Anda di halaman 1dari 30

SISTEM RESPIRASI:

BATUK:
Tanpa dahak : Antitusif
Berdahak : Mukolitik, Ekspektoran
ASMA:

Terapi Non-Farmakologis
Terapi Farmakologis: Obat Asma
Berdasarkan mekanisme kerja obat asma:
- Golongan Bronkodilator,
- Golongan Kortikosteroid,
- Obat-obat lain.

BATUK:
Karena infeksi virus biasanya akan sembuh sendiri
BATUK:
Merupakan gejala infeksi pernafasan karena bakteri
butuh waktu lebih lama dan memerlukan tambahan
Antibiotika, batuk jenis ini biasanya ditandai dengan
dahak banyak, kental dan berwarna kuning
kehijauan.
BATUK KRONIS, biasanya tanda atau gejala adanya
penyakit lain yang lebih berat, misalnya asma, TBC,
gangguan refluks lambung, penyakit paru obstruksi
kronis, sampai kanker paru-paru. Untuk terapi harus
dipastikan peyebabnya

ANTITUSIF
Bekerja menekan batuk.
Cara kerja: Mengurangi sensifitas pusat batuk di otak
terhadap stimulus yang datang.
Biasa digunakan pada batuk yang sangat mengganggu
(tidak bisa beristirahat). Hindari penggunaan batuk
produktif, asma, lanjut usia, penderita gangguan
neurologik.
Berdasarkan Tempat Kerja:
Antitusif Sentral:
- Opiat:
Kodein, Noskapin, Dekstrometorfan
- Nonopiat: Karbetapentan, Karamifen
Antitusif Perifer : Benzonatat, Anastetika lokal :

Pentoksiverin

Antitusif bekerja sentral dibagi: narkotik &


nonnarkotik.
Golongan narkotik/Opiat

Morfin dan kodein sering digunakan.


Efek samping:
Penekanan pusat napas, konstipasi, mual,
muntah, adiksi, dapat terjadi bronkospasme
karena penglepasan histamin, jarang terlihat
pada dosis terapeutik.

Kodein
Paling efektif dan paling sering diresepkan pada batuk
kering
Antitusif, juga dapat digunakan sebagai:
Analgesik, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal
jantung kiri dan antidiare.
Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di
medulla.
Efek samping:
Dosis biasa jarang ditemukan. Dosis agak besar: dapat
timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi,
palpitasi, gatal-gatal, banyak keringat dan agitasi,
ketergantungan, mulut kering, sakit kepala. Menurunkan
peristalsis, Adiktif, euforia.
Overdosis: depresi nafas
(Codipront)

Dewasa dosis tunggal 20-60 mg atau 40-160


mg/hari Ditolerir baik, sedikit sekali
menimbulkan ketergantungan.
Kodein sangat sedikit sekali menyebabkan
penekanan pusat napas

b.Hidrokodon
Merupakan derivat sintetik morfin dan kodein,
mempunyai efek antitusif yang serupa dengan
kodein.
Efek samping:
Sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan
kekeringan mukosa. Obat ini tidak lebih unggul
dari kodein.

Dekstrometorfan HBr
Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di

medulla.
Jangan digunakan pada wanita hamil trimester
ketiga, anak < 1 tahun, kerusakan ginjal parah.
Efek samping: pusing, gangguan saluran cerna.
(Bisoltussin)

Noskapin, Dekstrometorfan

- Tidak adiktif, kurang menurunkan peristalsis


- Tidak seefektif kodein
- Overdosis: efek halusinasi
Antitusif Non-opiat

Karbetapentan, Karamifen, Khlorfedianol


Dosis kecil pada pediatrik yang
dikontraindikasikan
menggunakan opiat
Efek antikolinergik

Antitusif yang bekerja di perifer

Menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal


di saluran napas, pada reseptor iritan perifer,
dengan cara anestesi langsung atau secara tidak
langsung mempengaruhi lendir saluran napas.
a.Obat-obat anestesi
Anestesi lokal: benzokain, benzilalkohol, fenol,
dan garam fenol digunakan pada lozenges.
Mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan
di faring, tetapi sedikit manfaatnya mengatasi
batuk akibat kelainan saluran napas bawah.

b.Lidokain
Diberikan topikal: tetrakain, kokain dan
lidokain sangat bermanfaat menghambat
batuk akibat prosedur pemeriksaan
bronkoskopi.
c.Demulcent
Bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah
kekeringan selaput lendir.
Dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau
sebagai lozenges yang mengandung madu,
akasia, gliserin dan anggur.
Tidak mempunyai efek antitusif yang
bermakna, dipakai hanya karena aman dan
memberikan perbaikan subyektif.

Antitusif Perifer: Benzonatat

Menurunkan sensitivitas reseptor batuk


perifer
Efek samping:
- Bingung
Reaksi hipersensitifitas
Konvulsi

MUKOLITIK
Bekerja mengurangi kekentalan dahak dengan cara
menghancurkan benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari dahak,sehingga dahak tidak
lagi
bersifat kental dan dengan mudah dapat dikeluarkan
dari tenggorokan.
Produksi dahak meningkat antara lain pada kondisi

alergi, merokok, dan infeksi.


Beberapa penyakit yg meningkatkan produksi
dahak antara lain pneumonia, asma, dan bronkhitis
akut.

Mukolitik:
Bromheksin

Menguraikan mukus: meningkatkan hidrolisis


lisosoma & stimulasi kelenjar mukus
- Efek samping: diare, mual, muntah.
Juga memiliki efek antioksidan. (Bisolvon)
Ambroksol (metabolit Bromheksin)
- merangsang produksi surfaktan, menurunkan tegangan
permukaan sehingga adesi mukus pada bronkus menurun.
- Digunakan bersama makanan.
- Efek samping: ringan pada saluran pencernaan, reaksi
alergi.
- Ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit
tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap
ambroxol (Epexol)

Asetil sistein :
Menguraikan mukus: memutus ikatan

disulfida pada dahak


Juga digunakan mencegah keracunan
parasetamol
Efek samping: bronkospasme, gangguan
saluran cerna
(Fluimucil)
Karbosistein:

Bekerja intrasel : pembentukan lendir encer

EKSPEKTORAN

Bekerja merangsang pengeluaran cairan dari


saluran napas dan mempermudah keluarnya
dahak kental.
Guaifenesin/gliseril guaiakolat/GG

Sebagai ekspektoran pada batuk berdahak.


Mekanisme kerja: meningkatkan volume dan
menurunkan viskositas dahak di trakea dan
bronki, kemudian merangsang pengeluaran
dahak menuju faring.
Efek samping: mual, muntah, batu ginjal.
Contoh obat-obat ekspektoran adalah amonium
klorida, Ipekak, dll.

ASMA

Penyakit inflamasi kronik pada saluran


pernafasan, gejalanya berulang, terdapat
obstruksi saluran udara reversibel dan
bronkospasme.
Tujuan Terapi:
- Mencegah dan mengurangi terjadinya
bronkospasma (kejang bronki)
- Mencegah terjadinya gejala asma,
- Mengontrol terjadinya gejala
- Mengurangi peradangan saluran pernafasan.

TERAPI:

- Tanpa Obat:
Kenali gejala asma: sesak nafas , keringat dingin,
pucat, nyeri dada, dan lemas.
Kenali faktor pemicu timbulnya asma dan cara
penanganannya
Kontrol kondisi lingkungan sekitar (bersih)
Tidak merokok
Tidak beraktivitas secara ebrlebihan
Jauhkan sebanyak mungkin faktor pemicu/Alergen

- Desensibilisasi / Hiposensibilisasi
-

- Terapi dengan Obat:


Quick-relief medicines: merelaksasi otot-otot
saluran pernafasan, memudahkan pasien untuk
bernafas, memberikan kelegaan bernafas,
digunakan saat terjadi
Long-term medicines: mengobati inflamasi pada
saluran pernafasan, mengurangi udem dan
mukus berlebih, memberikan kontrol untuk
jangka waktu lama, membantu mencegah
timbulnya serangan asma
Berdasarkan mekanisme kerjanya:
- Bronkodilator,
- Kortikosteroid
- Obat-obat lain.

BRONKODILATOR
Simpatomimetika (2 agonist): merupakan
obat yang memiliki aksi serupa dengan
aktivitas saraf simpatis. Sistem saraf simpatis
memegang peranan penting dalam
menentukan ukuran diameter bronkus.
Ujung saraf simpatis menghasilkan
norepinepherine, ephinepherine, isoprotenerol
disebut adrenergic. Adrenergic memiliki dua
reseptor dan (1 dan 2). Adrenergic
menstimulasi reseptor 2 (pada kelenjar dan
otot halus bronkus) sehingga terjadi
bronkodilatasi.

Mekanisme kerja obat simpatomimetika

adalah melalui stimulus reseptor 2 pada


bronkus menyebabkan aktivasi adenilsiklase.
Enzim ini mengubah ATP (Adenosintrifosfat)
menjadi cAMP (cyclic-adenosinemonophosphat) dengan pembebasan energi
yang digunakan untuk proses dalam sel.
Meningkatnya kadar cAMP dalam sel
menghasilkan efek bronkodilatasi.

Obat simpatomimetika (2 agonist) mempunyai dua aksi

:
- Short-acting: salbutamol, terbutalin sulfat, bambuterol
hidroklorida, fenoterol hidrobromida
- Long-acting: formeterol fumarat, salmeterol.
Simpatomimetika (2 agonist): Salbutamol dan
Terbutalin merupakan obat 2 agonist yang paling
aman
dan paling efektif untuk asma.
Serangan ringan sampai sedang umumnya memberikan
respon cepat terhadap pemberian aerosol (salbutamol
dan terbutalin).
Serangan lebih berat, diperlukan kortikosteroid oral
jangka pendek agar asmanya terkontrol.

Salmeterol dan formeterol kerjanya lebih

panjang (long acting), diberikan secara


inhalasi 2xsehari.
Salmeterol dan formeterol mampu
memberikan manfaat klinis untuk penggunan
rutin tetapi tidak dapat dipakai untuk
serangan asma akut.
Obat simpatomimetika (2 agonist) shortacting tidak boleh diresepkan secara rutin
untuk pasien dengan asma ringan atau
sedang, karena berbagai uji klinik
penggunaannya secara rutin tidak
memberikan manfaat klinis.

Terapi Asma:
* TERAPI KAUSAL:
1. Menjauhkan Alergen
2. Desensibilisasi / Hiposensibilisasi
* TERAPI SIMPTOMATIK:
1. Blokade Pembebasan Mediator:
Asam Kromoglikat, Ketotifen
Kromoglikat: sangat efektif pencegah serangan Asma &
Bronkhitis yang bersifat alergis, serta konjungtivitis atau
rhinitis alergica dan alergi akibat bahan makanan.
Efek samping rangsangan lokal pada selaput lendir
tenggorok dan trakhea, dengan gejala perasaan kering, batukbatuk, kadang-kadang kejang bronkhi dan serangan asma.

Antiasma dan Bronkodilator: Turunan Xantin Teofilin


Terdapat bersama Kofein pada daun Teh
Khasiat :
-Spasmolitis terhadap otot polos khususnya pada bronkhi, menstimuli
jantung dan mendilatasinya serta menstimulasi SSP dan pernapasan.
Absorpsi di usus tidak teratur.
Efek samping: mual & muntah pada penggunaan oral atau parenteral.
Pada overdosis terjadi efek sentral (sukar tidur, tremor, dan kompulsi)
serta gangguan pernapasan dan efek kardiovaskuler.
Teofilin dapat diberikan dengan cara injeksi dalam bentuk Aminofilin,
suatu campuran Teofilin dengan Etilendiamin.
Stimulan Adrenoseptor, contoh obat Salbutamol, Terbutalin Sulfat,
Efedrin Hidroklorida.

Tujuan Penggunaan Obat saluran nafas golongan Dekongestan


untuk memperlancar pernafasan dihidung.
Bentuk sediaan: Tablet lepas lambat, Sirup dan Drop,
Balsam, Inhaler, Tetes Hidung atau Semprot Hidung.
Dekongestan: Pseudoefedrin, Efedrin, Fenilefrin dan
Fenilpropanolamin.

Antihistamin: memberikan manfaat potensial

pada terapi alergi nasal, rhinitis alergik.


Sifat antikolinergik pada kebanyakan

antihistamiin menyebabkan mulut kering dan


pengurangan sekresi, membuat zat ini
berguna untuk mengobati rhinitis yang
ditimbulkan oleh flu.
Antihistamin juga mengurangi rasa gatal pada

hidung yang menyebabkan penderita bersin


dan dapat menimbulkan rasa mengantuk.

Antihistamin:
Difenhidramin (Benadryl)
Klorfenilamen maleat
Fenotiasin
Prometazine
Timeprazine
Turunan piperazine
Hydroxyzine

3. Glukokortikoid,
Kortisol dan turunannya mengurangi
pembengkakan Mukosa serta infiltrasi radang.
Dosis tinggi bekerja Bronkhospasmolitik
Aerosol

Penanganan Inflamasi: Glukokortikoid


Hidrokortison, Deksamethason, Beklometason, Budesonid.

Kortikosteroid : khasiat meniadakan efek mediator:

Peradangan dan Gatal-gatal.


Penggunaan: terutama pada serangan asma akibat :
- Infeksi virus, juga pada infeksi bakteri untuk
melawan reaksi Inflamasi.
- Untuk mengurangi hiperreaktivitas bronkhi,
diberikan per inhalasi atau peroral.
Penggunaan oral, jangka waktu lama hendaknya
dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal dan
dapat mengakibatkan osteoporosis.

4. Memperbaiki Pengeluaran Riak/


Ekspektoransia
Mengencerkan lendir kental,digunakan pada Asma
bronkus
Terapi Status Asmatikus:
-

Infus singkat iv 240 -480 mg Teofilin


Glukokortikoid iv : 250 500mg Prednisolon
Hemisuksinat
Bila Perlu + Beta2-Simpatomimetika sk atau iv
Oksigen 2-4l menit tiap sonde Hidung
Ekspektoransia, Bromoheksin 8 mg iv

Anda mungkin juga menyukai