Anda di halaman 1dari 19

Pengantar dan Sistem Hukum

Indonesia
Arti dan Tujuan Hukum

Universitas Komputer
Indonesia
Bandung
2016

Arti dan Tujuan Hukum

Manusia dan Masyarakat


Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Masyarakat
Golongan-Golongan dalam Masyarakat
Bentuk Masyarakat
Pendorong Hidup Bermasyarakat
Tata Hidup Bermasyarakat
Pengertian Hukum
Apa sebenarnya hukum itu ?
Pendapat Para Sarjana tentang Hukum
Definisi Hukum Sebagai Pegangan
Beberapa Definisi Hukum
Unsur-Unsur Hukum
Ciri-Ciri Hukum
Sifat dari Hukum
Tujuan Hukum
Prof. Subekti, S.H
Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn
Teori Etis
Geny
Bantham
Prof. Mr. J. van Kan

Manusia dan Masyarakat

Manusia Sebagai Mahluk Sosial


Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada
zaman apapun juga selalu hidup bersama, hidup
berkelompok-kelompok. Sekurang-kurangnya kehidupan
bersama itu terdiri dari dua orang, suami-isteri ataupun ibu
dan bayinya.
Aristoteles seorang ahli fikir Yunani-Kuno menyatakan
ajarannya, bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON,
artinya bahwa manusia itu sebagai mahluk pada dasarnya
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama
manusia lainnya, jadi mahluk yang suka bermasyarakat.
Dan oleh karena sifatnya yang suka bergaul satu sama lain,
maka disebut mahluk sosial.
Manusia sebagai individu mempunyai kehidupan jiwa yang
menyendiri, namun manusia sebagai mahluk sosial tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup

Masyarakat
Hasrat untuk hidup bersama memang telag menjadi
pembawaan manusia, merupakan suatu keharusan
badaniah untuk melangsungkan hidupnya. Hidup
bersama sebagai perhubungan antara individu
berbeda-beda tingkatnya, misalnya : hubungan suamiisteri dalam rumah tangga, keluarga, suku-bangsa,
bangsa dan rumah tangga dunia. Kehidupan bersama
itu dapat berbentuk desa, kota, daerah, negara dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama
itu lazim disebut masyarakat. Jadi masyarakat itu
terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup
bersama, sehingga dalam pergaulan hidup itu timbul
pelbagai hubungan atau pertalian yang
mengakibatkan bahwa yang seorang dan yang lain
saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.

Golongan-Golongan dalam Masyarakat


Golongan dalam masyarakat disebabkan karena :
Merasa tertarik oleh orang lain yag tertentu
Merasa mempunyai kesukaan yang sama dengan orang
lain
Merasa memerlukan kekuata/bantuan orang lain
Mempunyai hubungan daerah dengan orang lain
Mempunyai hubungan kerja dengan orang lain.
Pada umumnya ada tiga macam golongan masyarakat,
yaitu :
Golongan yang berdasarkan hubungan kekeluargaan :
perkumpulan keluarga
Golongan yang berdasarkan hubungan
kepentingan/pekerjaan : perkumpulan ekonomi,
koperasi, serikat-sekerja, perkumpulan sosial,
perkumpulan kesenian, olah-raga dan lain-lain.
Golongan yang berdasarkan hubungan
tujuan/pandangan hidup atau ideology : partai politik,

Dalam suatu masyarakat kerapkali harus ada kerjasama antara golongan


yang satu dan yang lain, misalnya antara golongan penghasil (produsen)
barang keperluan hidup dan golongan pembeli (konsumen) antara
golongan ilmu pengetahuan (cendikiawan) dan golongan industri dan
seterusnya.
Dalam suatu golongan seringkali tumbuh semangat yang khusus, yang
berbeda dari semangat golongan lain. Semangat golongan dapat
membahayakan, jika golongan itu merasa lebih penting, lebih tinggi,
lebih kuasa dari golongan lain. Karena itu, untuk persatuan bangsa harus
selalu diutamakan / didahulukan pembinaan semangat persatuan yang
diwujudkan kepada kepentingan bersama. Inilah yang menjadi tugas dan
kewajiban tiap pemimpin golongan dalam masyarakat.
Negara yang merupakan organisasi masyarakat yang berkekuasaan
mempunyai kewajiban untuk mnegarur agar keamanan terjamin dan ada
perlindungan atas kepentingan tiap orang, dan agar tercapai
kebahagiaan yang merata dalam masyarakat. Tidak hanya satu golongan
saja yang dapar merasa bahagia, tetapi seluruh penduduk negara.

Bentuk Masyarakat
Masyarakat sebagai bentuk pergaulan hidup bermacam-macam
ragamnya, diantaranya yaitu :
Yang berdasarkan hubungan yang diciptakan para
anggotanya :
Masyarakat paguyuban, apabila hubungan itu bersifat
kepribadian dan menimbulkan ikatan batin, misalnya
rumah tangga, perkumpulan kematiab dan sebagainya.
Masyarakat patembayan, apabila hubungan itu bersifat
tidak kepribadian dan bertujuan untuk mencapai
keuntungan kebendaan, misalnya Firma, Pereseroan
Komanditer, Perseroat Terbatas, dan lain-lain.
Yang berdasarkan sifat pembentukannya, yaitu :
Masyarakat yang teratur oleh kareba sebgaja diatur untuk
tujuan tertentu, misalnya perkumpulan olah raga.
Masyarakat yang teratur tetapi terjadi dengan sendirinya,
oleh karena orang-orang yang besangkutan mempunyai
kepentingan bersama, misalnya para penonton bioskop,
penonton pertandingan sepak bola dan lain-lain.
Masyarakat yang tidak teratur, misalnya para pembaca
suatu surat kabar.

Yang berdasarkan hubungan kekeluargaan : rumahtangga,


sanak saudara, suku, bangsa dan lain-lain.
Yang berdasatkan perikehidupan/kebudayaan :
Masyarakat primitive dan modern
Masyarakat desa dan masyarakat kota
Masyarakat territorial, yang anggota-anggotanya
bertempat tiggal dalam satu daerah
Masyarakat genealogis, yang anggota-anggotanya
mempunyai pertalian darah (seketurunan)
Masyarakat territorial-genealogis, yang anggotaanggotanya bertempat tinggal dalam satu daerah dan
mereka adalah seketurunan.

Pendorong Hidup Bermasyarakat


Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat
ialah antara lain dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam
naluri manusia, misalnya :
Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum
Hasrat untuk membela diri
Hasrat untuk mengadakan keturunan
Adapun naluri itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan,
tanpa ada orang lain yang mengajarkannya. Keperluan akan
makan dan minum termasuk keperluan primer untuk segala
mahluk yang hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha
untuk mendapat keperluan hidupnya, manusia perlu mendapat
bentuan orang lain. Hidup menyendiri akan menimbulkan
kesulitan, tiap usaha akan berhasil bila dikerjakan bersama atau
bantu-membantu.
Sudah menjadi kodrat alam, bahwa pada tiap-tiap manusia
terdapat hasrat untuk melanjutkan jenisnya dengan mengadakan
keturunan. Hal ini tentu tak dapat dilakukan orang-orang. Hasrat
itu menjadi dorongan untuk adanya bentuk hidup suami isteri,
hidup berkeluarga dan akhirnya mennjadi suatu masyarakat
negara.

Tata Hidup Bermasyarakat


Tiap manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-sendiri.
Namun di dalam masyarakat manusia mengadaka hubungan satu sama
lain, mengadakan kerjasama, tolong-menolong, bantu membantu untuk
memperoleh keperluan hidupnya.
Tiap manusia mempunyai keperluansendiri-sendiri. Seringkali keperluan itu
searah serta berpadanan satu sama lain, sehingga dengan kerjasama
tujuan manusia untuk memenuhi keperluan itu akan lebih mudah dan lekas
tercapai.
Akan tetapi acapkali pula kepentingan-kepentingan itu berlainan bahkan
ada juga yang bertentangan, sehingga dapat menimbulkan pertikaian yang
mengganggu keserasian hidup bersama. Dalam hal ini orang atau
golongan yang kuat menindas orang atau golongan yang lemah untuk
menekankan kehendaknya.
Apabila ketidak-seimbangan perhubungan masyarakat yang meningkat
menjadi perselisishan itu dibiarkan, maka mungkin akan timbul
perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang
terartur, manusia/anggota masyarakat itu harus memperhatikan kaedahkaedah, norma-norma ataupun peraturan-peraturab hidup tertentu yang
ada dan hidup dalam masyarakat di mana ia hidup.
Dengan sadar atatu tidak, manusia dipengaruhi oleh peraturan-peraturan
hidup bersama yang mengekang hawa nafsu dan mengatur perhubungan
antar manusia. Peraturan-peraturan hidup itu memberi ancer-ancer
perbuatan mana yang boleh dijalankan dan perbuatan mana yang harus
dihindari.

Pengertian Hukum

Apa sebenarnya hukum itu ?


Menurut Prof. Mr. Dr. L.J van Apeldoorn menyatakan bahwa
tidak mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah
yang disebut hukum itu. Definisi tentang Hukum, menurut
van Apeldoorn adalah sangat sulit untuk dibuat, karena
tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan
kenyataan.
Kurang lebih 200 tahun yang lalu, Immanuel Kant pernah
menulis bahwa masih juga para sarjana mencari-cari suatu
definisi tentang hukum. Sesungguhnya ucapan Kant ini
hingga kini masih berlaku, sebab telah banyak benar
Sarjana Hukum mencari suatu batasan tentang hukum
namun setiap pembatasan tentang hukum yang diperoleh,
belum pernah memberikan kepuasan.

