Etiologi
-herediter
-alergi
-kebiasaan : polusi udara, stress, makanan
-obat : obat nyeri seperti NSAID
Klasifikasi Asma
Berdasarkan etiologi :
Asma intrinsik
Asma yang tidak disebabkan oleh faktor
lingkungan.
Asma ekstrinsik
Penyakit asma yang berhubungan dengan
atopi, predisposisi genetik yang
berhubungan dengan IgE sel mast dan
respon eosinofil terhadap alergan.
DERAJAT ASMA
GEJALA
INTERMITEN
Mingguan
Serangan singkat
GEJALA MALAM
FUNGSI PARU
VEP1 atau APE >
80%
RINGAN
Mingguan
seminggu
PERSISTEN
Gejala harian
> sekali
SEDANG
seminggu
Harian
PERSISTEN
BERAT
Kontinu
Sering serangan
Sering
a. Evaluasi preoperatif
1.)Riwayat penyakit
-lama penyakit , frekuensi serangan, lama
berat serangan, faktor-faktor yang
mempengaruhi, riwayat terakhir kali
serangan, pengobatannya
2)pemeriksaan fisik
-dilihat dari derjat obstruksi jalan nafas yang terjadi
I: sianosis, ekspirasi memanjang, tampak sesak
P: takikardi
P: hipersonor
A: wheezing, ronki
- tanda serangan asma berat dilihat dari penggunaan otot
pernafasan tambahan
3) Lab
-eosnifil total dalam darah sering meningkat
4) Rontgen thorax
-dilakukan bila ada kecurigaan proses
patologi di paru
5)Pemeriksaan fungsi paru (spirometri)
-untuk mengetahui kondisi klinis asma perlu
dilakukan pengukuran aliran udara ekspirasi
yaitu volume ekspirasi paksa detik
pertama(FEV1) dan arus puncak ekspirasi
(PEFR)
% FEV/FVC
Normal
80-100
Asma Ringan
75-79
Asma Sedang
50-74
Asma Berat
35-49
Status Asmatikus
<35
b. Pengelolaan preoeratif
-persiapan pertama dengan gangguan
pernafasan yang menjalani pembedahan
adalah menentukan reversibilitas kelainan
-proses obstruksi reversible (dengan
bronkodilator) atau ireversible
c. Terapi medis
Preparat yang digunakan untuk asma adalah
-Simpatomimetik atau b2 adrenergik
agonisbronkodilatasi
contoh : albuterol(ventolin) 2 puffs dengan
MDI 3-4 jam
salmeterol (serevent) 2 puff dengan MDI
setiap 12jam
metaproterenol 2 puff dengan MDI 3-4 jam
-Parasimpatolitik bronkodilatasi
contoh Ipratropium bromide inhaler
-metilxantin
teofilin
-kortikosteroid
steroid intravena meliputi hidrokortisone
100mg tiap 8 jam
-kromolin
-mukolitik
Premedikasi
Tujuan untuk menghilangkan cemas,
meminimalkan reflek bronkokontriksi
terhadap iritasi jalan nafas
-sedatif (benzodizepin)
-opioid (fentanil)
-bronkodilator inhaler atau kortikosteroid
inhaler, kortikosteroid parentral
A. Regional Anestesi
Pada pasien asma yang pernapasannya
tergantung pada penggunaan otot-otot
tambahan (intercostal untuk inspirasi, otot
perut untuk ekspirasi paksa).
Spinal anestesi dapat memperburuk kondisi
jika hambatan motorik menurunkan FRC,
mengurangi kemampuan untuk batuk dan
membersihkan lendir atau memicu
gangguan respirasi atau bahkan terjadi
gagal napas.
B. Anestesi Umum
Waktu paling kritis pada pasien asma yang
dianestesi adalah selama instrumentasi jalan
napas
Nyeri, stress, emosional atau rangsangan
selama anestesi dangkal dapat menimbulkan
bronkospasme
Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan
pelepasan histamin (seperti curare, atracurium,
mivacurium, morfin, meperidin) harus dicegah
atau diberikan dengan sangat lambat jika
digunakan.
1. Agent Inhalasi
Agent inhalasi anestesi seperti
halothan
-menimbulkan pelebaran bronkus sebagai akibat dari blokade
pada reflex bronkokonstruksi bronkodilator yang poten
-halotan tidak ideal pada pasien yang menderita kelainan
jantung karena halotan dapat mengakibatkan disaritmia
karena efek katekolamin release.
MAC :0,72%
Isofluran dan desfluran
-dapat pula menimbulkan bronkodilator dengan derajat yang
setara tetapi harus dinaikkan secara lambat karena sifatrnya
iritasi ringan di jalan napas
ISO MAC :1.12 %
Sevofluran
-tidak terlalu berbau (tidak menusuk) dan
memiliki efek bronkodilator serta sifatnya
tidak iritasi di jalan napas.
MAC : 2.05%
d. Penanganan postopeartif
-Kontrol nyeri post operasi yang bagus adalah
epidural analgesia. NSAID harus dihindari karena
dapat mencetus terjadinya bronkospasme
-Oksigenasi harus tetap diberikan
-Pasien asma yang selesai menjalani operasi
pemberian bronkodilator dilanjutkan lagi
sesegera mungkin pada pasca pembedahan
-Pemberian bronkodilator melalui nebulator atau
sungkup muka. Sampai pasien mampu
menggunakan MDI (Meteroid Dose Inheler)
sendiri