Anda di halaman 1dari 80

Pemicu 4

Blok Respirasi
Ayu suci pratiwi
405140238

Learning objective
1. MM macam-macam penyakit infeksi sal pernapasan
bawah
2. MM Etiologi penyakit infeksi sal pernapasan bawah
3. MM Patofisiologi secara umum sal pernapasan bawah
4. MM flu burung
5. MM Pneumonia
6. MM Pneumonia aspirasi
7. MM Bronkitis akut
8. MM Brnkopneumonia
9. MM Abses paru

LO 1
MM MACAM-MACAM PENYAKIT INFEKSI SAL PERNAPASAN BAWAH

Saluran Pernapasan Bawah


Trakea , bronkus, bronkiolus, dan
paru-paru.
Bronkitis
Bronkiolitis
Influenza
Tuberkulosis
Pneumonia.

LO 4
MM FLU BURUNG

EPIDEMIOLOGI
Penyebab FLU BURUNG
FLU burung atau flu unggas ( bird flu, avian
influenza ) adalah penyakit flu yang disebabkan
oleh virus yang terdapat pada burung liar atau
unggas.
Penyebab FLU BURUNG adalah Virus Influenza
tipe A
Virus Influenza termasuk family Orthomyxoviridae
Virus Influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk
(Drift or Shift) dan dapat menyebabkan epidemi
dan pandemi

EPIDEMIOLOGI
Penyebab FLU BURUNG
Virus flu burung hidup didalam saluran pencernaan
unggas. Kuman ini kemudian dikeluarkan bersama
kotoran secara oral atau saluran pernafasan.
Tipe Virus Influenza: Tipe A, B dan C
Virus Tipe A terdiri beberapa strain H1N1, H3N2,
H5N1, H7N7, H9N2
Penyebabnya Highly Pothogenic Avian Influenza
Viruse, strain H5N1

EPIDEMIOLOGI
Penyebab FLU BURUNG
Berdasarkan sub tipenya terdiri
H: Hemaglutinin dan N: Neuramidase
Kedua huruf tersebut digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak
jenisnya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2,
H3N3, H5N1, H9N2, H1N2 dan H7N7
Sedang pada binatang H1-H5 dan N1-N98
Strain yang sangat virulens dan ganas dan
menyebabkan Flu Burung adalah Sub tipe A H5N1

EPIDEMIOLOGI
Penyebab FLU BURUNG
Tidak semua virus pada binatang dapat menyerang
manusia. Virus flu burung yang tingkat kemampuan
mematikannya tinggi atau high-pathogenic avian
influenza --dan dapat menginfeksi manusia
( zoonosis )-- adalah tipe H5N1 dan H9N2
Virus dapat bertahan hidup dalam air selama 4 hari
pada suhu 22 oC atau lebih 30 hari pada 0 oC
Virus akan mati pada pemanasan 60 oC selama
30 menit atau 56 oC selama 3 jam dengan
detergent / desinfectant seperti formalin dsb

EPIDEMIOLOGI
Ada dua bentuk infeksi yang terjadi akibat virus flu
burung ini pada unggas :
low pathogenic : Gejala yang terjadi pada low
pathogenic kadang tidak dapat diteksi dan biasanya
hanya menyebabkan gejala ringan seperti bulu yang
kusut serta produksi telur yang menurun.
extremes pathogenic : dapat menyebar lebih cepat
melalui kawanan unggas, serta dapat menyebabkan
kerusakan pada beberapa organ sehingga
menyebabkan kematian yang dapat mencapai 90
hingga 100 persen, dalam waktu empat puluh
delapan jam.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi nasional pernah mendengar flu burung : 64,7%
Konfirmasi Laboraturium Nasional Badan Litbangkes Depkes
(Juli 2005-23Februari 2006)
Jumlah kasus konfirmasi flu burung Laboratorium Nasional: 28
kasus, 20 di antaranya meninggal
Konfirmasi Laboratorium WHO Reference (Juli 2005-23 Februari
2006)
Jumlah kasus yang dikonfirmasi sebanyak 27. 19 diantaranya
meninggal (CFR 70,3%).
Dalam jumlah kasus yang dikonfirmasi AI, Indonesia menempati
urutan ke 2 di dunia. Pada urutan pertama adalah Vietnam dengan
jumlah kasus 93.
Untuk jumlah cluster AI dalam keluarga (family cluster), Indonesia
memiliki jumlah terbesar, sebanyak 5 cluster.
Menurut jenis kelamin, 59,2% (16 kasus) adalah laki-laki, dan 40,8%
(11 kasus) perempuan.

EPIDEMIOLOGI
5 Propinsi memiliki kasus AI (dikonfirmasi)
pada manusia, yaitu Banten, DKI Jakarta,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, pada
14 kabupaten . Propinsi Jawa Barat
memiliki jumlah kasus terbanyak, 10 orang
dengan 8 diantaranya meninggal. DKI
Jakarta pada urutan berikutnya dengan 9
kasus, 8 diantaranya meninggal.
Berikutnya, Banten, memiliki 4 kasus, 3
diantaranya meninggal

EPIDEMIOLOGI
Walaupun program pencegahan dan pengendalian flu burung
pada binatang, terutama unggas telah dilaksanakan
Departemen Pertanian (Deptan), kasus flu burng pada
unggas secara sporadis masih terjadi dari waktu ke waktu
terutama di peternakan masyarakat (backyard farming).
Selama flu burung masih menular pada populasi binatang
terutama unggas sebagai sumber infeksi, maka selama itu
pula terdapat kemungkinan terjadinya kasus baru pada
manusia yang merupakan penularan dari binatang terutama
unggas kepada manusia, sehingga kita harus selalu
waspada.
Flu burung pada unggas sudah endemik di 26 propinsi dan
dari waktu ke waktu di berbagai daerah yang sudah
tergolong endemik (161 kabupaten/kota) di Indonesia.

EPIDEMIOLOGI
Indonesia menempati urutan ke 2 dunia
untuk angka fatalitas kasus (Case Fatality
Rate), yaitu sebesar 70,3% (dari 27 kasus,
19 meninggal). Kamboja menempati urutan
pertama dengan CFR 100%, RRC di urutan 3
dengan CFR 66,6% (dari 12 kasus, 8
meninggal), Thailand di urutan 4 dengan
CFR 63,6% (dari 22 kasus, 14 meninggal),
Vietnam di urutan 5 dengan CFR 45,16%
(dari 93 kasus, 42 meninggal), Turki di
urutan 6 dengan CFR 33,3% (dari 12 kasus,
4 meninggal).

EPIDEMIOLOGI
Penyakit flu burung memiliki angka
kematian tinggi, disebabkan
karakteristik virus H5N1 yang sangat
ganas, hingga disebut highly
pathogenic, cepat merusak organ
dalam (terutama paru-paru), cepat
berkembang dan menular pada
unggas, dapat terjadi mutasi adaptif
dan reasortment, serta mudah
resisten terhadap obat anti viral

EPIDEMIOLOGI
Gejala FLU BURUNG
Gejala pada UNGGAS
Jengger berwarna biru
Borok di kaki
Kematian mendadak

Gejala pada MANUSIA


Demam (suhu badan diatas 38 oC)
Batuk dan nyeri tenggorokan
Radang saluran pernafasan atas
Pneumonia
Infeksi mata
Nyeri otot

EPIDEMIOLOGI
Gejala FLU BURUNG
Masa Inkubasi
Pada Unggas: 1 minggu
Pada Manusia: 1-3 hari

EPIDEMIOLOGI
DEFINISI KASUS FLU BURUNG
Suspect Cases
Adalah Seseorang yang menderita ISPA dengan
gejala demam (temp > 38 oC), batuk dan sakit
tenggorokan dan atau beringus serta dengan salah
satu keadaa:
Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang sedang
berjangkit KLB Flu Burung
Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa
penularan
Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang
memproses specimen manusia atau binatang yang
dicurigai menderita flu burung

EPIDEMIOLOGI
DEFINISI KASUS FLU BURUNG
Probable Cases
Adalah suspect case disertai salah satu
keadaan:
Bukti laboratorium terbatas yang mengarah
kepada virus influenza A (H5N1)
Dalam waktu singkat berlanjut menjadi
pneumonial gagal pernafasan/meninggal
Terbukti tidak terdapat penyebab lain

EPIDEMIOLOGI
DEFINISI KASUS FLU BURUNG
Confirmation Cases
Adalah suspect case atau probable didukung
oleh salah satu hasil pemeriksaan
laboratorium:
Kultus virus influenza H5N1 positif
PCR influenza (H5) positif
Peningkatan titer antibody H5 sebesar 4 kali

Gejala Klinis
Flu Burung Pada Manusia?
Sama seperti flu biasa, penderita akan mengalami
demam tinggi, sekitar 40 0 C, batuk-batuk,
tenggorokan sakit, badan lemas, hidung beringus,
pegal linu, pusing, peradangan selaput mata( mata
memerah ). Gejala lain seperti mencret dan muntah
seringkali juga terjadi, terutama pada anak-anak.
Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih
berat berupa peradangan di Paru-paru (Pneumonia)
dan dapat menyebabkan kematian.
Untuk memastikan apakah Anda menderita flu biasa
atau flu burung harus melalui pemeriksaan darah.

Gejala Klinis
Flu Burung Pada Manusia?
Kemampuan Virus flu burung adalah membangkitkan
hampir seluruh respon bunuh diri dalam sistem
imunitas tubuh manusia.
Semakin banyak virus yang terreplikasi semakin
banyak pula sitoksin-sitoksin protein yang memicu
untuk peningkatan respon imunitas dan memainkan
peran penting dalam peradangan yang diproduksi
tubuh
Sitoksin yang membanjiri aliran darah, karena virus
yang bertambah banyak, justru melukai jaringanjaringan dalam tubuh efek bunuh diri

Bagaimana Penularannya Pada


Manusia?
Penularan dari unggas ke manusia terjadi bila kita melakukan
kontak langsung ( misalnya, memelihara atau menyembelih )
dan tinggal di sekitar unggas hidup yang terinfeksi penyakit ini.
Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini
melalui tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi
semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau
binatang lainnya.
Cara terbaik untuk menghindari terinfeksi virus ini adalah tidak
melakukan kontak dengan unggas hidup dimana wabah flu
burung sedang merebak. Kelompok profesi yang berisiko
terinfeksi virus influenza burung adalah para pekerja di
peternakan ayam, pasar burung dan rumah potong ayam. anda
juga dianjurkan segera mencuci tangan setelah melakukan
kontak dengan ayam, burung atau jenis unggas lainnya.

Pencegahan Flu Burung

Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari


saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker,
kacamata renang)
Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus
ditatalaksana dengan baik ( ditanam / dibakar) agar tidak menjadi
sumber penularan bagi orang disekitarnya.
Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan
desinfektan
Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80C
selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu
64C selama 5 menit.
Melaksanakan kebersihan lingkungan.
Melakukan kebersihan diri.

PENGOBATAN
Belum ada Pengobatan yang efektif untuk flu
burung. Saat ini pengobatan anti virus belum
menunjukkan efikasi tinggi
obat simptomatis untuk meredakan gejala
yang menyertai penyakit flu tersebut seperti
demam, batuk atau pusing. tetapi tidak
mengobati penyakitnya.
Penderita sebaiknya banyak minum dan
beristirahat dan mengkonsumsi makanan
bergizi, untuk meningkatkan ketahanan tubuh

Terapi Obat
Pengobatan bagi penderita Flu Burung:
Oksigenasi bila terdapat sesak napas
Hidrasi dengan pemberian cairan
parenteral (infus)
Pemberian obat anti virus Oseltamivir 75
mg dosis tunggal selama 7 hari. Anti
replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu
dan Zanamivir
Amantadin diberikan pada awal infeksi.
Segera dalam 48 jam pertama selama 3-5
hari dengan dosis 5 mg/bb dibagi dalam 2

Cara Aman Mengkonsumsi Daging Unggas


( Ayam, Itik, Burung, dll ) Bagi Konsumen.
Ayam (hasil peternakan lainnya) yang dibekukan
tidak berbahaya bagi manusia terutama bila
dimasak diatas suhu 70 0 C, cucilah telur sebelum
disimpan atau digunakan.
Biasakan untuk selalu mencuci tangan setelah
memegang unggas atau produknya.
Talenan kayu (cutting board/ alas memotong
daging) sebaiknya dicuci dengan larutan
pemutih/bleach solution (agar kuman mati) dan
hanya digunakan untuk daging, tidak dipakai juga
untuk alas memotong sayuran, buah atau lainnya.

Kelompok yang Rentan


terinfeksi
Terutama menyerang anak-anak di
bawah usia 12 tahun. Hampir
separuh kasus flu burung pada
manusia menimpa anak-anak. Hal ini
disebabkan sistem kekebalan tubuh
anak-anak belum begitu kuat.
CFR (Case Fatality Rate): 76%

LO 5
MM PNEUMONIA

DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan alat
parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, yang
disebabkan oleh mikro-organisme
(bakteri, virus, jamur, protozoa)

INSIDENSI
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru
praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran napas yang terjadi di
masyarakat (pneumonia
komunitas/PK) atau di dalam rumah
sakit (pneumonia nosokomial/PN).
Pneumonia yang merupakan bentuk
infeksi saluran nafas bawah akut di
parenkim paru yang serius dijumpai
sekitar 15-20%.

INSIDENSI
Meskipun penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada daerah berkembang
akan tetapi di negara maju dapat
ditemukan kasus yang cukup
signifikan. Berdasarkan umur,
pneumonia dapat menyerang siapa
saja. Meskipun lebih banyak
ditemukan pada anak-anak. Pada
berbagai usia penyebabnya
cenderung berbeda-beda, dan dapat

EPIDEMIOLOGI
Pneumonia merupakan salah satu penyakit
infeksi saluran napas yang terbanyak di
dapatkan dan sering merupakan penyebab
kematian hampir di seluruh dunia. Frekuensi
relative terhadap mikroorganisme patogen
paru bervariasi menurut lingkungan ketika
infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan
masyarakat, panti perawatan, ataupun rumah
sakit. Selain itu faktor iklim dan letak
geografik mempengaruhi peningkatan
frekuensi infeksi penyakit ini.

EPIDEMIOLOGI
Penyebab tersering pada usia muda :
Streptokokus (Str) pneumonia
Penyebab tersering pada Lansia :
Str.pneumoniae, H.influenzae,
Stafilokokus aureus, batang gram (-)

ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai
macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus,
jamur, protozoa, yang sebagian besar
disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering
pneumonia bakterialis adalah bakteri positifgram, Streptococcus pneumonia yang
menyebabkan pneumonia streptokokus.
Bakteri staphylococcus aureus dan
streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya
disebabkan oleh virus, misalnya influenza.

KLASIFIKASI
A. Berdasarkan klinis dan epidemiologi
Pneumonia komuniti (Communityacquired pneumonia= CAP)
Penumonia nosokomial (Hospitalacquired Pneumonia= HAP)
Pneumonia pada penderita
immunocompromised Host
Pneumonia aspirasi

KLASIFIKASI
B. Berdasarkan lokasi infeksi
Pneumonia lobaris
Bronko pneumonia (Pneumonia
lobularis)
Pneumonia interstisial

DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis pneumonia


dapat dilakukan melalui:
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran Radiologis
Pemeriksaan Bakteriologis

Gambaran Klinis
Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua
jenis pneumonia. Gejala-gejala meliputi:
Gejala Mayor: 1.batuk
2.sputum produktif
3.demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor: 1. sesak napas
2. nyeri dada
3. konsolidasi paru pada
pemeriksaan fisik
4. jumlah leukosit >12.000/L

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium
terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya >10.000/ul
kadang-kadang mencapai 30.000/ul,
dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta
terjadi peningkatan LED.

Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25%
penderita yang tidak diobati. Anlalisa
gas darah menunjukkan hipoksemia
dan hiperkarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.

Gambaran Radiologis
1.Pneumonia Lobaris

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas


tinggi pada satu segmen/lobus (lobus kanan bawah PA
maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan
alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya
ditemukan pada pneumonia jenis ini.

Hasil CT scan dada ini menampilkan gambaran


hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.

2. Bronchopneumonia (Pneumonia
Lobularis)
Pada gambar ini
tampak
konsolidasi tidak
homogen di lobus
atas kiri dan lobus
bawah kiri.

Tampak
gambaran
opak/hiperdens
pada lobus
tengah kanan,
namun tidak
menjalar
sampai perifer.

3. Pneumonia Interstisial

Terjadi edema dinding


bronkioli dan juga edema
jaringan interstitial
prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara
pada alveolus masih
terlihat, diliputi oleh
perselubungan yang
tidak merata.

PENATALAKSANAAN
Dalam mengobati penderita
pneumonia perlu diperhatikan
keadaan klinisnya. Bila keadaan
klinis baik dan tidak ada indikasi
rawat dapat dirawat dirumah.

