Anda di halaman 1dari 34

MANAJEMEN REAKSI KUSTA

Agnes Sri Siswati


Bag. IL. Kes. Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada/
RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta

outline
PENDAHULUAN
REAKSI KUSTA
TIPE REAKSI KUSTA
REAKSI 1
REAKSI 2 (ENL)
MANAJEMEN REAKSI KUSTA
SIMPULAN
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

PENDAHULUAN
EKT

di satu sisi telah berhasil


menurunkan prevalensi kusta,
namun masih didapatkan
masalah
KASUS BARU
KESALAHAN DIAGNOSIS
REAKSI KUSTA
KECACATAN
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

REAKSI KUSTA
Reaksi

kusta: proses peradangan akut pada


perjalanan penyakit kusta yang kronik.

Menyerang

organ lain.

kulit, saraf, membran mukosa, dan

Penanganan

reaksi kusta yang tidak adekuat


kecacatan (deformitas, disabilitas)

Prediksi

dan pencegahan ????

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

REAKSI KUSTA
Kerusakan saraf
Motorik

Sensorik

Autonom

Paralisis

Anaestesi

Anhidrosis

Deformitas
Kekeringan

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Ulkus

tipe reaksi kusta


1. Reaksi tipe 1 (reaksi reversal)
Peningkatan aktivitas inflamasi pada kulit dan/ atau saraf
Terjadi pada pasien dengan tipe borderline yang status
imunologiknya tidak stabil (tipe BT, BB, BL).
2. Reaksi tipe 2 (ENL)
Berhubungan dengan imunitas humoral
Terbentuk kompleks imun
Tanpa disertai perubahan spektrum penyakit
Biasa terjadi pada kusta tipe LL dan BL.
(3.)Fenomena Lucio, bentuk reaksi yang jarang, gambaran
necrotizing erythema
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

KUSTA : TT

BT

BB

BL

LL

RKI
R K II
Lucio
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

PASIEN KUSTA RS DR. SARDJITO TAHUN 2014


KUSTA
BARU

REAKSI
REVERSA
L
-

Januari

25

JML
KUNJUNGA
N
32

Februari

16

18

Maret

15

17

11

April

66

73

28

14

Mei

59

64

Juni

74

78

17

15

Juli

53

54

12

16

Agustus

51

57

12

September

73

79

10

Oktober

36

40

11

November

82

86

16

12

Desember

84

92

10

11

56

634

690

81
(11,74%)

85 (12,32%)

NO

TOTAL

BULAN

TOTAL

KUSTA
LAMA

ENL

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

REAKSI TIPE I (REVERSAL REACTION)


Reaksi hipersensitivitas seluler
Pada penderita lepra borderline
(sebelum/selama terapi)
Klinis : Lesi eritem, edem, nyeri
neuritis
Komplikasi: Kecacatan

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Nyeri dan bengkak pada N. Auricularis Magnus


Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Acral oedema

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

REAKSI TIPE 2
(Eritema nodosum Leprosum / ENL)
Reaksi hipersensitivitas humoral tipe III
Pada lepra tipe LL (paska terapi)
Klinis : Nodul eritem mengkilat, nyeri tekan, ulserasi
Berat: febris, malaise nyeri saraf, tulang dan sendi
Berat : fenomena lucio

Pentaloka Kusta, Jakarta 17-18


Oktober 2015

FENOMENA LUCIO

Varian reaksi kusta yang jarang terjadi


Terjadi pada pasien kusta yang tidak
diobati
Diawali plak merah kebiruan dg halo
eritematous, vaskulitis, sentral hemoraghi,
dan terbentuk bula, ulkus.
Responsif terhadap steroid.
Pengobatan intensif dengan MDT dan antiinflamasi.
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Pentaloka Kusta, Jakarta 17-18


Oktober 2015

MANAJEMEN
REAKSI KUSTA

MDT dilanjutkan
Aspirin untuk nyeri
Istirahat
POD utk mendeteksi komplikasi kecacatan

OBAT-OBAT ANTI REAKSI

Corticosteroid
Clofazimin
Azathioprine
Cyclosporine-A
Dll
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Istirahat danReaksi
imobilisasi
Manajemen
tipe 1 ringan

Memperbaiki K U dan asupan gizi


Menghilangkan faktor pencetus
MDT dilanjutkan/tidak diperlukan bila RFT
Pemberian obat analgetik/ anti reaksi
Aspirin, 600 1200 mg, 4 - 6jam sekali
Parasetamol 500 1000mg, 4 - 6jam sekali
Klorokuin 150mg sehari 3 kali.
Pelaksanaan POD secara rutin
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Manajemen Reaksi tipe 1 berat


dan neuritis akut
Terapi pilihan utama: Kortikosteroid
Operasi dekompresi bila diperlukan
Untuk mengurangi nyeri dan
menghentikan kerusakan fungsi saraf
lebih lanjut, akibat peningkatan tekanan
intraneural persisten iskemia saraf
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Regimen standar pemberian terapi


prednison menurut rekomendasi WHO
Dosis
40mg/hari
30mg/hari
20mg/hari
15 mg/hari
10mg/hari
5mg/hari

Minggu terapi
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu

1 dan minggu 2
3 dan minggu 4
5 dan Minggu 6
7 dan Minggu 8
9 dan Minggu 10
11 dan Minggu 12

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Prinsip Pemberian kortikosteroid

Pemberian steroid sedini mungkin


mengembalikan fungsi sensorik dan
motorik saraf, sehingga mencegah
kerusakan saraf permanen.
Dosis awal steroid 1 mg/kgBB pc,
diberikan sebagai dosis tunggal pagi hari.
Steroid dapat diberikan beberapa bulan
Pemberian steroid lebih lama lebih baik
dari pada dosis tinggi dengan waktu singkat
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Obat obat imunosupresan lain


Metotrexate
Methotrexate, merupakan obat sparing kortikosteroid
yang mempunyai efek cukup baik. Dosis 5mg tiap 12
jam perminggu.
Cyclosporin A,
digunakan apabila terjadi kegagalan steroid dalam
mengatasi reaksi.
Dapat diberikan secara tunggal maupun sebagai sparing
terapi dengan steroid.
Dosis awal siklosporin adalah 5 mg/kgBB per hari diikuti
penurunan dosis secara bertahap, sampai 12 bulan.
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Azatioprin
sebagai terapi sparing dalam jangka lama.
Dosis 1-3mg/kgbb/hari
Bekerja dengan menghambat proliferasi sel T dan
sel B, sintesis antibodi, dan TNF-.
Mikofenolat mofetil
Inhibitor inosine monophosphate dehydrogenase
Berperan pada aktivitas limfosit T dan limfosit B
tidak dapat digunakan dalam jangka lama karena
efek samping gastrointestinal.
Dosis awal 500-1000mg/hari dilanjutkan dosis
maintenance 500 mg perhari
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Manajemen ENL

Eliminasi faktor pencetus


MDT dilanjutkan
Pengobatan antiinflamasi sesuai
tingkat keparahan
Kontrol nyeri dan neuritis
Awasi kerusakan mata dan
kemungkinan kebutaan

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Eliminasi faktor pencetus

Infeksi: (harus diterapi)


infeksi

saluran pernafasan (streptococcal)


virus (paling sering: HSV)
infestasi parasit di intestinal, filariasis, malaria

Stress:
Dilakukan eksplorasi dan konseling

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

ENL dibagi menjadi 3 kategori


Ringan

(episode ENL tunggal)


Sedang atau akut (episode ENL multipel
dalam waktu <2 tahun),
Berat atau kronik (reaksi berat dengan
gangguan konstitusi dan terus menerus).

Terapi reaksi tipe 2 ringan


Analgetik dan anti-inflamasi (Aspirin dan
NSAID)
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Terapi reaksi tipe 2 sedang


Kortikosteroid oral
Klofazimin efek anti-inflamasi
Klorokuin
jarang digunakan, karena hasilnya inkonsisten
Antimonial: Sodium antimony gluconate
(Stibophen)
Jarang dipakai karena kurang efektif dan toksik
Kolkisin: mencegah kerusakan vaskular dengan
menghambat kemotaksis neutrofil.

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Manajemen reaksi tipe 2 berat


Rawat inap untuk perbaikan K U, observasi dan
penatalaksanaan lebih lanjut.
kortikosteroid tunggal atau kombinasi dg klofazimin
Penggunaan klofazimin dosis tinggi dan cukup lama
dapat mengurangi dosis pemberian steroid dan
mengurangi rekurensi reaksi.
Talidomide, sebagai pilihan terakhir

Hati-hati terjadinya ketergantungan


dan efek samping steroid
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Klofazimin
Senyawa

pewarna rimino-phenazine
Sebagai terapi kusta tahun1960an
Mekanisme kerja:

Anti-inflamasi, mekanisme belum jelas

Bekerja

lambat
Efek samping:
Nyeri

abdominal kronik dan Diskolorisasi kulit

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Talidomide
Pilihan

utama reaksi tipe 2.


Dipasarkan sebagai obat golongan sedatif
dan anti-emetik.
FDA tidak menganjurkan, karena masalah
keamanan dan neurotoksisitasnya.
Di Amerika telah terdaftar pada tanggal
16 Juli 1998 untuk kusta .
Efek samping serius teratogenik
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Talidomide
Mekanisme
Efek

kerja secara pasti belum jelas.

anti-inflamasi yang terjadi akibat:

Menurunnya faktor kemotaktik

Hambatan pada sintesis IgM

menurunnya limfosit CD 4+

Menurunnya reseptor IL-2 didalam plasma

Menurunkan TNF-.
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Talidomide

Efek samping
Teratogenik
Neuropati

perifer (nyeri,
rasa baal tangan dan kaki)
Erupsi obat alergik
(eritema multiforme,
eritroderma, dan nekrolisis
epidermal
Somnolen, konstipasi, mual,
dizziness, edema perifer,
dan hipotiroid.
Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Obat dan modalitas lain

Beberapa yang pernah dilaporkan: pentoksifilin,


plasma exchange (plasmaferesis), siklofosfamid,
preparat seng/zinc.

Beberapa obat baru yang dilaporkan sebagai


terapi ENL yaitu inhibitor leukotriene (zafirlukast,
montelukast), derivat talidomid (revimid, actimid),
dan infliximab (antibodi TNF-).

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Manifestasi reaksi tipe 2 lain

iridosiklitis akut
Terapi: kortikosteroid tetes mata (hidrokortison
1%)
Bila diperlukan dapat dilakukan iridektomi.

epididimo-orkitis
tirah baring, analgetik, dan kortikosteroid oral;
skrotum disangga dengan bandage.

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

SIMPULAN

EKT 2000 Nasional sudah tercapai


Permasalahan kusta: reaksi tipe 1 maupun reaksi tipe 2
Manajemen utama: istirahat, faktor pencetus dan anti
inflamasi.
Reaksi ringan:analgetik (NSAID)
Reaksi berat: steroid, obat anti reaksi lain
Manajemen reaksi baik, maka neuritis, kerusakan
saraf, kecacatan dapat dicegah.

Pentaloka Kusta,
Jakarta 17-18 Oktober 2015

Pentaloka Kusta, Jakarta 17-18


Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai