Anda di halaman 1dari 26

Kliring

1.
2.
3.
4.
5.

Disusun Oleh:
Erin Nur Irawati (013)
Citra Dewi (015)
Aal Binti Qurrota A (061)
Fahmi Makki A
(079)
Inkha Maylalang S
(095)

Apa itu KLIRING ???

Kliring adalah perhitungan utang piutang antara para


peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara saling
menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang
yang telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan dengan
mudah dan aman, serta untuk memperluas dan
memperlancar lalu lintas pembayaran giral.

Tujuan Kliring
1
2
3
4

Memajukan dan memperlancar lalu lintas


pembayaran giral
Merupakan alternatif pelayanan jasa transfer dana
yang kompetitif dengan cara mempermudah dalam
melakukan perhitungan,
Penyelesaian utang piutang secara aman, cepat dan
efisien

Serta merupakan salah satu pelayanan bank kepada


para nasabah-nasabahnya.

Sistem
Kliring
Sistem
Manual

Sistem
Semiotomas
i

Sistem
Otomasi

Sistem
Kliring
Nasional

Sistem Kliring Manual


Secara teknis pelaksanaannya, kliring dapat diuraikan
sebagai kegiatan perhitungan utang-piutang diantara
beberapa lembaga keuanganpeserta kliring secara terpusat
dengan cara saling menyerahkan warkat kliring untuk
memperluas lalu lintas pembayaran dengan cara giral.
Warkat yang dapat ikut diperhitungkan dalam proses kliring
domestik di Indonesia (bukan antarnegara) antara lain
adalah :
Cek
Bilyet giro
Surat bukti penerimaan transfer
Wesel bank untuk transfer kredit

Peraturan Kliring Manual


diatur dengan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 2/7/DASP Tahun 2000
Pada sistem ini, penyelenggaraan fungsi-fungsi kliring seluruhnya
dilakukan secara manual dengan kriteria sebgaai berikut :
a)
Perhitungan kliring dan pemilahan/penyampaian warkat dilakukan oleh
peserta.
b)
Pembuatan dan pencocokkan perincian Daftar Warkat Kliring,
penyusunan Neraca Kliring serta pembuatan Bilyet Saldo Kliring
dilakukan oleh peserta.
c)
Penyusunan neraca kliring penyerhan dan pengembalian gabungan
dilakukan olehe penyelenggara.
d)
Identitas peserta menggunakan nomor urut kelompok.
e)
Menggunakan warkat baku, namun dapat menggunakan standar kertas
sekuriti yang lebih rendah bila dia=bandingkan dengan warkat baku
pada sistem otomasi dan elektronik.
f)
Kesalahan perhitungan lebih sering terjadi.
g)
Memilik wakil peserta sekurang-kurangnya dua oranag yang
mempunyai kewenangan untuk membuat, mengubah, dan
menandatangani dan mencantumkan nama jelas

Bank Peserta Kliring


Bank peserta kliring adalah Bank-bank
umum dan Bank-bank pembangunan
yang berada dalam wilayah kliring
tertentu
dikoordinasikan
oleh
Bank
Indonesia atau Bank lain yang ditunjuk
dalam wilayah itu.
Macam
Penyertaan
Kliring

Penyertaan
Langsung
Penyertaan
Tidak
Langsung

Mekanisme Kliring
Pertemuan kliring dilakukan
dalam dua tahap, yaitu :

1. Kliring Penyerahan

2. Kliring Retur

Sistem Semiotomasi Dan


Kliring Otomasi/Elektronik
Sejarah Kliring Di Indonesia
1 Penyelesaian hutang piutang
melalui mekanisme kliring
untuk pertama kali terjadi di
Indonesia
2 Pelaksanaan kliring di Jakarta
dan kota-kota lain di Indonesia
dilaksanakan secara manual.
Sistem penyelenggaraan
kliringpun menjadi sangat
penting untuk ditingkatkan atau
dikembangkan demi efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan
kliring.

15 Februari 1909

Sistem Semi Otomasi


Saat ini pengaturan mengenai sistem semi
otomasi (SOKL) terdapat dalam Surat
Edaran Bank Indonesia No. 2/8/DASP
tanggal
4
Mei
2000
perihal
Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara Semi
Otomasi.

Keuntungan Penyelenggaraan Kliring


Semi Otomasi Kliring Lokal (SOKL)
Keuntungan dibanding dengan sistem manual, sbb :
Tidak memerlukan pengisian formulir secara manual;
Meringankan beban administrasi peserta kliring;
Akurasi dan keamanan data terjamin;
Tidak perlu terlalu lama berada di ruang kliring penyelenggara;
Jumlah petugas kliring bank dapat diefisienkan;
Penyerahan warkat kliring bank dapat dilakukan secara berangsurangsur selama belum melampaui batas waktu yang ditetapkan;
Hasil perhitungan kliring baik Kliring Penyerahan, Kliring
Pengembalian (retur) maupun bilyet saldo dapat diproses lebih
cepat dan akurat;
Waktu pelayanan kepada nasabah dapat diperlonggar;
Program Kliring Retur dapat digabungkan dengan administrasi
cek/bilyet giro kosong.

Sistem Otomasi
Pengaturan mengenai Sistem Otomasi
terdapat
dalam
Surat
Edaran
Bank
Indonesia No. 4/7/DASP tanggal 7 Mei 2002
perihal
Penyelenggaraan
Kliring
Lokal
Secara Otomasi.
Pada sistem otomasi ini pemrosesan warkat
kliring dilakukan dengan menggunakan
mesin baca pilah (reader sorter) yang telah
memiliki fasilitas image warkat.

Warkat Dan Dokumen Kliring


Warkat

Dokumen kliring

Adalah alat pembayaran


bukan tunai yang
diperhitungkan atas beban
atau untuk keuntungan
rekening nasabah atau
bank melalui kliring.

Merupakan dokumen
yang berfungsi sebagai
alat bantu dalam proses
perhitungan kliring
ditempat penyelenggara.

Mekanisme Kliring Otomasi


Dalam penyelenggaraan kliring secara otomasi, kegiatannya
meliputi :
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kliring Penyerahan
Proofing
Persiapan (preparation)
Proses Baca Pilah Warkat/Proses on line
Reject Re-entry
Balancing/Calling over
Balancing/Calling over
Proses Pilah Warkat/Proses off line
Distribusi warkat dan laporan hasil
kliring

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia


Prinsip umum SKNBI
Penyelenggaraan kliring terdiri dari kegiatan kliring debet dan
kliring kredit. Kegiatan pada kliring debet masih disertai dengan
penyampaian fisik warkat, sedangkan pada kliring kredit dilakukan
secara paperless.

Dasar perhitungan kliring pada SKNBI adalah Data


Keuangan Elektronik (DKE).
Penyampaian DKE oleh peserta kepada penyelenggara
dapat dilakukan secara on line atau off line.
Bank wajib melakukan pendanaan awal (prefund) sebelum
mengikuti kegiatan kliring debet dan kliring kredit.
Jumlah minimum prefund yang harus disetorkan oleh bank
pada kliring kredit adalah Rp 1,00 (satu rupiah).
(prefund), tidak dapat mengikuti kegiatan pada kliring
debet dan kliring kredit pada hari tersebut.

Manfaat SKNBI
Efisiensi waktu
Efisiensi biaya
Pengelolaan likiuditas
bank
Manfaat bagi perekonomian

Karakteristik SKNBI
Penyelenggara Kliring
Nasional (PKN)

Unit kerja di Kantor Pusat Bank


Indonesia yang bertugas
mengelola dan menyelenggarakan
SKNBI secara nasional

Penyelenggara Kliring
Nasional (PKN)

Unit kerja di Bank Indonesia dan


Bank yang memperoleh
persetujuan Bank Indonesia untuk
mengelola dan menyelenggarakan
SKNBI di suatu wilayah kliring
tertentu.

P e s e r t a Setiap Bank dapat menjadi peserta dalam


penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah kliring, dengan
persyaratan tertentu.
Penyelenggaraan SKNBI terdiri dari 2 (dua) sub sistem, yaitu
kliring debit dan kliring kredit.

Perbedaan SKNBI dengan


sistem kliring lain
1.
2.

3.

4.
5.

SKNBI memisahkan penyelenggara kliring debit dan


kliring kerdit.
Perhitungan kliring pada SKNBI dilakasanakan secara
nasional perhitungan kliring kredit dilakukan secara
nasional oleh penyelenggara kliring Nasional.
Penyelesaian akhir (settlement) pada SKNBI terpisah
antara kliring kredit dan kliring debit penyelesaian kliring
kredit dilakukan secara nasional.
Penyelenggara SKNBI dibbedakan atas penyelenggara
kliring nasional dan penyelenggara Kliring lokal.
Terdapat mekanisme failure to settle dalam
penyelenggara SKNBI.

