daripada strategi kompresi dada manual
secara putus-putus untuk ventilasi yang dilakukan
oleh penyedia layanan medis darurat.

Keterbatasan penelitian
Pertama, perbedaan mean yang kecil pada fraksi kompresi dada (proporsi setiap
menit selama pemberian kompresi) antara kelompok perlakuan selama penelitian.
Perbedaan pada fraksi kompresi dada dapat dikaitkan dengan hasil.3,4
Ada kemungkinan bahwa dalam praktek layanan medis darurat di luar konteks
penelitian klinis, sebuah perbedaan yang lebih besar pada fraksi kompresi dada
dapat terjadi dan dikaitkan dengan perbedaan yang lebih besar pada hasil daripada
yang telah diamati pada penelitian ini.

Kedua, ada beberapa ketidak seimbangan pada jumlah pasien dalam masing-masing
kelompok di percobaan kami
karena variasi dalam jumlah waktu selama periode kelompok pertama sebelum
penyilangan, jumlah periode kelompok yang tidak ganjil, dan penangguhan dari
beberapa lembaga layanan medis darurat oleh komite pemantau penelitian.
Ada juga beberapa perbedaan antar kelompok dalam segi karakteristik pasien dan pada
perawatan layanan medis darurat yang diterima.

Ketiga, kualitas perawatan pasca resusitasi, termasuk penggunaan


manajemen suhu yang ditargetkan24,25 dan angiografi koroner awal,25-27
dikaitkan dengan hasil setelah gagal jantung saat melakukan rawat jalan.
Kami mengukur tapi tidak menganjurkan perawatan pasca resusitasi, yang
mungkin mempengaruhi tingkat keselamatan, dari rujukan sampai keluar dari
rumah sakit.

Yang terakhir, kami tidak mengukur oksigenasi atau jumlah


waktu pemberian ventilasi. Aliran oksigen yang rendah maupun
tinggi dapat diatur dengan masker nonrebreather
Kami tidak mengetahui apakah ada perbedaan penting dalam
oksigenasi atau ventilasi antara kedua strategi pengobatan.

KESIMPULAN
Pada pasien gagal jantung yang melakukan rawat jalan, kompresi dada secara
terus-menerus selama CPR yang dilakukan oleh penyedia layanan medis
darurat tidak menghasilkan tingkat keselamatan yang signifikan
lebih tinggi atau fungsi neurologis yang baik daripada yang diberi kompresi
dada secara putus-putus
Resusitasi
Kardiopulmoner
(CPR)

kompresi dada
manual

mengatur aliran darah

ventilasi
tekanan positif

mengatur oksigenasi hingga sirkulasi


spontan kembali pulih

Pasien dengan gagal jantung yang melakukan rawat jalan yang


diberi CPR oleh penyedia layanan medis darurat, sebuah strategi
kompresi dada secara terus-menerus dengan ventilasi tekanan
positif tidak menghasilkan tingkat keselamatan yang

secara signifikan lebih tinggi ataupun status


neurologis yang baik daripada tingkat keberhasilan
dengang strategi kompresi dada secara putus-putus untuk
ventilasi.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai