Anda di halaman 1dari 29

SKENARIO 1

Learning Objectives
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alur Penegakan Penyebab Kematian


Pemeriksaan Penyebab Kematian
Penyebab Kematian termungkin
Perubahan-Perubahan setelah kematian
Perkiraan Waktu Kematian
Tanda-tanda kematian

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

Semula bernama Medicolegal Science.


Kemudian berkembang jadi Forensic Medicine.
- Forensic : asal kata Forum, tempat berlangsung
sidang dizaman Romawi
- Medicine : berarti kedokteran.
Di Indonesia :Paska kemerdekaan Medicolegal disebut
juga Ilmu Kedokteran Kehakiman.
- Sejak awal 1990, dipopulerkan menjadi
Ilmu Kedokteran Forensik

PENGERTIAN
Ilmu Kedokteran Forensik :
Cabang ilmu kedokteran yang menggunakan
prinsipprinsip
dan
pengetahuan
kedokteran untuk membantu proses hukum,
baik sipil maupun kriminal (Jaising P Modi)

Penggunaan pengetahuan dan keterampilan


dibidang kedokteran
kepentingan hukum
dan
peradilan
(Prof.DR.Amri
Amir
SpF(K),DFM,SH).

4.LINTAS DISIPLIN ILMU


KEDOKTERAN FORENSIK
4

Penyidik
5+

Penuntut Umum
6+

Hakim

Dokter

2
1

3
korban

1. Alur penegakan penyebab kematian


Bantuan yang dapat diberikan dokter dalam
perkara pidana:
1. Memberikan keterangan, pendapat serta
nasehat pada penyidikan
2. Melakukan pekerjaan teknis:
a. Pemeriksaan pertama di TKP
b. Pemeriksaan terhadap korban hidup
c. Pemeriksaan terhadap tersangka
d. Pemeriksaan terhadap korban yang meninggal
e. Penggalian jenazah untuk kepentingan peradilan
f.
Pemeriksaan terhadap benda-benda yg berasal
atau diduga berasal dari tubuh manusia.

Pemeriksaan TKP
1.

2.

3.
4.
5.

Menetukan korban hidup atau sudah


meninggal
Membuat perkiraan mengenai saat
kematian korban
Menetukan cara kematian
Menentukan sebab akibat luka
Membantu mencari dan mengumpulkan
barang bukti.

1.
2.

3.

KEGUNAAN TKP
Menentukan perkiraan saat kematian
Menduga cara kematian:
- Mati wajar
- Mati tidak wajar (pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan)
Mengumpulkan barang bukti

Pemeriksaan atas korban mati yang diduga karena


perbuatan tindak pidana (KUHAP 133 ayat 2)
Dapat dengan otopsi atau
Pemeriksaan luar

2. Pemeriksaan Luar Penyebab


Kematian
Pemeriksaan Luar Jenazah
1. Nama
2. Alamat
3. Tanggal dan jam pemeriksaan
4. Penulisan laporan obduksi
5. Identitas jenazah
6. Label
7. Tutup/bungkus
8. Perhiasan
9. Pakaian

Lanjutan..
10. Tanatologi (perubahan-perubahan setelah
kematian)
Lebam mayat
Kaku mayat
Tanda pembusukan
11. Identitas Khusus ( jaringan parut, bekas luka
atau operasi, tatto, tahi lalat.
12. Bulu-bulu
13. Mata
14. Hidung
15. Gigi Geligi

Lebab Mayat
16. Lubang-lubang
17. Luka-luka

Pembusukan

TEKNIK OTOPSI
Pemeriksaan

luar
Pemeriksaan dalam :
Insisi bentuk I
Insisi bentuk Y
Pemeriksaan

tambahan
Pemeriksaan khusus

PEMERIKSAAN LUAR
Identifikasi
Pakaian
Lebam mayat
Kaku mayat
Pembusukan
Panjang dan berat badan
Kepala

Leher
Perut
Alat kelamin
Dubur
Anggora gerak
Punggung
Bokong

Cara melukis luka : harus menggunakan absis dan


ordinat, dan luka harus dirapatkan dulu

PEMERIKSAAN DALAM
Yang perlu diperhatikan :
Rongga perut perlu diinspeksi dulu
sebelum rongga dada dibuka
Pemeriksaan dalam kepala harus
dilakukan setelah rongga dada
kosong
Cara mengiris alat tubuh :

Permukaan terlihat seluas-luasnya


Satu kali irisan
Irisan lain sejajar dengan irisan pertama
Permukaan tidak boleh dicuci tetapi
dihapus

INSISI PADA TUBUH


Insisi bentuk I :
Dimulai sedikit dibawah
Cart. Thyroidea Proc.
Xiphoideus 2 cm
paramedian kiri
Symphysis

Insisi bentuk Y :
Pada jenazah laki-laki : Insisi dimulai dari
Acromion Ka-Ki Proc. Xiphoideus
Pada jenazah perempuan : Insisi dimulai dari
Acromion Ka Ki lurus kebawah melingkari
mamma Proc. Xiphoideus 2 cm paramedian
Ki Symphysis
Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam
sampai menembus perintoneum diteruskan
sampai Symphysis
Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada
dengan cara menarik kulit dengan keras ke
samping memotong otot-otot dengan pisau.
Otot perut dilepas dari Arcus costa.

Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan virologi
Pemeriksaan immunologi
Pemeriksaan toksikologi
Pemeriksaan trace evidence

Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan pncumo thorax
Pemeriksaan emboli udara
Percobaan getah paru-paru (longsap
proof)
Percobaan apung paru-paru
(docimasia pulmonum hydrostatica =
longdrijfproef)
Emboli lemak

3. Penyebab Kematian
Termungkin
Jenis Kematian
1. Mati somatis
2. Mati suri
3. Mati seluler
4. Mati serebral
5. Mati otak

Cara Mendeteksi Kematian


1.
.
.
.
.
.

Fungsi sistem saraf:


tanda arefleks,
relaksasi,
tidak ada pergerakan,
tidak ada tonus,
EEG (elektro ensefalografi) mendatar/flat.

Lanjutan
2. Fungsi pernapasan :

nadi berhenti pada palpasi,

denyut jantung berhenti selama 5-10


menit pada auskultasi,

EKG mendatar,

tidak ada tanda sianotik pada ujung jari


setelah cari diikat tes (magnus), &

tidak ada darah dengan pulsasi pada insisi


arteri radialis.

Lanjutan

3. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada gerak napas pada inspeksi
dan palapsi.
Tidak ada bising pada auskultasi
Tidak ada gerakan permukaan air
dalam gelas
Tidak ada uap air dalam kaca

Penyebab
Kejang-kejang
Busah

4. Perubahan Setelah
Kematian

5. Perkiraan Waktu
Kematian

6. Tanda Kematian
1.

2.

3.
4.

5.
6.

Pernapasan berhenti
> 10 menit
Terhentinya sirkulasi
selama 15 menit
Kulit pucat
Tonus otot
menghilang
P. darah segmentasi
Pengeringan kornea

1.
2.
3.

4.
5.
6.

TIDAK PASTI

Livor mortis (lebam


mayat
Rigor mortis (kaku
mayat)
Algor mortis
( penurunan sushu
tubuh)
Pembusukan
Adipocere ( lilin
mayat)
Mummifikasi

PASTI

Anda mungkin juga menyukai