Anda di halaman 1dari 31

BEDAH KASUS

SINDROMA DISPEPSIA

- dr. Okky Widiantoro-

Identitas

Nama : Ny. N (CM.3474)


Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tambi
Agama : Islam
Pekerjaan : Suku : Jawa
Status : Menikah
Tanggal Masuk Rawat : 07 Januari 2016 (21.30)

Anamnesis
Keluhan Utama

Perut perih(+) ,panas (+)


Riwayat penyakit Sekarang
(RPS)
Pasien datang dengan keluhan 3 hari sakit di rumah,
perut perih (+)dan panas(+), mual(+),muntah (+),
demam (-), nafsu makan berkurang (+), OS sedang
hamil G1P0A0. HPHT : 28 September 2015

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)


Riwayat keluhan yang sama tiap telat makan
Riwayat penyakit keganasan disangkal.
Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

Pasien menyatakan bahwa ada anggota keluarga yang


memiliki riwayat penyakit serupa dengan pasien
Riwayat Sosial, ekonomi, lingkungan dan Pribadi

Pasien tidak bekerja. Biaya perawatan pasien dibantu oleh


BPJS. Pasien mengaku makan tiga kali sehari, tetapi pasien
mengaku memiliki kebiasaan telat makan, Hubungan
dengan keluarga, dan tetangga baik.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

Baik
Kesadaran: Compos mentis

Vital Sign
TD : 100/70 mmHg
HR : 80 kali/menit, tegangan kuat, isi cukup, ritmis
RR : 20 kali/menit
T : 36 C
Status Generalis
Kulit: Warna coklat sawo matang, tidak ikterik, tidak hipo/hiperpigmentasi,
tidak tampak tanda peradangan maupun massa abnormal, tidak terjadi
penurunan turgor kulit.

Kepala
Mata

: Penglihatan normal, conjungtiva tidak


anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflek
cahaya positif.
Hidung : Simetris, tidak ada deformitas tulang
hidung, sekret hidung tidak ada, perdarahan tidak
ada.
Telinga : Serumen minimal, tidak terdapat sekret,
tidak mengeluarkan darah.
Mulut
: normal, mukosa bibir basah, tidak
tampak kering, tidak tampak ada kelainan.

Leher
Simetris, tidak tampak massa abnormal, tidak ada

tanda peradangan, tidak ada nyeri telan, tidak ada


pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid, JVP
dalam batas normal.

Thorax

Paru-paru:
Inspeksi
Simetris kanan kiri, tidak ada deformitas, tidak ada
ketinggalan gerak, tidak ada retraksi dinding dada. Ictus
cordis tidak terlihat.
Palpasi
Fokal fremitus seimbang antara paru-paru kanan dan kiri,
tidak ada pembesaran limfonodi axillaris, dan tidak ada
nyeri tekan pada dada.
Perkusi
Seluruh lapang paru sonor, batas atas hepar SIC VI
midclavicula kanan.
Auskultasi
Suara dasar paru vesikuler, tidak ada suara tambahan di
seluruh lapang paru.

Jantung
Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba pada SIC V
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : S1 > S2 tunggal, irama regular,
bising jantung (-).

Abdomen
Inspeksi
Tidak Distended, dinding perut tidak lebih tinggi dari pada
dinding dada, tidak tampak adanya benjolan, tidak ada tidak
tampak jejas atau tanda peradangan.
Auskultasi
Bising usus dalam batas normal.
Perkusi
Timpani, hepar dan lien dalam batas normal, tidak ada
shifting dullness, Nyeri ketok costovertebra kanan dan kiri
negatif.
Palpasi
Supel, hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan pada
epigastrium dan hipokondria kiri(+),ballotement ginjal (-),
tidak teraba adanya distensi pada kandung kemih(-), nyeri
tekan pada supra pubik(-).

Pemeriksaan Penunjang
Pada OS tidak dilakukan pemeriksaan

penunjang
Yang bisa disarankan untuk pemeriksaan
penunjang :
Darah Lengkap
Tes Fungsi hati
HbsAg

Diagnosis
Dyspepsia e.c Hiperemesis Gravidarum grade I
Komplikasi
Ulkus Gaster
Ulkus Peptikum

Tanggal 7 Januari 2016 di IGD


S : muntah (+),perut perih (+)
Vital sign
TD: 100/70 mmHg HR: 80x/menit RR :20x/menit T: 36
Kesadaran
: Compos mentis
Pernafasan : Reguler
Abdomen : supel, tmpani, BU dalam batas normal, nyeri
tekan epigastrium (+) dan hipokondria kiri (+)
Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat
Diagnosa : Obs.vomitus
Tata Laksana Sementara
Infus D5% 20tpm,
Inj Ondansentron 4mg,
Inj Ranitidine 50mg

Tanggal 8 Januari 2016 di Ruang D


S : muntah (+),perut perih (+)
Vital sign
TD : 120/60 mmHg HR: 80x/menit RR :20x/menit T: 36
Kesadaran
: Compos mentis
Pernafasan : Reguler
Abdomen : supel, tmpani, BU dalam batas normal, nyeri
tekan epigastrium (+) dan hipokondria kiri (+)
Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat
Diagnosa : Dyspepsia e.c hiperemesis gravidarum
Tata Laksana Sementara
Infus D5% 20tpm,
Inj Ondansentron 2x4mg,
Inj Ranitidine 2x 50mg ,
B6 tablet 3x1
Antacyd syr 4x1c (ac)

Tanggal 9 Januari 2016 di Ruang D


S : muntah berkurang(+),perut perih (+)
Vital sign
TD : 100/70 mmHg HR: 80x/menit RR :20x/menit T: 36
Kesadaran
: Compos mentis
Pernafasan : Reguler
Abdomen : supel, tmpani, BU dalam batas normal, nyeri tekan
epigastrium (+) dan hipokondria kiri (+)
Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat
Diagnosa : Dyspepsia e.c hiperemesis gravidarum
Tata Laksana Sementara
Infus D5% 20tpm,
Inj Ondansentron 2x4mg,
Inj Ranitidine 2x 50mg ,
B6 tablet 3x1
Antacyd stop

Tanggal 10 Januari 2016 di Ruang D


S : muntah (-),perut perih (-)
Vital sign
TD : 100/60 mmHg HR: 80x/menit RR :20x/menit T: 36,3
Kesadaran
: Compos mentis
Pernafasan : Reguler
Abdomen : supel, tmpani, BU dalam batas normal, nyeri
tekan epigastrium (-) dan hipokondria kiri (-)
Ekstremitas : tidak ada edema, akral hangat
Diagnosa : Dyspepsia e.c hiperemesis gravidarum
Tata Laksana Sementara
BLPL
Obat pulang:
B6 3x1
Antacid syr 3x1 c(k/p)

SINDROMA DISPEPSIA

Definisi
Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia

merupakan istilah yang menunjukkan rasa


nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian
atas perut. Kata dispepsia berasal dari bahasa
Yunani yang berarti pencernaan yang jelek.
Menurut Konsensus Roma tahun 2000,
dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit atau
ketidaknyamanan yang berpusat pada perut
bagian atas

Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati

oleh para pakar dibidang gastroenterologi


adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom)
rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di
daerah abdomen bagian atas yang disertai
dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di
dada dan perut, regurgitas, kembung, perut
terasa penuh, cepat kenyang, sendawa,
anoreksia, mual, muntah dan banyak
mengeluarkan gas asam dari mulut

Klasifikasi Dispepsia
Dispepsia Organik
Dispepsia organik adalah
Dispepsia yang telah diketahui
adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya
1.

Dispepsia Tukak
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease)
Ulkus Peptikum
Penyakit Saluran Empedu

Karsinoma
Pankreatitis
Dispepsia pada malabsorbsi (biasa pada bayi)
Dispepsia induced by drugs
Gangguan Metabolisme
Dispepsia Akibat Infeksi

2. Dispepsia Fungsional
Dispepsia fungsional dapat dijelaskan sebagai
keluhan dispepsia yang telah berlangsung
dalam beberapa minggu tanpa didapatkan
kelainan atau gangguan
struktural/organik/metabolik berdasarkan
pemeriksaan klinik, laboratorium, radiology
dan endoskopi.

Gambaran klinis dari dispepsia fungsional

adalah riwayat kronik, gejala yang berubahubah, riwayat gangguan psikiatrik, nyeri yang
tidak responsive dengan obat-obatan dan
dapat juga ditunjukkan letaknya oleh pasien,
dimana secara klinis pasien tampak sehat

Manifestasi Klinis
Klasifikasi klinis praktis didasarkan atas

keluhan/gejala yang dominant membagi


dispepsia menjadi tiga tipe :12
Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (Ulkus-

like dyspepsia) dengan gejala: nyeri


epigastrium terlokalisasi, nyeri hilang setelah
makan atau pemberian antacid, nyeri saat lapar
dan nyeri episodic.

Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas

(dysmotility-like dyspepsia) dengan gejala:


mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat
makan, mual, muntah dan rasa tidak nyaman
bertambah saat makan.
Dispepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti
kedua tipe di atas).

Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
USG
Radiologi
Endoskopi (Gold Standard)

Faktor yang mempengaruhi


Diet
Motilitas Lambung
Psikologis
Lingkungan

Pencegahan
Pencegahan terhadap penyakit dispepsia:
Modifikasi pola hidup
PHBS
Mengurangi makanan pedas,asam,kopi,rokok

Pengobatan
Diet mempunyai peranan yang sangat

penting. Dasar diet tersebut adalah makan


sedikit berulang kali, makanan yang banyak
mengandung susu dalam porsi kecil. Jadi
makanan yang dimakan harus lembek, mudah
dicerna, tidak merangsang peningkatan dalam
lambung dan kemungkinan dapat menetralisir
asam HCL.

Perbaikan keadaan umum penderita


Pemasangan infus untuk pemberian cairan,

elektrolit dan nutrisi.


Penjelasan penyakit kepada penderita.
Golongan obat yang digunakan untuk
pengobatan penderita dispepsia adalah
antasida, h2 agonis,pompa proton
inhibitor,sitoprotektif ,antivomitus dan lainlain.

Prognosis
Sindroma Dispepsia punya prognosis baik
karena bisa disembuhkan dengan
pemeriksaan fisik dan penunjang yang akurat
disertai perubahan pola hidup dan
pengobatan adekuat

referensi
IPD Jilid I Edisi IV, Jakarta, 2006, hal 285-354
Sebiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian II,

cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995, hal: 59-62

Anda mungkin juga menyukai