Penderita yang tidak dirawat di


RS:
Istirahat ditempat tidur, bila panas
tinggi di kompres
Minum banyak
Obat-obat penurunan panas,
mukolitik, ekspektoran
Antibiotika

Penderita yang dirawat di Rumah Sakit,


penanganannya di bagi 2 :
Penatalaksanaan Umum
Pemberian Oksigen
Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi
elektrolit
Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan
pembersihan jalan nafas
Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu
> 400C, takikardi atau kelainan jantung.
Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti
nyeri.

Pengobatan Kausal
Dalam pemberian antibiotika pada
penderita pneumonia sebaiknya
berdasarkan MO (Mikroorganisme)
dan hasil uji kepekaannya,

DIAGNOSIS BANDING
A.Tuberculosis Paru (TB)
B. Atelektasis
C. Efusi Pleura

LO 6
MM PNEUMONIA ASPIRASI

LO 7
MM BRONKITIS AKUT

Bronkitis Akut
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi ( ektasis )
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik yang disebabkan oleh
perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus
kecil (medium size )
Bronkitis akut merupakan proses peradangan atau inflamasi akut dari selaput
lendir atau mukosa bronkus dan cabang-cabangnya. Peradangan permukaan
bronkus membengkak (menebal) saluran pernapasan relatif menyempit
juga disertai dengan pembentukan mukus.

Epidemiologi
Bronkitis akut paling banyak terjadi pada anak
kurang dari 2 tahun, anak usia 9-15 tahun.
Lebih sering terjadi di musim dingin (di daerah
non-tropis) atau musim hujan (di daerah tropis)
Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi
dengan status ekonomi rendah dan pada
kawasan industri.
Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki
dibanding wanita

Etiologi
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :
Infeksi virus 90% : adenovirus, influenza virus,
parainfluenza virus, rhinovirus, dan lain-lain.
Infeksi bakteri : Bordatella pertussis,
Bordatella parapertussis, Haemophilus
influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau
bakteri atipik (Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumonia, Legionella)
Jamur
Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.

Patofisiologi
Respon inflamasi dari
membran bronkus

Invasi kuman ,dan


polusi udara

Edema dan hipertorfi


kelenjar submukosa

Hipersekresi mukus
dalam bronkus

Penambahan jumlah
sel goblet dalam
epitel saluran nafas

Batuk
produktif

Sesak napas

Patofisiologi
Bronchitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membrane
mukosa bronkus. Pada orang dewasa, bronchitis kronik terjadi akibat
hipersekresi mucus dalam bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan
penambahan jumlah sel goblet dalam epitel saluran nafas. Pada sebagian
besar pasien, hal ini disebabkan oleh paparan asap rokok. Pembersihan
mukosiliar menjadi terhambat karena produksi mucus yang berlebihan dan
kehilangan silia, menyebabkan batuk produktif.
Pada anak-anak, bronchitis kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma
akut saluran pernafasan, atau paparan allergen atau iritan secara terusmenerus. Saluran nafas akan dengan cepat merespon dengan bronkospasme
dan batuk, diikuti inflamasi, udem, dan produksi mucus.
Apabila terjadi paparan secara kronik terhadap epithelium pernafasan,
seperti aspirasi yang rekuren atau infeksi virus berulang, dapat menyebabkan
terjadinya bronchitis kronik pada anak-anak. Bakteri pathogen yang paling
banyak menyebabkan infeksi salurang respirasi bagian bawah pada anakanak adalah Streptococcus pneumoniae. Haemophilus influenzae dan
Moraxella catarrhalis dapat pathogen pada balita (umur <5 tahun),
sedangkan Mycoplasma pneumoniae pada anak usia sekolah (umur >5-18
tahun).

Manifestasi Klinis
Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk bisa
atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau.
Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :
1. Demam,
2. Sesak napas,
3. Bunyi napas mengi atau ngik
4. Rasa tidak nyaman di dada atau sakit dada
Gejala bronkitis akut tidaklah spesifik dan menyerupai gejala infeksi saluran pernafasan lainnya.
Referensi lain:
- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan), sesak nafas ketika melakukan olah raga
atau aktivitas ringan, sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), bengek, lelah,
pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan, wajah, telapak tangan atau
selaput lendir yang berwarna kemerahan, pipi tampak kemerahan, sakit kepala, gangguan
penglihatan.
- Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidungberlendir, lelah,
menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan.
- Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak,
tetapi 1 2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya
dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
- Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam
tinggi selama 3 5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.
- Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat.
- Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.
- Bisa terjadi pneumonia

Diagnosis
Keluhan Pokok
Gatal-gatal di kerongkongan
Sakit di bawah sternum
Batuk kering/batuk berdahak
Sering merasa panas atau linu
PemeriksaanFisik
- Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat, tidak
sesak atau takipnea. Mungkin ada nasofaringitis
- Paru: ronki basah kasar yg tidak tetap (dapat hilang atau
pindah setelah batuk), wheezing dengan berbagai gradasi
(perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi
(suara kretek-kretek dengan menggunakan stetoskop).

Manifestasi Klinis
1.
2.
3.
4.
5.

Batuk
Sesak nafas
Ronki
Suara serak
Kadang disertai demam dan juga nyeri dada

Anamnesis
1. Nyeri kepala
2. Nyeri otot selama 3 4 hari
(malaise)
3. Batuk produktif

Pemeriksaan Laboratorium
1. Tes C-reactive protein dan kultur sputum
untuk menglasifikasikan penyebab infeksi
2. Tes
keringat
yang
negative
dapat
mengeluarkan kemungkinan fibrosis kistik
3. Untuk anak yang diduga mengalami
imunodefisiensi,
pengukuran
serum
immunoglobulin total, subkelas IgG, dan
produksi antibodi spesifik direkomendasikan
untuk menegakkan diagnosis.

Pemeriksaan Laboratorium
Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila
penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti nanah
- Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein, kultur
pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum agglutinin untuk
membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus.
- Untuk anak yang diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia,
mycoplasma, atau infeksi virus saluran pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan
sekresi nasofaringeal untuk membantu pemilihan antimikroba yang cocok. Serum
IgM mungkin dapat membantu.
- Untuk anak yang telah diintubasi, ambil specimen dari secret pernafasan dalam
untuk pewarnaan gram, tes antigen ahlamydia dan virus, dan kultur bakteri dan
virus.
- respon terhadap pemberian kortikosteroid dosis tinggi setiap hari dapat
dipertimbangkan diagnose dan terapi untuk konfirmasi asma.
- Tes keringat yang negative dengan menggunakan pilocarpine iontophoresis
dapat mengeluarkan kemungkinan fibrosis kistik.
- Untuk anak yang diduga mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum
immunoglobulin total, subkelas IgG, dan produksi antibodi spesifik
direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis.

Tes Pencitraan
Dapat dijumpai temuan abnormal
seperti atelektasis, hiperinflasi, dan
penebalan peribronkial.
Konsolidasi fokal biasanya tidak
nampak

Tata Laksana
a) Terapi suportif
Istirahat
Peningkatan asupan cairan
b) Medikamentosa

Antibiotik bila dicurigai adanya infeksi bakteri


Bila ditemukan wheezing maka berikan bronkodilator
agonis 2

Tata Laksana
Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein
10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja
dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada
kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat
bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita
bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan
dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif
dihentikan.
Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga
napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl
guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika
penderita demam.
Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,
aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas
atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya
untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain
itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami
oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami
efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar,
hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan
pemeriksaan dokter.

Komplikasi
1. Bronkopneumoni
2. Pneumoni
3. Pleuritis
Penyakit-penyakit lain yang di
memperberat :
Jantung
Penyakit jantung rematik
Hipertensi
Bronkiektasis

Diagnosis Differential
1. Asma bronkial
2. Bronkiolitis
3. Pneumonia

Prognosis
Perjalanan
dan
prognosis
penyakit ini bergantung pada
tatalaksana yang tepat atau
mengatasi setiap penyakit
yang mendasari. Komplikasi
yang terjadi berasal dari
penyakit yang mendasarinya.

Daftar Pustaka
1. Richard P. Wenzel, M.D., and Alpha A. Fowler, III, M.D. N Engl J Med
2006; 355:2125-2130 November 16, 2006
2. Corwin. Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi,Ed 3. Jakarta: EGC. 2009
3. Djojodibroto. Darmanto. Respirologi. Jakarta: EGC. 2009. Hal 131 133
4. Danusantoso. Halim, dr ; Sp.P ; FCCP. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates. 2000
5. Supriyatno. Bambang, Darmawan Budi dkk. Buku Ajar Respirologi
Anak. Edisi pertama Jakarta:IDAI. 2008. Hal 330 332
6. http://www.scribd.com/doc/54017290/BRONKITIS-AKUT
pada 22 Juli 2011

didownload

Anda mungkin juga menyukai