Anda di halaman 1dari 11

Pengantar Kajian Sastra

Dra. Adi Setijowati, M.Hum.


Puji Karyanto, S.S., M.Hum

Pengertian Epistemologi
Epistemologi (bahasa Yunani)
Episteme = pengetahuan
Logos
= pengetahuan sistematik
Yang menguraikan secara ringkas
pengetahuan sistematik tentang
pengetahuan

Logos, yang artinya pikiran.


Epistemologi biasa dan dapat disebut
logika atau ilmu tentang tata cara
pikiran

Topik-Topik Yang Akan Dibicarakan


Sastra dan studi sastra
Batasan dan kriteria sastra
Ruang lingkup Ilmu Sastra: Ontologi dan
epsitemologi ilmu sastra
Genre dalam sastra
Cabang-Cabang Ilmu Sastra
Empat Paradigma Abrams sebagai
pendekatan dalam studi sastra
Studi sastra dengan pendekatan Intrinsik
dan Ekstrinsik
Fungsi sastra

Sastra dan Ilmu Sastra


Ruang lingkup sastra (literature) adalah kreativitas
penciptaan, sedangkan ruang lingkup studi sastra (literary
Study/literary studies) adalah ilmu dengan sastra sebagai
objeknya.
Sastra, dengan demikian berfokus pada kreativitas,
sedangkan studi sastra berfokus pada ilmu
Pertanggungjawaban sastra adalah estetika, sedangkan
pertanggungjawaban studi sastra adalah logika ilmiah
(kepastian, objektivitas, sikap tidak terlibat, dsb).
Problem yang muncul:
Apakah yang disebut sastra? Apa ciri-cirinya?
Apa pula yang dimaksudkan dengan ilmu? Dapatkah studi
sastra dikategorikan sebagai ilmu?
Bagaimanakah kita secara ilmiah mendekati seni,
khususnya seni sastra? Apakah bisa? Kalau bisa
bagaimanakah caranya?

Batasan Sastra
Meskipun secara intuisi kita semua sedikit-banyak
tahu gejala apa yang disebut sastra, tetapi sampai
sekarang belum ada seorang pun yang berhasil
memberi jawaban atas pertanyaan apakah yang
disebut sastra!!!
Batasan manapun yang pernah diberikan selalu dapat
disanggah, ditentang, atau disangsikan karena hanya
menekankan salah satu aspek saja, sehingga
hanya berlaku untuk sastra tertentu, atau sebaliknya
batasan itu terlalu luas dan longgar sehingga
melingkupi banyak hal yang jelas bukan sastra.
Pada umumnya, pendekatan yang sampai sekarang
belum hilang sama sekali adalah pendekatan yang
menyamakan sastra dengan bahan tulisan.

Sastra dan Tulisan

Dalam bahasa-bahasa Barat gejala yang kita sebut sastra disebut literature
(Inggris), literatur (Jerman), litterature (Perancis), yang semuanya berasal
dari bahasa Latin litteratura yang merupakan terjemahan dari bahasa
Yunani Grammatika.
Litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata littera dan
gramma yang berarti huruf (tulisan, letter). Literature dan seterusnya
dalam bahasa Barat modern umumnya dimaknai: segala sesuatu yang
tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis.
Dalam bahasa Jerman, kata literature diterjemahkan menjadi dua yakni
scrifftum, yang meliputi segala sesuatu yang tertulis, dan dichtung, yang
biasanya hanya mengacu pada tulisan yang tidak langsung berkaitan
dengan kenyataan dan secara eksplisit maupun implisit dianggap
mempunyai nilai estetik (letterkunde Belanda, belles-lettres Perancis dan
Inggris).
Dalam bahasa Indonesia sastra berasal dari bahasa Sanskerta; akar kata
sas-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar,
memberi petunjuk, atau instruksi. Akhiran tra biasanya menunjuk alat,
sarana. Maka sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk,
buku instruksi atau pengajaran, misalnya silpasastra, buku arsitektur,
kamasastra, buku petunjuk seni cinta. Awalan su- berarti baik, indah
sehingga susastra dapat dibandingkan dengan belles-lettres.

