Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

F DENGAN FRAKTUR
FEMUR DI RSUD CIBINONG TAHUN 2016
Disusun Oleh:
Annisa Haveleia 1306378426
Hilda Fauziyyah 1306377884
Yeni Aprianti
1306378312

TUJUAN
Mahasiswa mampu memaparkan hasil
pengkajian dan asuhan keperawatan sesuai
dengan kasus yang ditemukan di lapangan dan
mengambil pelajaran sebagai bahan refleksi
untuk perbaikan di masa yang akan datang

Outline
Patofisiologi Fraktur Femur pada
Pasien Tn.F
Pengkajian Keperawatan
Analisis Data
Asuhan Keperawatan

Fraktur
Fraktur merupakan suatu kondisi
yang menyebabkan terjadinya
gangguan pada kontinuitas normal
dari suatu tulang. Kondisi fraktur,
umumnya juga dapat menyebabkan
terganggunya jaringan lunak yang
ada disekitarnya
(Black & Hawks, 2009)

Fraktur atau yang sering juga disebut


dengan kondisi patah tulang,
biasanya sering disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik
(Price & Wilson, 2012).

Etiologi

Adanya teknan kuat pada


tulang yang melebihi kekuatan
tulang
Terjadi secara langusng karena
sebuah benda menghantam
tubuh

Faktor Resiko

Aktivitas fisik
Pengendara lalu lintas
Hobi yang berisiko tinggi
(panjat tebing)
Malnutrisi protein
Kerapuhan tulang

Klasifikasi Fraktur

Tn. F
Fraktur comminuted
Pada kondisi ini, tulang yang mengalami
fraktur pecah menjadi lebih dari dua
pecahan.
Selain itu Tn. F juga mengalami cedera
ligamen krusiata anterior.
Ligamen krusiata anterior merupakan ligamen
besar yang menyatukan dataran tibia anterior
dengan
tonjolan
inter-kondiler
femur
posterior.
Ligamen krusiata anterior mencegah gerakan
ke depan dari tibia. Robekan yang terjadi pada
ligamen krusiata anterior, dapat menyebabkan
bengkak, lutut terasa tidak stabil apabila
dirotasi dan melakukan ekstensi penuh.

Riwayat Singkat Pasien


Tn. F usia 27 tahun datang ke
Rumah Sakit pada tanggal 24 Mei
2016 dengan keluhan nyeri berat
di bagian lutut.

Tn. F memiliki riwayat fraktur


femur dan cedera ligament
krusiata anterior di sebelah kanan
8 bulan lalu akibat kecelakaan lalu
lintas

Tn. F telah menjalani terapi


konservatif yaitu fiksasi internal
dengan menggunakan
pemasangan pen di bagian tulang
tibia.

Setelah terjadinya kecelakaan Tn.


F mengatakan bahwa ia
mendapatkan tranfusi darah
sebanyak 1 kantong (500 ml).

Tujuh bulan setelah dilakukan


fiksasi internal, pen yang berada
di tulang tibia keluar menembus
permukaan kulit.

Sehingga, saat dilakukan inspeksi


terlihat sebagian ujung pen
menembus kulit.

Keluhan utama Tn. F saat ini yaitu nyeri


berat pada lutut dengan skala nyeri yaitu
8-9 (skala maksimal 10).

Pasien mengatakan nyeri semakin


bertambah ketika Tn. F melakukan
pergerakan pada lututnya dan berjalan.
Selain itu, terlalu lama diam juga
menyebabkan nyeri semakin bertambah.

Ketika mobilisasi klien tampak meringis


dan tampak berhati-hati untuk
melindungi daerah kakinya yang
mengalami fraktur.

Untuk mengurangi rasa nyerinya, Tn. F


mengatakan bahwa ia sering
menggerakkan kaki ke depan dan ke
belakang secara perlahan, disertai dengan
gerakan tangan mengelus area paha
diatas lututnya.

Selain itu, ia juga melakukan teknik napas


dalam yang dimodifikasi dengan waktu
menahan napas yang lebih lama dari yang
dianjurkan (2 detik) serta sering
melakukan distraksi dengan cara
berbincang-bincang.

Selanjutnya, Tn. F mengatakan bahwa


nyeri yang ia rasakan seperti tersayatsayat. Ibaratnya, nyeri yang ia rasakan
seperti kaki yang yag terkilir lalu diurut
secara paksa.

Nyeri terasa pada bagian lutut dan


terkadang menjalar ke area paha dan juga
humerus serta tibia. Selain itu, klien
menggunakan alat bantu jalan walker
untuk berjalan dan pernah mengalami
jatuh dari lantai satu kali.

Makanan/Cairan

Kebiasaan Diet (Tipe) : TKTP


Frekuensi Makanan : 3x sehari
Pola Diet
Pagi : Nasi, sayur, susu, buah, lauk pauk
(telur)
Siang : Nasi, sayur, susu, buah, lauk pauk
(ayam)
Malam : Nasi, sayur, susu, buah, lauk pauk
(telur dan tempe)
Camilan : kue bolu
Makanan/ Intake terakhir : Nasi, pepes
ayam, sayur
Makanan yang disukai : ayam goreng
Tidak memiliki keluhan
Kehilangan nafsu makan
Muntah
Mual
Nyeri ulu hati
Tidak memiliki alergi jenis makanan
BB = 59 kg
TB = 164 cm

Tanda Objektif

Turgor kulit normal


Membran mukosa lembab
Tidak memiliki edema
Kondisi gigi/gusi normal,
berwarna merah muda, gigi ada
yang berlubang (1 buah geraham
kanan bawah), tidak ada
gingivitis
Penampilan Lidah berwarna
merah muda, tidak ada sariawan
Glukosa Darah Sewaktu = 124
mg/dl

Hygiene
Aktivitas sehari-hari

Mobilitas : dibantu
Makan : Mandiri
Hygiene : Mandiri
Berpakaian : Dibantu
Toileting : Dibantu
Dibantu oleh : Ibu

Alat Bantu/Prostetik
Walker (untuk berjalan)

Tanda Objektif
Penampilan Umum : bersih,
rapi
Cara berpakaian : sesuai, rapi
Kebiasaan Pribadi : mandi 2x
sehari, dikat gigi x sehari
Kondisi Kulit Kepala : bersih,
sedikit berminyak

Neurosensori

Subjektif
Tidak memiliki riwayat cedera
trauma kepala
Tidak memiliki keluhan sakit
kepala
Tidak ada keluhan kesemutan,
kebas, kelemahan
Tidak memiliki gejala stroke
Tidak ada keluhan kejang
Penglihatan normal dan baik

Objektif
Status Mental : terorientasi;
koperatif
Kesadaran : compos mentis
Memori jangka panjang : baik
Memori jangka pendek : baik
Tidak memakai lat bantu
melihat dan mendengar
Ukuran pupil : normal
Refleks cahayan : +/+
Facial drop : tidak
Refleks tendon dalam : normal
Paralisis : normal

Nyeri/Ketidaknyamanan

Subjektif
Lokasi : lulut dan tibia kanan
Intensitas : 8-9
Frekuensi : sering, terlebih setelah
digunakan
Kualitas : tersayat-sayat ( lebih
kuat dari keseleo yang dipijat)
Penjalaran : ke paha atas
Durasi : 5-10 menit kadang lebih
lama
Faktor pencetus : saat digerakkan
atau didiamkan terlalu lama
Cara menghilangkan : modifikasi
napas dalam dan banyak
berbicara

Objektif
Mengerutkan muka
Menjaga area yang sakit
Respon emosional
Meringis saat nyeri

Pernapasan
Subjektif
Tidak memiliki riwayat
dispena, bronkitis,
tuberkulosis, emfisema, batuk,
asma, pneumonia
Terpajan udara berbahaya : ya
Pasien merokok
Jumlah 3 batang/perhari
Sudah 10 tahun

Objektif
RR : 18x/menit
Kedalaman : normal
Simetris
Remitus normal
Bunyi napas vesikuler
Tidak ada sputum

Analisis Data
Data
DO:
- Ketika mobilisasi klien tampak meringis
- Klien tampak berhati-hati untuk melindungi kaki
yang mengalami fraktur
DS:
- Klien mengatakan nyeri pada lutut kanannya
- Klien mengatakan skala nyeri berat yaitu antara 8-9

DO:
- Klien menggunakan alat bantu jalan walker untuk
berjalan.
- Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
- Masalah pada kaki ( 1 kaki mengalami fraktur)
- Nilai Morse Fall Scale = 50 (resiko rendah)
DS:
- Klien mengatakan pernah mengalami satu kali jatuh
dari lantai.
- Klien mengatakan nyeri semakin bertambah ketika
klien melakukan pergerakan pada lututnya dan
berjalan.

Masalah Keperawatan

Nyeri akut

Risiko jatuh

*MORSE FALL SCALE (MFS) pada TN. F


Pengkajian

Skala

Nilai

Riwayat jatuh; apakah klien pernah jatuh dalam 3 bulan


terakhir?

Tidak 0
Ya 25

25

Diagnosa sekunder; apakah klien memiliki lebih dari satu


penyakit?

Tidak 0
Ya 15

Alat bantu jalan;


- Bed rest/ dibantu perawat
- Kruk/ tongkat/ walker
- berpegangan pada benda-benda di sekitar (kursi, lemari, meja)

0
15
30

15

Tidak 0
Ya 20

Gaya berjalan/ cara berpindah


- Normal/ bedrest/ immobile (tidak dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga)
- Gangguan/ tidak normal (pincang, diseret)

0
10
20

10

Status Mental
- Klien menyadari kondisi dirinya sendiri
- Klien mengalami keterbatasan daya ingat

0
15

Terapi Intravena; apakah saat ini klien terpasang infus?

Total

50

Tingkat Risiko
jatuh:
Tidak berisiko 0 - 24
- Perawatan dasar
Risiko rendah 25 - 50
- Pelaksanaan
intervensi
pencegahan jatuh
standar
Risiko tinggi 51
- Pelaksanaan
intervensi
pencegahan jatuh
risiko tinggi

Kesimpulan
Fraktur femur yang menyebabkan cedera di ligamen krusiata anterior merupakan
suatu cedera yang menyebabkan ligamen besar yang menyatukan dataran tibia
anterior dengan tonjolan inter-kondiler femur posterior mengalami kerusakan.
Ccedera yang terjadi pada lokasi ini sering diakibatkan oleh trauma langsung, dimana
terdapat tekanan yang kuat di daerah tulang yang melebihi kekuatan tulang itu
sendiri. Robekan yang terjadi pada ligamen krusiata anterior, dapat menyebabkan
bengkak, lutut terasa tidak stabil apabila dirotasi dan sulit melakukan ekstensi penuh.
Pasien yang mengalami cedera di ligamen krusiata anterior akan mengalami kesulitan
dalam menggerak-gerakkan kakinya dan juga akan sulit untuk berjalan.

Pada pasien yang mengalami fraktur femur dan cedera di ligamen krusiata anterior,
akan mengalami rasa nyeri yang berat dan kesulitan dalam berjalan. Kondisi ini akan
mengganggu aspek kenyamanan dan keamanan pada pasien. Cedera yang dialami oleh
pasien akan menimbulkan rasa nyeri yang berat, akibatnya aspek kenyamanan fisik
akan terganggu. Selain itu, cedera di ligamen krusiata anterior juga akan menyebabkan
pasien mengalami kesulitan untuk berjalan. Pasien dengan kondisi ini sering
menggunakan alat bantu jalan seperti walker. Kondisi ini akan meningkatkan risiko
jatuh pada pasien, sehingga dapat mengganggu aspek keamanan.

Daftar Pustaka
Bhatti N,S. (2012). Hip fracture medication. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/87043-medication#showall
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (2008). Nursing
intervention classification (NIC), 5th edition. Philadelphia: Mosby Elsevier
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical surgical nursing: clinical
management for positive outcomes; Ed 8th. Singapore: Elesevier.
Black, J. M., and Hawks, J. H. (2014). Medical surgical nursing, clinical
management for continuity of care. JB. Lipincott.co.
Dionne, F., Mujoomdar, M & Russell, E. (2016). Optimizing health system use of
medical isotopes and other imaging modalities. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK174863/ Falcone, Kim, Cortazzo .
(2011). Vitamin K: Fracture prevention and beyond.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21703586 Gorter, Hamdy, Appelman,
Schipper. (2014). The role of vitamin D in human fracture healing: a systematic
review of the literature. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24792958

Hegner, B., & Caldwell, E. (2003). Asisten keperawatan: Suatu pendekatan


proses keperawatan, Ed.2, trans. Budhi, Jane F. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA international nursing
diagnose: definition & classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental
keperawatan. Jakarta: EGC.
Mayo Foundation for Medical Education and Research. (2014). Diseases and
conditions stress fractures. Available from: http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/stress-fractures/basics/tests-diagnosis/con-20029655
Moorhead, S., et al. (2013). Nursing outcome classification (NOC), 5th edition.
Philadelphia: Mosby Elsevier
Potter, P. A., Perry, A. G. (2009). Fundamental keperawatam edisi 7 buku 1
(Terj.). Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Pathophysiology: Clinical concepts of disease
processes, 6th edition. Singapore: Elsevier.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Brunner & Suddarths textbook of medical
surgical nursing, 10th edition. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.
Wieland, G.D. (2016). Fractures diagnosis & tests.
http://www.healthinaging.org/aging-and-health-a-toz/topic:fractures/info:diagnosis-and-tests/

Anda mungkin juga menyukai