Anda di halaman 1dari 80

PERENCANAAN

ALINEMEN
VERTIKAL
Oleh : Achmad Nadjam, MT.

1. POTONGAN MELINTANG
2. ALINEMEN VERTIKAL

POTONGAN
MELINTANG
(CROSS
SECTION)

Pengertian Umum
Potongan melintang jalan (cross
section) adalah suatu potongan
arah melintang yang tegak lurus
terhadap sumbu jalan, sehingga
dengan potongan melintang ini
dapat diperlihatkan elevasi serta
struktur jalan arah vertikal.

Elemen-Elemen
Potongan Melintang
Jalan
Pemisah tengah atau median;
Jalur lalu-lintas (travel way);
Pemisah luar (separator);
Jalur samping (frontage road);
Bahu jalan (shoulder);
Trotoar, sebagai jalur fasilitas untuk pejalan kaki;
Parit tepi (side ditch), atau saluran drainase jalan;
Talud timbunan atau talud galian;
Ambang; dan
Batas Ruang Milik Jalan (Rumija/Right of Way).

Median
Fungsi :
Untuk menjamin keamanan gerak lalu-lintas kendaraan
di jalan raya.
Memisahkan arus lalu-lintas yang berlawanan arah.
Sebagai tempat untuk memasang perlengkapan jalan
(road furniture)
Untuk kepentingan keselamatan penyeberang jalan
Jenis-Jenis
(pedestrian crossing).

Median

Median Tinggi, yaitu median yang permukaannya


lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan (raised
median),
Median Rendah, yaitu median yang permukaannya
lebih rendah dari permukaan perkerasan jalan
(depressed median),
Median Sebidang, yaitu median yang permukaannya
sebidang dengan permukaan perkerasan jalan yang
ada (flushed median).

Lebar Median
Lebar total median, diukur dari
garis tepi dalam perkerasan jalur
lalu-lintas
yang
satu,
sampai
dengan garis tepi dalam perkerasan
jalur lalu-lintas lainnya, atau garis
tepi dalam perkerasan jalur lalulintas yang berlawanan arah.

Lebar Minimum
Median
KELAS

LEBAR MIN.

LEBAR MIN.

JALUR

STANDAR [m]

MUTLAK [m]

TEPIAN [m]

Tipe I : - kelas 1

2,50

2,50

0,75 *)

- kelas 2

2,00

2,00

0,50

Tipe II : - kelas 1

2,00

1,00

0,25

- kelas 2

2,00

1,00

0,25

- kelas 3

1,50

1,00

0,25

PERENCANAAN

Bukaan Median
Fungsi :
Mengantisipasi perubahan arah tujuan
seperti, untuk keperluan berbalik arah di
beberapa tempat.
Untuk mengantisipasi gangguan (kemacetan)
sehingga arus kendaraan yang bergerak
menerus
maka,
lebar
median
harus
direncanakan sesuai dengan kendaraan rencana
yang ditetapkan.

Jalur Lalu Lintas


Komposisi jalur lalu-lintas di dalam daerah perkotaan,
terdiri dari:
Jalur lalu-lintas menerus (through traffic road),
Jalur lalu-lintas samping (frontage road),
Jalur lalu-lintas tambahan.

Jumlah Lajur Minimum untuk


Suatu Ruas Jalan
Dua lajur, jika Volume Lalu-lintas
Rencananya (DTV), lebih kecil dari
volume lalu-lintas Standar Perencanaan
Lalu-lintas Harian.
Empat lajur atau lebih, jika Volume
Lalu-lintas Rencananya (DTV) sama atau
lebih besar dari Standar Perencanaan
Lalu-lintas Lalu-lintas Harian.
Jumlah lajur seharusnya genap.
Jumlah lajur ganjil dapat saja diterapkan
untuk keperluan pengguna khusus.
Sumber: Standar Perencanaan Geometrik Jalan (SPGJ) Ditjen Bina Marga

STANDAR LALU-LINTAS HARIAN


RENCANA

PERENCANAAN

STANDAR
PERENCANAAN
LALU-LINTAS HARIAN
(SMP)

STANDAR
PERENCANAAN
LALU LINTAS HARIAN
PER-LAJUR (SMP)

Kelas 1

20.000

15.000

Kelas 2

20.000

15.000

Kelas 1

18.000

13.000

Kelas 2

17.000

13.000

Kelas 3

15.000

12.000

KELAS

TIPE I

TIPE II

Lebar Lajur Lalulintas


Faktor faktor yang mempengaruhi:
Ukuran atau dimensi kendaraan.
Kecepatan
rencana
bersangkutan.

ruas

jalan

Daya dorong angin dari kendaraan


berpapasan maupun yang mendahului.

yang
yang

Guncangan kendaraan ke arah samping, akibat


ketidakrataan permukaan perkerasan jalan

Kemiringan Melintang Normal


Agar air hujan tidak menggenang dan dapat
langsung mengalir ke luar dari permukaan jalan.
Kemiringan melintang yang dianggap dapat
memenuhi syarat drainase maupun syarat
keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan
adalah sebesar 2%.

Pemisah Luar
Fungsi
Memisahkan arus lalu-lintas yang searah, yaitu antara
lalu-lintas jalur menerus, dengan arus lalu-lintas jalur
samping.

Bentuk dan Dimensi

Pemisah luar atau kerap juga disebut sebagai jalur


pemisah, memiliki bagian-bagian yang meliputi, jalur
tepian (marginal strip) di sebelah kiri dan kanan,
serta bangunan pemisah luarnya. Lebar minimum
pemisah luar adalah 1,50 m. Lebar jalur tepian adalah
25 cm, diukur dari bagian tepi bangunan pemisah luar,
ke garis tepi jalur lalu-lintas.

Jalur Samping
Melayani lalu-lintas jarak dekat dengan kecepatan rendah,
dan melayani lalu-lintas yang akan masuk atau keluar
secara langsung ke atau dari lokasi-lokasi kegiatan seperti
perkantoran, dll.
Jumlah lajur lalu-lintas pada jalur samping, disediakan
sesuai dengan kebutuhan volume lalu-lintasnya, dengan
lebar lajur minimum adalah sebesar 3 m, dan kecepatan
rencana antara 40 sampai 60 km/j.

Bahu Jalan

Fungsi bahu jalan yang secara khusus berhubungan dengan


gerak kendaraan adalah untuk memberikan kebebasan
samping dan sebagai jalur untuk meayani kendaraan yang
berhenti dalam keadaan darurat.

Trotoar
Trotoar merupakan jalur pejalan kaki, yang letaknya
berdampingan langsung dengan jalur lalu-lintas, dan
permukaanya ditinggikan. Bagian tepi trotoar
khususnya yang berbatasan dengan jalur lalu-lintas,
dilengkapi dengan pembatas berupa kereb (curb).

Pelandaian, untuk melayani para penyandang cacat


yang memakai kursi roda, dilakukan pada aksesakses rumah tinggal, tempat-tempat kegiatan
dan juga lokasi penyeberangan jalan di daerah
persimpangan sebidang. Kelandaian maksimum yang
dianggap memenuhi pelayanan terhadap para
penyandang cacat adalah sebesar 5%.

Talud
Menurut AASHTO 2001
Engsel talud yaitu, perpotongan antara garis bahu
jalan dengan garis talud.
Bagian talud muka.
Bagian
bawah
talud
(tumit
talud)
yaitu,
perpotongan antara garis talud dengan permukaan
tanah yang ada atau dengan garis dasar parit tepi.

Ambang
Fungsi :
Untuk keperluan ruang gerak bagi pekerja yang
melakukan pemeliharaan bagian tepi jalan.
Untuk memproteksi lahan masyarakat yang berada
diluar Ruang Milik Jalan (Rumija/RMJ/ROW), agar
tidak terganggu oleh pekerja pemeliharaan jalan.
Memperkecil
kemungkinan
longsornya
pagar
pembatas antara lahan Rumija dengan lahan
masyarakat.

Ruang Bebas
Ruang bebas merupakan ruang yang dibutuhkan
baik untuk keperluan kemanan berlalu-lintas,
keamanan struktur bangunan jalan itu sendiri,
maupun struktur jalan lainnya seperti, keamanan
balok dan pilar-pilar jembatan lintas atas.
Seluruh bangunan, fasilitas umum, pohon dan bendabenda lain yang tidak bergerak tidak boleh berada di
dalam ruang bebas.
Ruang bebas harus ditetapkan sesuai
kebutuhan potongan melintang jalan

dengan

ALINEMEN VERTIKAL
Suatu alinemen yang membentuk lintasan yang
menanjak atau menurun, mencakup :
Panjang Lengkung Vertikal Minimum
Besarnya kelandaian
Besarnya panjang landai
Biasanya digambar pada kertas A1, dengan :
Skala Vertikal = 1:100
Skala Horizontal
= 1:1000

LANDAI JALAN
Disebut juga GRADE, yaitu bagian dari suatu alinemen
vertikal yang menggambarkan naik atau turunnya suatu
lintasan jalan
Parameter :
Landai yang menanjak = landai positif (+)
Landai yang menurun = landai negatif (-)
Besarnya kelandaian (%)
Perbandingan antara perbedaan elevasi (H) terhadap
suatu jarak mendatar tertentu (L)

PANJANG LANDAI KRITIS


Pengertian
Panjang landai jalan yang mempunyai ketentuan batas
panjang maksimum, agar penurunan kecepatan
kendaraan berat tidak begitu mempengaruhi kecepatan
kendaraan lain yang bergerak lebih cepat
Panjang Kritis suatu tanjakan dengan kelandaian tertentu,
yang dianggap dapat menurunkan kecepatan kendaraan
berat sampai sebesar 25 km/jam

JALUR PENDAKIAN
Kondisi di mana panjang tanjakan melebihi panjang landai
kritisnya
Jalur pendakian diperlukan dalam kondisi pada suatu tanjakan,
di mana panjang kritis landainya dilampaui.
Gambar 4.34

GAMBAR TIPIKAL RAM


PENYELAMAT DARURAT
Ram Penyelamat Darurat diperlukan dalam kondisi di mana
lengkung vertikal mempunyai lintasan menurun cukup panjang

LENGKUNG VERTIKAL
FUNGSI :
Menghubungkan bagian alinemen yang datar
dengan alinemen yang menanjak atau menurun, guna
mendapatkan suatu perubahan arah gerak vertikal
kendaraan yang aman, lembut dan nyaman
Melayani perubahan alinemen persimpangan tidak
sebidang
Berdasarkan bentuknya, diklasifikasikan menjadi :
Lengkung Vertikal Cembung
Lengkung Vertikal Cekung

JENIS-JENIS LENGKUNG

PENURUNAN RUMUS UNTUK MENENTUKAN


NILAI y DAN E

Keterangan
A = Jumlah aljabar landai dari i1 dan i2
L = Panjang lengkung (m)
y = Offset (m)
x = Jarak horizontal dari awal lengkung ke titik offset
E = Jarak offset y, yang berada si pertengahan lengkung

PENURUNAN RUMUS UNTUK


MENENTUKAN NILAI y DAN E
PERUBAHAN SUDUT DI TIAP TITIK PADA LENGKUNG PARABOLA
KONSTAN
d2y/dx2 = r = a konstan ... (1)
Dengan integrasi :
dy/dx = r + C ... (2)
Harga Batas :
x=0, dy/dx = i1 dan x=L, dy/dx = i2
masukkan harga batas ke persamaan (2), diperoleh :
i1= 0+C, i2= rL+C, atau r= (i2-i1)/L. (3)
Masukkan persamaan (3) ke persamaan (2)
dy/dx = ((i2-i1)/L)x + i1... (4)
Integrasi persamaan (4)
y = ((i2-i1)/L)x2/2 +i1x +C . (5)