Tujuh Ciri Bahasa Tulis dan Karya


Sastra

Bahasa tulis kehilangan sarana komunikasi yang dalam pemakaian


bahasa lisan memberi sumbangsih paling hakiki dalam proses
komunikasi, yakni aspek musis/suprasegmental Optimalisasi
Ambiguitas
Tidak ada kemungkinan hubungan fisik Permainan Fokalisasi
Penulis sering tidak hadir, sebagiannya atau bahkan
keseluruhannya Hubungan Penulis dan Karyanya menimbulkan
problem pemaknaan estetik
Teks tertulis juga mungkin sekali lepas dari kerangka referensi
aslinya Secondary Modelling System
Teks tertulis dapat diulang Dinamika Makna Teks
Teks tertulis dapat direproduksi dalam berbagai bentuk Variasi,
Versi, Resepsi
Komunikasi secara tertulis membuka kemungkinan adanya jarak
jauh antara kedua belah pihak dalam hal ruang, waktu, dan
kebudayaan Dinamika Pandangan Zaman

Kesimpulan Pertama: Sastra dan


Tulisan
Batasan sastra tidak hanya mengacu pada bahasa
tulis
Seringkali muncul bentuk campuran antara sastra
tulis dan sastra lisan
Adakalanya sumber pertama dalam bentuk tulisan
yang kemudian dilisankan, atau sebaliknya.
Tidak ada kriteria yang jelas yang dapat kita ambil
dari perbedaan pemakaian bahasa lisan dan bahasa
tulis untuk membatasi sastra sebagai gejala yang
khas
Ada pemakaian bahasa lisan dan tulis yang sastra,
ada pula yang sebaliknya.
Tolok ukur untuk membedakan sastra dengan yang
bukan sastra harus dicari di bidang yang lain.

Sifat-Sifat dan Kriteria Sastra


Aspek Bahasa: Penggunaan bahasa yang khas, yaitu
Retorik, Stilistik,
Aspek Referensial: Fiksionalitas dan Imajinasi
Aspek Fungsi: Kecenderungan Poetik yang dominan
Horace: Dulce et Utile
Great Books (mahakarya), yaitu buku-buku yang
dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi
sastranya. Misalnya, Jane Austin berpendapat bahwa
kriteria sastra adalah Bentuk (form) dan Isi (content)
yang disampaikan secara seimbang
E.M. Forster: Buku yang berisi cerita, plot, serta tokoh
dan Penokohan

Sastra Serius dan Sastra Hiburan

Dalam studi sastra dikenal dua macam sastra, yaitu (1) sastra
serius atau sastra interpretif (interpretive literature); dan (2)
sastra hiburan atau sastra pop atau sastra untuk pelarian (escape
literature).
Sastra serius cenderung merangsang pembaca untuk menafsirkan
atau menginterpretasikan karya sastra itu, sedangkan sastra
hiburan adalah karya sastra untuk melarikan diri (escape) dari
kebosanan, dari rutinitas sehari-hari, atau dari masalah yang
sukar diselesaikan
Sastra hiburan, dengan demikian, sifatnya menghibur dan karena
itu banyak digemari. Karena banyak digemari itulah, sastra
hiburan juga dinamakan sastra pop, yaitu sastra yang populer.
Sastra serius merangsang pembaca untuk menafsirkan, dan
karena itu menambah wawasan kehidupan (insight into life)
pembaca. Sebaliknya, sastra hiburan hanyalah untuk iseng
semata, dan karena itu tidak meninggalkan kesan yang serius
karena hanya memancing Wishful Thinking (impian-impian yang
tidak mungkin dicapai).

Anda mungkin juga menyukai