Pendapat Para Sarjana tentang Hukum


Definisi hukum dari para sarjana, antara lain :
Prof. Mr. E.M. Mayers : hukum ialah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia
dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman bagi penguasapenguasa negara dalam melakukan tugasnya.
Leon Duguit : hukum ialah aturan tingkah laku para anggota
masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama
terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
Immanuel Kant : hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang
dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan
diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan
hukum tentang kemerdekaan.
Adapun sebabnya mengpa hukum itu sulit diberikan definisi yang tepat,
ialah karena hukum itu mempunyai segi dan bentuk yang sangat banyak,
sehingga tidak mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk hukum itu
di dalam suatu definisi.
Hukum sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat, karena hukum itu
mengatur perhubungan antara anggota masyarakat seorang dengan yang
lain, begitu pula perhubungan antara anggota masyarakat itu dengan
masyarakatnya. Artinya, hukum itu mengatur hubungan antara manusia
perseorangan dengan masyarakat.

Definisi Hukum Sebagai Pegangan

Beberapa Definisi Hukum


Utrecht : hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tatatertib suatu masyarakat dan karena itu ditaati oleh masyarakat
itu.
S.M. Amin, S.H : Kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu
adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia,
sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.
J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, S.H.
: hukum
itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat
yang dibuat oleh badan badan-badan resmi yang berwajib,
pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi
berakibatkan diambilnya tindakan , yaitu dengan hukuman
tertentu.
M.H. Tirtaatmidjaja, S.H.
: hukum ialah semua aturan (norma)
yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam
pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian-jika

Unsur-Unsur Hukum
Peraturan mengenai tingkah laku manusia
dalam pergaulan masyarakat.
Peraturan itu diadakan oleh badan-badan
resmi yang berwajib.
Peraturan itu bersifat memaksa.
Sanksi terhadap pelanggaran peraturan
tersebut adalah tegas.

Ciri-Ciri Hukum
Untuk dapat mengenal hukum itu kita harus dapat
mengenal ciri-ciri hukum, yaitu :
Adanya perintah dan/atau larangan
Perintah dan/atau larangan itu harus patuh ditaati setiap
orang
Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam
masyarakat, sehingga tata tertib dalam masyarakat itu
tetap terpelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu
lah hukum meliputi pelbagai peraturan yang menentukan
dan mengatur perhubungan orang yang satu dengan yang
lain, yakni peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang
dinamakan kaedah hukum.
Barangsiapa yang dengan sengaja melanggar suatu kaedah
hukum akan dikenakan sanksi (sebagai akibat pelanggaran
kaedah hukum) yang berupa hukuman.

Hukuman atau pidana itu bermacam-macam jenisnya, yang


menurut Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) ialah :
Pidana pokok terdiri dari :
Pidana mati
Pidana penjara
Seumur hidup
Sementara (sekurang-kurangnya satu hari dan
selama-lamanya lima belas tahun berturut-turut
dan tidak boleh lebih dari dua puluh tahun)
Pidana kurungan (sekurang-kurangnya satu hari dan
setinggi-tingginya satu tahun)
Pidana denda
Pidana tutupan
Pidana tambahan terdiri dari :
Pencabutan hak-hak tertentu
Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu
Pengumuman keputusan hakim

Sifat dari Hukum

Sifat dari hukum yaitu mengatur dan


memaksa, karena ia merupakan
peraturan hidup kemasyarakatan
yang dapar memaksa orang supaya
mentaati tata tertib dalam
masyarakat serta memberikan sanksi
yang tegas berupa hukuman
terhadap siapa yang tidak mau patuh
mentaatinya.

Tujuan Hukum

Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum


dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan
pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat
itu. Berkenaan dengan tujuan hukum, kita mengenal
beberapa pendapar sarjana ilmu hukum yang diantaranya
ialah sebagai berikut :
Prof. Subekti, S.H
Prof. Subekti, S.H mengatakan bahwa hukum itu mengabdi
pada tujuan negara yang dalam pokoknya ialah
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada
rakyatnya.

Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn


Prof. Mr. Dr. L.J. van Apeldoorn mengatakan bahwa tujuan
hukum ialah mengatur pergaulan hidup manusia secara
damai. Hukum menghendaki perdamaian.

Teori Etis
Hukuman itu semata-mata menghendaki keadilan. Teori-teori yang
mengajarkan hal tersebut dinamakan teori etis, karena menurut teori itu isi
hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai
apa yang adil dan apa yang tidak adil.
Geny
Geny mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan. Dan sebagai unsur daripada keadilan disebutkannya kepentingan
daya guna dan kemanfaatan.
Bantham
Jeremy Bentham berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan
semata-mata apa yang berfaedah bagi orang. Jadi tujuan hukum ini adalah
menjamin adanya kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang
sebanyak-banyaknya. Kepastin melalui hukum bagi perseorangan
merupakan tujuan utama daripada hukum.

Prof. Mr. J. van Kan


Prof. Mr. J. van Kan mengatakan, bahwa hukum bertujuan menjaga
kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak
dapat diganggu. Jelas disini bahwa hukum mempunyai tugas untuk
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu dapat
pula disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang
tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, tidak mengadili dan menjatuhi

Anda mungkin juga menyukai