Tanah
dan Permasalahannya
Iman Santoso
Conservation International Indonesia
isantoso@conservation.org
Topik Bahasan
Pendahuluan
Beberapa pengertian dan ketentuan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
Kawasan Hutan dalam RTRW
Permasalahan Tata Ruang
Tata Ruang
Struktur ruang: susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
Pola ruang: peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan ruang
untuk fungsi budi daya.
Penataan ruang: sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Mengacu pada RTRWN dan RTRP serta memperhatikan RTRWK yang berbatasan;
Memperhatikan:
a) perkembangan permasalahan nasional;
b) pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota;
c) keselarasan aspirasi pembangunan provinsi;
d) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e) bagian dari rencana pembangunan jangka panjang daerah;
f) Memperhatikan kawasan strategis kabupaten/kota;
g) Memuat juga arahan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan
indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi
Kriteria Kawasan
Hutan
Hutan Lindung: Tingkat bahaya erosi, longsor, banjir dll. tinggi berdasarkan hasil scoring
variabel kelerengan, jenis tanah, dan intensitas curah hujan
(Score > 175);
Hutan Produksi Terbatas: layak diusahakan sebagai penghasil kayu secara terbatas karena
masih mempunyai potensi/resiko erosi, longsor, banjir (score antara 125 175);
Layak diusahakan sebagai penghasil kayu tanpa resiko erosi, longsor dan banjir (score < 125);
Huta Produksi yang dapat Dikonversi: layak diusahakan sebagai hutan produksi namun layak
ula untuk usaha-usaha lainnya;
Taman Nasional: Mempunyai potensi flora/fauna dan/atau fenomena alam yang unik secara
nasional
Taman/Huta Wisata: berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam
Taman Buru: berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata dan olah raga berburu
Cagar Alam: mempunyai fenomena alam yang unik dan diperlukan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan
Suaka margasatwa: mempunyai jenis-jenis satwa endemik atau yang terancam punah
sehingga harus dilindungi dan habitatnya dilestarikan
Hutan
Lindung (HL)
HL
----KSA
/KP
A
HPT
HP
Kawasan Suaka
Alam/Pelestarian
Alam (KSA/KPA)
(keragaman hayati
& keunikan alam)
Hutan
Produksi
Terbatas (HPT)
(potensi
ekonomis hasil
hutan)
Hutan
Produksi (HP)
(potensi
ekonomis
hasil hutan)
Areal
Penggunaan
Lain (APL)
(pemukiman,
sektor pemb.
Lain)
Hasil Scoring
(L, T, I ) antara
125-175
Hasil Scoring
(L, T, I) < 125
Hasil Scoring
(L, T, I) < 125
Flona dan
fenomena alam
telah
hilang/berubah;
Score antara 125 175 dan berhutan
Flona dan
fenomena alam
telah
hilang/berubah;
Score antara 125
175
an berhutan
Flona dan
fenomena alam
telah
hilang/berubah;
Score antara 125
- 175
-----
-----
Score
antara 125-175
------
Permasalahan:
Belum ada kaitan ruang darat dengan ruang udara, laut, dan bawah tanah:
Ketersambungan ruang (continuum) tidak diperhatikan
Migas dan mineral masih diutamakan untuk dieksploitasi
Masih mencampurkan arahan umum ruang dengan zonasi operasional
Ego sektoral dalam memahami pola ruang:
Kesalahan dalam penilaian kinerja sektor dan pemda melalui PDB
Barang dan jasa yang tidak mempunyai nilai pasar dikorbankan
Tidak adanya rencana detail operasional:
Tidak adanya kesadaran dan kemampuan
Tidak diprogramkan dalam rencana jangka pendek maupun menengah
Permasalahan:
Permasalahan
Perbedaan persepsi:
Luas hutan minimal dan tidak mempertimbangkan
konteks bio-fisik
Struktur ruang dipisahkan dari pola ruang
Hutan lindung yang tak berhutan diubah funngsinya
menjadi budidaya
Tata Kelola Pemerintahan:
Akuntabilitas, transparansi, partisipasi, demokrasi, dan
keberpihakan;
Lemahnya kemampuan perencanaan, pengendalian dan
penegakan hukum
Permasala
han
Ketelitian Peta
Skala RTRWK masih < 1 : 50.000
Gradasi warna untuk pola ruang terlalu complicated
Terima Kasih