Anda di halaman 1dari 40

TORCH

DISUSUN OLEH:
DIAN KEMALA PUTRI
PEMBIMBING:
dr. M. Birza Rizaldi, SpOG

TOKSOPLASMOSIS
Toxoplasmosis

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

Toxoplasmosis Gondii. Pada manusia khususnya bayi dan anakanak, dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan.

EPIDEMIOLOGY
Angka kejadian Toxoplasmosis di berbagai negara berbeda-beda
dan lebih sering ditemukan didaerah dataran rendah dengan
kelembapan udara yang tinggi.

ETIOLOGI
Toxoplasma

gondii,

suatu

protozoa

obligat

intraseluler.

Takizoitnya oval atau seperti bulan sabit, bermultiplikasi hanya


dalam sel hidup, dan berukuran 2-4 x 4-7 m, Kista jaringan,
yang berdiameter 10-100 m.

SIKLUS HIDUP
Toxoplasmosis gondii mempunyai 2 siklus hidup yaitu siklus
seksual (skizogoni) dan gametogoni (fase isosporan) yang terjadi
didalam epitel intestinum pejamu definitif (kucing) dan siklus
aseksual (fase toksoplasmik) dalam tubuh manusia. Pada fase
akut takizoit membentuk kista di dalam jaringan.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang dapat timbul pada toksoplsmosis adalah fatigue,
nyeri otot dan kadang-kadang limfadenopati, tetapi seringkali
infeksi terjadi subklinis.
Pada wanita hamil terinfeksi toxoplasma dapat terjadi abortus
spontan, lahir mati atau bayi menderita toxoplasmosis bawaan.

Bila janin lahir setelah ibu terinfeksi selama kehamilan, bayi


bisa

lahir

dalam

keadaan

hidrosefalus,

hepatosplenomegali, ikterus dan anemia.


Gejala defisit neurologis.

BBLR,

DIAGNOSIS PRANATAL
Diagnosis pranatal umumnya dilakukan pada usia kehamilan 14-27 minggu.
Aktivitas diagnosis pranatal meliputi, yaitu:
Kordosentesis ataupun amniosentesis dengan tuntunan USG.
Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban dalam kultur sel fibroblast.
Pemeriksaan teknik PCR.
Pemeriksaan dengan teknik ELISA pada darah janin.
Pemeriksaan tambahan berupa penetapan enzim liver, platelet, leukosit dan
limfosit khususnya rasio CD4 dan CD8.

TERAPI DAN PENCEGAHAN


Terapi diberikan terhadap 3 kelompok penderita berikut:
Kehamilan dengan Infeksi Akut
1.Spiramisin
Antibiotik makrolid dengan spektrum antibakterial.
Di jaringan obat ini ditemukan konsentrasi yang tinggi
terutama pada plasenta serta aktif membunuh takizoit.
Dosis dewasa diberikan 2-4 g/hari per oral dibagi dalam 4 dosis
untuk 3 minggu, diulang setelah 2 minggu sampai kehamilan
aterm.

2. Piremitamin
Obat ini adalah fenilpirimidin obat antimalaria, terbukti juga
sebagai pengobatan radikal pada hewan eksperimental yang
dikenakan infeksi toksoplasmosis.
Waktu paruh plasma 100 jam (4-5 hari).
Dosis 1 mg/kg/hari secara oral, pemberian obat dianjurkan
setiap 3-4 hari.

Toksoplasma Kongenital
Sulfadiazin dengan dosis 50-100 mg/kg/hari dan piremitamin

0,5-1 mg/kg diberikan setiap 2-4 hari selama 20 hari.


Asam folinik 5 mg setiap 2-4 hari secara IM.
Penderita Imunodefisiensi
Pengobatan

disini

sama

halnya

dengan

toksoplasmosis

kongenital yaitu menggunakan piremitamin, sulfadiazin, dan


asam folinik dalam jangka panjang.

Profilaksis
Dianjurkan memakan sayuran dan daging yang dimasak.
Ookista mati dengan pemanasan 90 0C selama 30 detik, 80 0C
untuk 1 menit dan 70 0C untuk 2 menit.
Skrining serologic premarital yang dilanjutkna skrining
bulanan selama kehamilan bagi ibu hamil dengan seronegatif.

RUBELLA

Rubella juga dikenal dengan (German Measles) dan sering


diderita anak-anak. Rubela yang dialami pada trimester pertama
kehamilan 90% menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung,
keterbelakangan mental,bahkan keguguran.

ETIOLOGI
Rubella disebabkan suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili
Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita.
Virus rubella hanya menjangkit manusia saja.

PATOGENESIS
Penularan terjadi melalui oral droplet, dari nasofaring atau
rute pernafasan virus rubella memasuki aliran darah
Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi
kulit.
Dinasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya
erupsi dan kadang-kadang lebih lama.
Penularan dapat terjadi sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari
sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi pada akhir
masa inkubasi, kemudian menurun dengan cepat dan
berlangsung hingga menghilangnya erupsi.

MANIFESTASI KLINIS
Pada waktu mengalami infeksi rubella sebagian ibu hamil
(50%) tidak menunjukkan gejala atau tanda klinis.
Rubella pada ibu dapat menimbulkan berbagai kemungkinan
pada janinnya, yaitu: non-infeksi, infeksi tanpa kelainan
apapun, infeksi dengan kelainan kongenital, resorpsi embrio,
abortus dan kelahiran mati.

SINDROMA RUBELLA KONGENITAL

Trias anomali kongenital pada mata (katarak, mikroftalmia, glaucoma,

retinopati)

Gangguan pendengaran (tuli)

Kelainan jantung : stenosis arteri pulmonalis, PDA (Patent Ductus

Arteriosus), VSD

Manifetasi umum rubella kongenital pada waktu lahir adalah retardasi

pertumbuhan dan psikomotorik, berat bayi kurang dari 2500 gram,


meningioensefalitis yang aktif (fontanel anterior cembung, gelisah, hipotonia,
kejang, letargi, retraksi kepala dan opistotonus).

DIAGNOSIS
Pada neonatus diagnosis rubella intrauterine ditegakkan bila
ditemukan 2 dari 3 tanda klinis utama (ketulian/ katarak/ atau
retinopati rubella, lesi jantung kongenital), serta ada bukti
virologik dan/ atau serologic segera setelah lahir.
Diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan RNA hybridization
dari biopsi vilus korionik dan kultur dari cairan amnion.

PENGOBATAN, IMUNITAS DAN PROFILAKSIS


Pengobatan
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah
simptomatis. Adamantanamin hidrokhlorida (amantadine)
telah dilaporkan efektif upaya untuk mengobati.
Imunitas
Setelah serangan rubella biasanya timbul imunitas jangka
panjang. Reinfeksi dapat terjadi namun biasanya tidak disertai
dengan gejala dan tanda klinis.

Profilaksis
Makin dini terjadi infeksi rubella pada kehamilan, makin besar
bahaya terjadinya embriopati. Setiap wanita pada masa
reproduksi memeriksakan titer antibodi rubella. Vaksinasi
perlu

dilakukan

pada

wanita

pasca

seronegatif untuk mengurangi morbiditas.

pubertas

dengan

CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh sitomegalovirus. Penyakit ini termasuk
penyakit yang mewabah di seluruh negara dan menular melalui kontak
manusia.

ETIOLOGI
CMV termasuk golongan virus herpes DNA. Virus ini menyebabkan
pembengkakan sel yang karakteristik sehingga terlihat sel membesar
(sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata burung hantu.

PENULARAN
Transmisi horisontal terjadi

melalui droplet infection


dan kontak dengan air
ludah.
Transmisi vertikal
penularan proses infeksi
maternal ke janin.
transplasenta.

Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan pertama kali atas

individu infeksi primer.


Infeksi primer berlangsung simtomatis ataupun asimtomatis

serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu


yang tak terbatas infeksi laten.

MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinis pada Ibu Hamil :
Umumnya >90% infeksi CMV pada ibu hamil asimpomatik.
Gejala yang timbul tidak spesifik, yaitu: demam, lesu, sakit
kepala, sakit otot dan nyeri tenggorok. Selain itu wanita yang
hamil dapat mengalami keguguran akibat infeksi CMV.
2. Manifestasi Klinis pada Bayi
Gejala infeksi pada bayi baru lahir bermacam-macam, dari yang
tanpa gejala apapun sampai berupa demam, kuning (jaundice),
gangguan paru, pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran
hati dan limpa, bintik merah di sekujur tubuh, serta hambatan
perkembangan otak (microcephaly).

DIAGNOSIS
Metode serologis diagnosa infeksi maternal primer dapat

ditunjukkan dengan adanya perubahan dari seronegatif menjadi


seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV)
Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan dengan

menggunakan uji immuno fluoresen.

DIAGNOSIS PRENATAL
Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu dengan

kehamilan yang menunjukkan infeksi primer pada umur


kehamilan sampai 20 minggu.
Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus pada

cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis.

PENATALAKSANAAN
1. Gansiklovir
Gansiklovir terlisensi untuk terapi infeksi CMV. Indikasi obat ini
untuk anak immunocompromised seperti infeksi HIV,
postransplan, dan lain-lain jika secara klinis dan virologis
membuktikan penyakit spesifik berakhirnya organ yang
spesifik.
2. Immunoglobulin
Imunoglobulin digunakan sebagai imunisasi pasif
mencegah penyakit Cytomegalovirus simtomatik.

untuk

HERPES SIMPLEK VIRUS


Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe 1 atau tipe 2 yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit eritematosa pada daerah dekat mukokutan,
sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

2 jenis herpes simpleks virus (HSV)


HSV tipe 1 (Non genital)

HSV tipe 2 (Genital) dan ditularkan melalui hubungan seksual.

ETIOLOGI
HSV-1 dan HSV-2 adalah virus double-stranded DNA yang
termasuk dalam Alphaherpesvirinae,
viridae.

subfamily

dari Herpes

MANIFESTASI KLINIS
Pada trimester I cenderung terjadi abortus
Pada trimester II, terjadi prematuritas. Selain itu dapat terjadi
transmisi pada saat intrapartum
Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis,
keratokonjungtivis, atau hepatitis; disamping itu dapat juga
timbul lesi pada kulit.

DIAGNOSIS
Metode untuk pemeriksaan laboratorium infeksi HSV yang
paling sensitif yaitu isolasi virus. Beberapa pemeriksaan
penunjang untuk mendiagnosis HSV yaitu:
Imunoperoksidase
pewarnaan papa-nicolou
uji tzanck
PCR
ELISA
western blot
DFA.

PENATALAKSANAAN
Edukasi
Pasien dengan herpes genital harus dinasehati untuk menghindari
hubungan seksual selama gejala muncul dan selama 1 sampai 2 hari
setelahnya dan menggunakan kondom.
Agen Antiviral
1.Acyclovir
Infeksi Primer HSV: 200 mg peroral 5 kali/hari untuk 10 hari atau 5
mg/kg/hari IV setiap 8 jam.
Herpes oral atau genital rekuren : 200 mg peroral 5 kali/hari untuk 5
hari
Supresi herpes genital : 400 mg peroral 2 kali/hari
Disseminated disease: 5-10 mg/kg IV setiap 8 jam untuk 7 hari jika
>12 tahun.

2. Famciclovir

Herpes labialis rekuren : 1500 mg peroral dosis tunggal pada


saat onset gejala.
Episode primer herpes Genitalis : 250 mg peroral 3 kali/hari
selama10 hari
Supressi jangka panjang: 250 mg peroral 2kali/hari
HIV-positive individuals dengan infeksi HSV orolabial atau
genital rekuren : 500 mg peroral 2 kali/hari untuk 7 hari
Supresi herpes simplex genital rekuren (pasien terinfeksi
HIV): 500 mg peroral 2 kali/hari

3. Valacyclovir

Herpes labialis: 2000 mg peroral setiap 12 jam selama 24 jam


(harus diberikan pada gejala pertama/prodromal)
Genital herpes, episode primer: 1000 mg peroral 2kali/hari
selama 10 hari.
Herpes genital rekuren: 500 mg peroral 2kali/hari selama 3
hari. Suppressi herpes Genital (9 atau lebih rekurensi per
tahun atau HIV-positif): 500 mg peroral 1 kali/hari.
Herpes simplex genital rekuren , suppressi( pasien terinfeksi
HIV): 500 mg peroral 2kali/hari, jika >9 rekurensi pertahun :
1000 mg peroral 1 kali/hari.

4. Foscarnet
HSV resisten Acyclovir: 40 mg/kg IV setiap 8-10 jam selama
10-21 hari
Mucocutaneous, resisten acyclovir: 40 mg/kg IV, selama 1 jam,
setiap 8-12 jam selama 2-3 minggu atau hingga sembuh.
Topikal
Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir
krim 5% (5 kali sehari selama 5 hari).

KESIMPULAN
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii
(Toxo), Rubella, Cyto Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex
Virus
(HSV) yang
terdiri
dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih
terbatas. Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena
dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada
wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
Oleh sebab itu, pada ibu hamil sangatlah penting dalam
melakukan Ante Natal Care (ANC) dengan bertujuan agar
penyakit ataupun kelainan pada kehamilanny dapat segera
diketahui.

DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 volume II @ 1996 Penerbit Buku
Kedokteran EGC hal, 1204 - 1214.
2. Prof. Dr. T. H. Rampengan, SpA(K), Penyakit Infeksi Tropik pada Anak edisi 2 @
2005 Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 263 272
3. Soedarmo S, Garna Herry, Hadinegoro S, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatrik Tropis Edisi Kedua. Jakarta. FKUI
4. Prawirohardjo Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta. Bina
Pustakan Sarwono Prawirohardjo
5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta. Binarupa Aksara
6. Marino T, B Laartz, SE Smith, SG Gompf, K Allaboun, JE Marinez, et al. 2010.
Viral
Infections
and
Pregnancy.
Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/235213-overview.
Diakses
pada
28
September 2010
7. Kim CS. 2010. Congenital and Perinatal Cytomegalovirus Infection. Korean
Journal of Pediatrics. 53(1): 14-20.

Anda mungkin juga menyukai