Anda di halaman 1dari 46

Sindroma Guillain-Barr

Dwiyana Roselin

PRESEPTOR :
P R O F. D R . D R . D A RWI N AM I R , S P.S ( K )
D R . R E S T U S U S A N T I , S P.S , M . B I O M E D

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Sindroma Guillain-Barr adalah penyakit inflamasi akut

dimana terjadi demielinisasi polineuropati atau acute


inflamatory demyelinating polyneuropathy (AIDP),
penyakit ini adalah penyakit autoimun yang
mempengaruhi sistem saraf perifer yang bisanya
dicetuskan oleh proses infeksi akut

Epidemiologi
1.2-1.9 kasus per 100.000 orang di seluruh dunia
Eropa 0.6-4 kasus per 100.000 orang
sindroma Fisher yaitu 0.1 kasus per 100.000 orang
Amerika Serikat adalah 1.65-1.79 per 100.000 orang
1 per 100.000 pada umur dibawah 30 tahun, dan 4 per

100.000 kasus pada umur lebih dari 75 tahun


Laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dari wanita
yaitu dengan rasio 1.5:1.

Etiologi
didahului dengan infeksi yang

terjadi kira-kira 6 minggu


sebelum terjadinya onset
infeksi saluran nafas atas atau
gastroenteritis

Patofisologi
molecular mimicry
polineuropati demielinisasi
autoantibodi akan bergabung dengan mielin dan hal ini akan

mengaktivasi komplemen yang akan diikuti dengan pembentukan


membrane-attack complex (MAC) pada permukaan luar dari sel
Schwan dan akan mulai terjadi vesikular degenerasi. Makrofag akan
meninvasi mielin dan menghilangkan debris-debris mielin tersebut.
Semua proses ini akan menyebabkan menghilangnya Nav cluster
dan terjadi pelepasan dari paranodal mielin yang akan membuat
terganggunya atau gagalnya konduksi saraf dan akan terjadi
kelemahan otot dan degenerasi axonal akan terjadi pada fase lanjut

Diagnosis
kelemahan progresif pada kedua lengan dan tungkai dan adanya arrefleksia
Gejala yang progresif dalam hari sampai 4 minggu
Gejala yang simetris kanan dan kiri
Gangguan sensoris yang ringan
Keterlibatan saraf cranial terutama kelemahan bilatral pada otot wajah
Perbaikan dalam 2 atau 4 minggu setelah berhentinya progresivitas
Disfungsi otonomi
Tidak ada demam saat onset
Konsentrasi protein yang tinggi pada cairan cerbrospinal dengan jumlah sel <10sel/mm 3

Gejala-gejala yang mengeklusi


Adanya diagnosis botulisme, miastenia, poliomielitis, atau

toxic neuropati
Adanya riwayat difteri.
Hanya gejala sensorik tanpa gejala kelemahan anggota

gerak atas maupun bawah

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan cairan serebrospinal
peningkatan jumlah total protein
pemeriksaan cairan serebrospinal pada pasien Sindroma

Guillain-Barr sebaiknya dilakukan pada minggu kedua

Tatalaksana
Tatalaksana Umum
Monitor progresi, dan mencegah komplikasi yang fatal
Monitor fungsi paru secara reguler setiap 6-12 jam
Melihat ada atau tidaknya disfunsi otonom seperti melihat frekuensi nadi, tekanan darah, pupil.
Melihat ada atau tidaknya gangguan menelan
Menterapi nyeri
Mencegah infeksi paru dan emboli paru
Mencegah dekubitus dan kontraktur.

Immunoterapi
Plasma Exchage

5 kali dalam 1 atau 2 minggu.


IVIg
2g/kgbb yang dibagi selama 2 sampai 5 hari
Indikasi :pasien yang tidak bisa berjalan tanpa dibantu, dan
indikasi untuk re-treatment adalah perburukan sekunder
setelah perbaikan di awal terapi

Kortikosteroid
Terapi kortikosteroid kurang efektif untuk menatalaksana

pasien Sindroma Guillain-Barr. Pada suatu penelitian,


terapi kombinasi antara IVIg dengan kortikosteroid
memberikan prognosis yang lebih baik pada Sindroma
Guillain-Barr

Prognosis
% pasien dengan Sindroma GuillainBarr meninggal
hari perawatan di rumah sakit yaitu
satu minggu dan 25% pasien
membutuhkan intubasi dan ventilasi
mekanis
3

Faktor yang memprediksi akan kebutuhan


ventilasi:
sindroma bulbar, tidak bisa mengangkat kepala,
batuk yang tidak adakuat, jarak onset dengan
masuk rumah sakit adalah kecil dari 7 hari,
tekanan ekspirasi maksimum <40 cm H2O dan
tekanan inspirasi maksimum<30 cm H2O

faktor yang akan memprediksi kecacatan


jangka lama:
tidak adanya respon motorik, keterlibatan
axonal, tidak bisa berjalan dalam 14 hari,
umur yang tua, perburukan gejala yang
progresif, beratnya gejala saat puncak
penyakit

PRESENTASI KASUS

Identitas Pasien
Nama

:Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan


Usia

40 tahun

Alamat

Tabing, Padang

Anamnesis

Telah dirawat seorang pasien Perempuan berusia 40 tahun


di Bangsal Saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 17 Juni 2016 dengan:
Keluhan Utama:

Lemah kedua tungkai

Riwayat Penyakit Sekarang:


-

Lemah kedua tungkai sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit yang terjadi secara
berangsur-angsur, dimana awalnya pasien merasakan kedua tungkai terasa berat
sehingga pasien berjalan dengan berjinjit pada kedua kaki, namun sejak 2 hari ini
pasien tidak lagi bisa berjalan dan hanya bisa menggerakkan jari kaki.

Keluhan ini disertai oleh kurangnya rasa raba halus pada kedua kaki dan tangan.

Keluhan gangguan menelan tidak ada

Sesak nafas tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu:


- Pasien sebelumnya menderita demam 1 minggu yang lalu,

demam tidak tinggi, hilang timbul, tidak disertai batuk dan


diare, pasien berobat ke dokter kemudian sembuh.
- 3 hari yang lalu mulai merasakan kelemahan, kemudian pasien

dibawa berobat ke dukun karena penyakit bertambah berat.


- Riwayat menderita batuk-batuk lama sebelumnya tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga:


- Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit

seperti ini.
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan

Kebiasaan:
Pasien seorang ibu rumah tangga dengan aktivitas fisik
sedang

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : CMC, GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi

: 76 kali/menit, teratur

Frekuensi Nafas : 20 kali/menit


Suhu: 37,8o C

Status Internus

Kulit: Turgor kulit normal


Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran pada KGB leher,
aksila, dan inguinal
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam , tidak mudah dicabut
Mata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tidak ada kelainan
Leher

: JVP 5-2 cmH2O, bruit karotis (-)

Pulmo

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan dalam keadaan statis


dan dinamis
Palpasi : Fremitus normal, kiri = kanan
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi :

Vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Cor

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi

: Perut tidak tampak membuncit

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Palpasi

: Supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani

Corpus Vertebrae

Inspeksi

: Deformitas (-)

Palpasi

: Massa (-), deformitas (-)

Status Neurologikus
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Tanda Rangsangan Meningeal :
Kaku kuduk

: Tidak ada

Brudzinski I

: Tidak ada

Brudzinski II : Tidak ada


Kernig : Tidak ada
Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial :
Pupil: Isokor, 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+,
refleks cahaya tidak langsung +/+

Pemeriksaan N. Cranialis
N. I

N. II

: Penciuman normal kiri dan kanan


: Refleks cahaya langsung (+)

N. III, IV, VI: - Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
-

Gerakan bola mata bebas ke segalaarah

N. V

Membuka mulut (+), menggerakkan rahang (+), menggigit (+),

mengunyah (+), refleks kornea (+/+)

N. VII

Raut muka simetris, plika nasolabialis kanan dan kiri

simetris, mengerutkan dahi (+)


N. VIII :
N. IX, X :

Dalam batas normal


Refleks muntah (+), arkus faring simetris kiri dan

kanan, uvula di tengah, menelan (+), disfagia (-), disfonia


(-)
N. XI

Dalam batas normal

N. XII

Deviasi lidah (-), tremor (-), fasikulasi (-), atropi (-).

Pemeriksaan Sensorik : kurang rasa raba halus pada ke dua tangan dan
kaki
Pemeriksaan Otonom : unhibited bladder (-)
Refleks Fisiologis
Biceps : ++/++
Triceps : ++/++
APR : +/+
KPR : +/+

Refleks Patologis
Babinski

: -/-

Chaddok

: -/-

Oppenheim

: -/-

Gordon : -/Schaeffer : -/Hoffman Tromner: -/Pemeriksaan fungsi luhur:

kesadaran baik, intelektual baik, reaksi emosi baik

Laboratorium

Hb

Leukosit
Ht

13,9
: 8.580

: 43

Tombosit

GDS

: 95

Na

4,3

275.000mm3

142

Penatalaksanaan
Umum
- Diet MB
- IVFD NaCl 0.9% 12 jam/kolf

Khusus
- Metilprednisolon 3x80 mg (IV)
- Ranitidin 2x40 mg (IV)
- Mecobalamin 2x1 amp (IV)
- Paracetamol 3x500mg (PO)

Anjuran Pmeriksaan :.
o Laboratorium: LED, diff count
o Kimia klinik: GDP, GD2PP, Ektrolit
o Lumbal punksi pada hr ke 8 onset

DISKUSI

Telah dirawat seorang pasien perempuan umur 40 tahun

di Bangsal Neurologi RS. dr. M. Djamil Padang dengan


diagnosis Sindroma Guillain-Barr.

Diagnosis

ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis didapatkan lemah kedua tungkai sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit yang terjadi secara berangsurangsur, dimana awalnya pasien merasakan kedua tungkai
terasa berat sehingga pasien berjalan dengan berjinjit pada
kedua kaki, namun sejak 2 hari ini pasien tidak lagi bisa
berjalan dan hanya bisa menggerakkan jari kaki.

Keluhan ini disertai oleh kurangnya rasa raba halus pada

kedua kaki dan tangan. Pasien sebelumnya menderita


demam 1 minggu yang lalu, demam tidak tinggi, hilang
timbul, tidak disertai batuk dan diare, pasien berobat ke
dokter kemudian sembuh dan 3 hari yang lalu mulai
merasakan kelemahan, kemudian pasien dibawa berobat
ke dukun karena penyakit bertambah berat.

. Pada pasien juga ditemukan kekuatan motorik

ekstrimitas bawah kanan dan kiri yaitu 001 yakni pasien


hanya mampu menggerakkan jari-jari kaki dan pada
tungkai bawah kanan dan kiri juga ditemukan hipotonus.
Selain itu reflek fisiologis KPR dan APR pada ekstimitas
bawah juga menurun.

Pada pasien dianjurkan pemeriksaan darah rutin, LED,

diff count, GDP, GD2PP, Elektrolit, dan pemeriksaan


lumbal punksi pada hari ke-8 onset.
Pasien ditatalaksana dengan terapi umum yaitu diet
makanan biasa dan IVFD NaCl 0.9% 12 jam/kolf. Terapi
khusus yang diberikan metilprednisolon 3 x 80mg,
ranitidin 2 x 40mg, mecobalamin 2 x 1 amp, dan
paracetamol 3 x 500mg.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai