Anda di halaman 1dari 20

DR.

HENNY ERDIANTO

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut


disebabkan oleh kuman gram negatif
Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi,
kuman tersebut bermultiplikasi dalam sel
fagositik mononuklear dan secara
berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.
(Darmowandowo, 2006)

Demam tifoid disebabkan oleh jenis


salmonella tertentu yaitu s. Typhi, s.
Paratyphi A, dan S. Paratyphi B dan kadangkadang jenis salmonella yang lain. Demam
yang disebabkan oleh s. Typhi cendrung
untuk menjadi lebih berat daripada bentuk
infeksi salmonella yng lain. (Ashkenazi et al,
2002)

Salmonella merupakan bakteri


batang gram negatif yang
bersifat motil, tidak membentuk
spora, dan tidak berkapsul.
Kebanyakan spesies resistent
terhadap agen fisik namun dapat
dibunuh dengan pemanasan
sampai 54,4 C (130 F) selama 1
jam atau 60 C (140 F) selama
15 menit. Salmonella tetap dapat
hidup pada suhu ruang dan suhu
yang rendah selama beberapa
hari dan dapat bertahan hidup
selama berminggu-minggu dalam
sampah, bahan makannan kering,
agfen farmakeutika an bahan
tinja. (Ashkenazi et al, 2002)

S. typhi masuk ketubuh manusia melalui


makanan dan air yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus. (mansjoer,
2000) Setelah mencapai usus, Salmonella
typhosa menembus ileum ditangkap oleh sel
mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah
berkembang biak di RES, terjadilah bakteriemi
II (Darmowandowo, 2006).

Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas,


dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan
sampai tampilan sakit berat dan fatal yang
mengenai banyak sistem organ. Secara klinis
gambaran penyakit Demam Tifoid berupa
demam berkepanjangan, gangguan fungsi
usus, dan keluhan susunan saraf pusat.

Panas lebih dari 7


hari, biasanya mulai
dengan sumer yang
makin hari makin
meninggi, sehingga
pada minggu ke 2
panas tinggi terus
menerus terutama
pada malam hari.

Gejala
gastrointestinal
dapat berupa
obstipasi, diare,
mual, muntah, dan
kembung,
hepatomegali,
splenomegali dan
lidah kotor tepi
hiperemi.

Gejala saraf sentral


berupa delirium,
apatis, somnolen,
sopor, bahkan sampai
koma.

Amanesis
Tanda klinik
Laboratorik
Leukopenia, anesonofilia
Kultur empedu (+) : darah

pada minggu I ( pada


minggu II mungkin sudah negatif); tinja minggu II,
air kemih minggu III
Reaksi widal (+) : titer > 1/200. Biasanya baru
positif pada minggu II, pada stadium rekonvalescen
titer makin meninggi
Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi
dengan Tubex TF cukup akurat dengan
Identifikasi antibodi : Elisa, typhi dot dan typhi dot
M

Influenza
Malaria
Bronchitis
Sepsis
Broncho Pneumonia
I.S.K
Gastroenteritis
Keganasan : Leukemia
Tuberculosa
Lymphoma

pengobatan suportif meliputi istirahat dan


diet, medikamentosa
terapi penyulit (tergantung penyulit yang
terjadi)
Istirahat bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Pasien harus tirah baring absolut sampai
minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari
Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien. (Mansjoer, 2001)

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di


dalam :
Komplikasi intestinal
Perdarahan

usus
Perforasi usus
Ileus paralitik

Komplikasi ekstraintetstinal

Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer


(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia
dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom
uremia hemoltilik.
Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan
kolelitiasis.
Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan
perinefritis.
Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis
dan artritis.
Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus,
meningitis, polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre,
psikosis dan sindrom katatonia.

Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui


berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi.
Termasuk cara umum antara lain adalah
peningkatan higiene dan sanitasi karena
perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat
menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan
air bersih, pembuangan dan pengelolaan
sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan
menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau
dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.
Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu
pengawasan terhadap penjual (keliling)
minuman/makanan. (Darmowandowo, 2006)

Anda mungkin juga menyukai