PENURUNAN RUMUS UNTUK


MENENTUKAN NILAI y DAN E
Harga Batas : Pada saat x=0 maka y=0. Dengan demikian nilai C pada
persamaan (5) menjadi sama dengan 0 (nol).
Dari segitiga pada Gambar 4.39
(y+Y)/x =i1
Apabila persamaan ini disubtitusi ke persamaan (5), akan diperoleh:
y= -((i2-i1)/L)x2
Karena y (offset) yang terjadi ke arah bawah dari garis tangen maka, y
mempunyai nilai yang negatif, sehingga persamaan di atas menjadi:
y
= ((i2-i1)/L)x2 (6)
Dalam rumus, jumlah aljabar landai (A) antara i1 dan i2 diambil harga
mutlaknya dan nilai i1 dan i2 adalah dalam bentuk persen sehingga
persamaan (6) menjadi :
y
= A x2/200L (7)
A = Jumlah aljabar landai dari i1 dan i2
L = panjang lengkung [m]
y = offset [m]
x = Jarak horizontal dari awal lengkung ke titik offset [STA,m]

LENGKUNG VERTIKAL
CEMBUNG
Lengkung Vertikal Cembung adalah :
Kurva vertikal yang menghubungkan lintasan jalan
kelandaian
positif dengan lintasan jalan yang memiliki
kelandaian negatif
(Paul. H. Wright)
Suatu kurva dimana perpotongan kedua tangennya (PVI)
terletak
diatas lengkung ataupun lengkung mengalami
pergeseran tangen ke
arah bawah

TIPE PERENCANAAN
Perencanaan Lengkung Vertikal cembung dibagi
dua, yaitu :
1. Jarak Pandang Total (S) di dalam daerah panjang
lengkung (L)
S<L
2. Jarak Pandang Total (S) di luar daerah panjang
lengkung (L)
S>L

KONDISI 1: S < L
Keadaan Awal dan Asumsi Penurunan Rumus :
1. Digunakan lengkung parabola sederhana Penggunaan
persamaan parabola
2. Lengkung digambarkan mendatar, sehingga titik awal
lengkung (PTP) dan akhir lengkung (PPT) berada pada level
elevasi yang sama
3. Sudut pada titik PVI A merupakan penjumlahan dari
tangen-tangennya yang berpotongan

KONDISI 1: S < L
E :pergeseran tangen ke lengkung
Berdasarkan pers. Parabola
L : Panjang lengkung
K : konstanta
Tinggi mata
pengemudi :

Tinggi mata
obstacle :

Substitusi pers. 2 dan 3 ke pers. 1, akan didapat dua


pers. Yaitu :

KONDISI 1: S < L
Dengan memasukkan
Ke persamaan 4 dan 5 :

maka

KONDISI 1: S < L
Sehingga :

Kemudian dapat diketahui panjang lengkung


(L) :

KONDISI 1: S < L

L = Panjang Lengkung Minimum (m)


A = Sudut tikungan atau jumlah aljabar
landai (%)
S = Jarak Pandang (m)

KONDISI 2: S > L
Keadaan Awal dan Asumsi Penuruan Rumus :
1. Digunakan lengkung parabola sederhana
Penggunaan persamaan parabola
2. Lengkung digambarkan mendatar, sehingga titik awal
lengkung (PTP) dan akhir lengkung (PPT) berada pada
level elevasi yang sama
3. Sudut pada titik PVI A merupakan penjumlahan dari
tangen-tangennya yang berpotongan

KONDISI 2: S > L

Sehingga :
Untuk memperoleh besar lengkung yang minimum pers.
1 diturunkan menjadi pers. berikut :

KONDISI 2: S > L

Karena :

Sehingga :

Maka :

KONDISI 2: S > L
Besar sudut tikungan (A)
merupakan penjumlahan
dari:

Dengan mensubstitusikan pers. 4 ke pers. 5,maka


: Sehingga :
Atau
:

KONDISI 2: S > L

Substitusikan pers. 6 dan 7 ke pers. 1 untuk


memperoleh panjang lengkung minimum (L)

KONDISI 2: S > L

PENENTUAN PANJANG LENGKUNG


MINIMUM DENGAN GRAFIK

LENGKUNG VERTIKAL
CEKUNG

Penentuannya dipengaruhi oleh:


A. Kemampuan penyinaran lampu kendaraan
pada kondisi malam hari
B. Faktor kenyamanan akibat adanya
penambahan gaya berat pada kendaraan
oleh pengaruh gaya sentripetal
C. Ketentuan drainase
D. Penampilan secara umum

A. Jarak Penyinaran Lampu Besar Kendaraan (1)


Jarak penyinaran diukur dari lampu
depan kendaraan dengan ketinggian
75cm dan sudut 1o.
Ada 2 keadaan utama : S<L dan S>L

e =1

75 cm

A. Jarak Penyinaran Lampu


Besar Kendaraan (2)
a. S < L
Jarak pandang S lebih kecil dari panjang lengkung
L.

L
S

B
B

e
A/100

D D

A. Jarak Penyinaran
Lampu Besar Kendaraan (3)
S<L
Dilihat dari gambar di atas, didapat persamaan :
A L
A | i1 i2 |
DB

100 2
Berdasarkan persamaan pergeseran (offset)
2
diperoleh : 2
S A L
S
D' B'
D' B' DB

L
L0 200
Atau, disederhanakan
menjadi :
S2 A

D' B'

200 L

....(1)

S dalam meter

A. Jarak Penyinaran Lampu Besar


Kendaraan (4)
S<L
Berdasarkan sudut eo, eo=1o :
tan 1 0.0175
e 1
maka :

D' B ' 0,75 0,0175 S ....(2)


Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh persamaan :

S2 A
L
............(3)
150 3,5 S

0 ,7 5 m

A. Jarak Penyinaran Lampu


Besar Kendaraan (5)
b. S > L
Jarak pandang S lebih besar dari panjang
lengkung L.
S

e
A /1 0 0

A. Jarak Penyinaran Lampu


Besar Kendaraan (6)
S>L
Dilihat dari gambar di atas, didapat persamaan :

A
L
D' B'
S .........( 4)
100
2
Dan berdasarkan sudut eo, didapat :

D' B ' 0,75 0,0175 S .............(5)


Dari persamaan (4) dan (5), diperoleh :

150 3,5 S
L 2 S
.........(6)
A

B. Kenyamanan (1)
Ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh
adanya
gaya
sentripetal
akibat
bertambahnya percepatan gravitasi.
L

B. Kenyamanan (2)

A L
E
800

Dengan mengingat bahwa :

maka :

L2
100 L
R

8 E
A

Gaya sentripetal yang berlaku :

v2
a
R

B. Kenyamanan (3)

Dengan memasukan nilai R ke persamaan tsb :


2

v 3,6

maka : v dalam km/jam


A v2
a
1300 L

v
a
100 L

Menurut AASTHO 2001,


2
:
Av

390

100 L

A v2
L
1300 a

a =0,3 m/s, maka

Lintasan Bawah
Lintasan lengkung vertikal seperti pada lintasan
terowongan (tunnel), di bawah jembatan,dll.
Ketentuan :
Tinggi mata pengemudi = 180 cm
Penghalang = 45 cm
Tinggi kebebasan vertikal min (C) = 4,5 m

Lintasan Bawah (2)


Untuk S > L
g1

h1

PTP

h2
PPT
E
E
PVI

L
S

(h1 h2)
n
2

dan

(h1 h 2)
mC
2

g2

Lintasan Bawah (3)


(S > L)

Dari gambar di atas, dapat diambil :

S E m 1
m


L
2 E
2 2 E
0,5 400 C
200 h1 h2 L A
L A
Sehingga,

800 C 400 (h1 h 2)


L 2S
A

Lintasan Bawah (4)


Untuk S < L

g1
PTP

h1

h2
E

PVI

E
S
L

g2
PPT

Lintasan Bawah (5)


(S < L)
Di dapat,

S

L

m m 800

E
L A

Masukan nilai masing-masing, Sehingga,

A S2
L
800 C 400 h1 h 2

Lintasan Bawah (6)


Dengan memasukan nilai C = 4,5 m,
h1=1,8m, dan h2=0,45m, maka :
S>L
S<L

2700
L 2S
A

A S
L
2700

Anda mungkin juga menyukai