Biaya Kliring
Biaya Kliring pada Penyelenggaraan
Kliring Non-SKNBI
Kliring Lokal Secara Otomasi
a. Biaya administrasi senilai Rp 25.000 perbulan
b. Biaya proses

Kliring Lokal Secara Resmi


Semi Otomasi
a. Biaya kliring penyerahan
Rp. 250 per warkat.
b. Biaya kliring penyerahan
senilai rp. 2500 per
warkat, khusus untuk
peserta kliring lokal

Kliring Lokal Secara Manual


Kliring lokal tidak dapat
mengenakan biaya apapun
kepada peserta kliring lokal.

Biaya Kliring

Biaya Kliring pada Penyelenggaraan Kliring SKNBI

Biaya Proses Kliring Debit


Biaya Proses Kliring Kredit
Biaya Warkat Debit Reject
Biaya Pembuatan dan atau Penggatian Tanda Pengenal
Petugas Kliring (TPPK)
Biaya Pemanfaatan Fasilitas Perekaman Data Hasil Kliring
dalam bentuk Compact Disk (fasilitas CD kliring).

Daftar Hitam
Daftar Hitam Perbankan (DHN) adalah informasi mengenai
identitas pemilik rekening yang melakukan penarikan cek
dan/atau bilyet giro kosong yang berlaku secara nasional.
Daftar Hitam
Perbankan selanjutnya
disebut DHN = Daftar
Hitam Nasional.

Diterapkan sejak
tanggal 1 Juli 2007

Dengan diterbitkannya

PeraturanBank Indonesia Nomor : 8/29/PBI/2006 tanggal 20


Desember 2006 tentang daftar hitam nasional penarik Cek/
atau bilyet Giro kosong dan Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor : 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal daftar hitam
Nasional Penarik Cek/atau Bilyet Giro Kosong.

Pemilik Rekening Daftar Hitam


Perbankan
Jika :
1. Melakukan penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong
yang berbeda sebanyak 3 (tiga) lembar atau lebih
dengan nilai nominal masing-masing di bawah
Rp500.000.000,- (lima ratus juta tupiah) pada bank yang
sama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan; atau
2. Melakukan penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong 1
(satu) lembar dengan nilai nominal Rp500.000.000,- (lima
ratus juta rupiah) atau lebih.
Pencantuman identitas pemilik rekening giro kedalam DHN
dilakukan oleh Bank Tertarik dengan melaporkan sendiri secara
online kepada Bank Indonesia. Kemudian Bank Indonesia akan
menerbitkan atau mempublikasikan DHN melalui Sistem
Informasi Daftar Hitam Nasional (DHN) yang dapat diakses oleh
seluruh Bank Umum di seluruh Indonesia.

Apabila pemilik rekening giro masuk DHN,


maka akan dikenakan sanksi sebagai berikut:

Pembekuan hak atau hilangnya hak nasabah atas


penggunaan cek/bilyet giro selama 1 (satu) tahun sejak
tanggal penerbitan DHN oleh Bank Tertarik dan Bank
lainnya di seluruh Indonesia.
Pembekuan hak penggunaan cek dan/atau bilyet giro
tidak menyebabkan penutupan rekening giro pemilik
rekening sehingga pemilik rekening masih dapat
menggunakan sarana lain diluar cek/bilyet giro misalnya
form transfer dana atau slip penarikan tunai.
Pembekuan hak penggunaan cek/bilyet giro dilakukan
untuk seluruh rekening giro yang dimiliki oleh pemilik
rekening baik berupa rekening giro perorangan, rekening
giro gabungan maupuan rekening giro yang
dimaksudkan hanya untuk menampung kredit/pinjaman.

Jika pemilik rekening giro yang masuk


DHN melakukan penarikan kembali
cek/bilyet giro kosong, maka akan
diberikan sanksi lebih berat lagi, yaitu:

Seluruh rekening giro pemilik rekening di Bank


Tertarik akan ditutup
Bank Tertarik akan mencantumkan kembali
identitas pemilik rekening dalam DHN periode
berikutnya, yang mengakibatkan pembekuan
hak atas penggunaan cek/bilyet giro
bertambah lama.

Sistem gross settlement


real-time (RTGS)
adalah spesialis dana sistem transfer di mana
transfer uang atau surat berharga berlangsung dari satu
bank yang lain pada "real time" dan pada " gross basis".
Dengan sistem RTGS, peserta pengirim melalui
terminal RTGS di tempatnya mentransmisikan transaksi
pembayaran ke pusat pengolahan sistem RTGS (RTGS
Central Computer /RCC) di Bank Sentral (dalam hal ini
Bank Indonesia) untuk proses settlement. Jika proses
settlement berhasil, transaksi pembayaran akan
diteruskan secara otomatis dan elektronis kepada
peserta penerima.

THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai