Anda di halaman 1dari 6

Penurunan ayat lebih dahulu

daripada sebab
Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil quran karya Manna Khalil Al Qattan
mengemukakan satu macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab nuzul yang
dinamakan penurunan ayat lebih dahulu daripada hukum (maksud)nya. Contoh yang
diberikan dalam hal ini tidaklah menunjukkan bahwa ayat itu turun mengenai hukum
tertentu, kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi hal tersebut menunjukan
bahwa ayat itu diturunkan dengan lafadz mujmal (global), yang mengandung arti lebih dari
satu, kemudian penafsiranya dihubungkan dengan salah satu arti-arti tersebut, sehingga
ayat tadi mengacu pada hukum yang datang kemudian. Misalnya firman Allah :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) [87]:14).
Ayat tertsebu tdijadikan dalil untuk zakat fitrah. Diriwayatkan oleh baihaqi dengan
disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa ayat itu turun berkenaan dengan zakat Ramadhon
( Zakat Fitrah), kemudian dengan isnad yang marfu Baihaqi meriwayatkan pula
keterangan yang sama. Sebagian dari mereka barkata : aku tidak mengerti maksud
pentakwilan yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang di Makkah belum ada Idul fitri
dan zakat.
Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh saja mendahului
hukumnya, seperti firman Allah : aku benar-benar bersumpah dengan kota ini, dan kaum
(Muhammad) bertempat di kota ini (al-Balad [90]:1-2). Surah ini Makki, dan bertempatnya
di Makkah, sehingga Rasulullah berkata : Aku mnenempati pada siang hari).

Beberapa ayat turun mengenai


satu orang
Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu kali, dan al-quran pun
turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai setiap
peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai nya sesuai dengan banyaknya
peristiwa yang terjadi. Misalnya apa yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti
kepada kedua orang tua. Dari sad bin Abi Waqqas yang mengatakan : ada empat ayat alquran turun berkenaan denganku. Pertama, ketika ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan
makan dan minum sebelum aku mwninggalkan Muhammad, lalu Allah menurunkan : dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamumengikutio keduanya dan pergauilah
keduanya didunia dengan baik (luqman[31]:15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku berkata
kepada Rasulullah : Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini. Maka turunlah :
mereka bertanya kepadamu tenytang pembagiuan harta rampasan perang (al-anfal [8]:1).
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian aku bertanya
kepadanya : Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku mewasiatkan
separuhnya? rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum Ansor,
seorang dari mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu aku datang
kepada Rasulullah , maka Allah Azza Wajalla menurunkan larangan minumkhamr. [5]

Sebab yang berupa ayat al-Quran

Artinya di sini ayat al-Quran itu menjadi penyebab Nabi SAW. Mengeluarkan sabdanya.
Contohnya antara lain firman Allah Swt. Yang berbunyi :
Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orangorang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. Al-Anam: 82)
Ketika itu sebagian sahabat memahami kata azh-zhulmu yang berarti berbuat aniaya atau
melanggar aturan. Nabi SAW. Kemudian memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud azhzhulmu dalam firman tersebut adalah asy-syirku yakni perbuatan syirik, sebagaimana yang
disebutkan dalam surat al-Luqman:
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
(Q.S al-Luqman: 13)

BAC
K

Sebab yang berupa Hadits.


Artinya pada waktu itu terdapat suatu hadis, namun sebagian sahabat merasa kesulitan
memahaminya, maka kemudian muncul hadis lain yang memberikan penjelasan terhadap Hadits
tersebut. Contoh adalah Hadits yang berbunyi:

Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat berbicara melalui mulut
manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang.(HR. Hakim). Dalam memahami Hadits
tersebut, ternyata para sahabat merasa kesulitan, maka mereka bertanya: Ya Rasul !, Bagaimana
hal itu dapat terjadi? Maka Nabi SAW menjelaskan lewat sabdanya yang lain sebagaimana Hadits
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan rombongan yang
membawa jenazah. Para sahabat kemudian memberikan pujian terhadap jenazah tersebut,
seraya berkata: Jenazah itu baik. Mendengar pujian tersebut, maka Nabi berkata: wajabat
(pasti masuk surga) tiga kali. Kemudian Nabi SAW bertemu lagi dengan rombongan yang
membawa jenazah lain. Ternyata para sahabat mencelanya, seraya berkata: Dia itu orang jahat.
Mendengar pernyataan itu, maka Nabi berkata: wajabat. (pasti masuk neraka).
Ketika mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para sahabat bertanya: Ya rasul !,
mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji, sedangkan terhadap jenazah kedua
tuan ikut mencelanya. Engkau katakan kepada kedua jenazah tersebut: wajabat sampai tiga
kali. Nabi menjawab: ia benar. Lalu Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar
sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi. Melalui mulut merekalah, malaikat akan
menyatakan tentang kebaikan dan keburukan seseorang. (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi). Dengan
demikian, yang dimaksud dengan para malaikat Allah di bumi yang menceritakan tentang
kebaikan keburukan seseorang adalah para sahabat atau orang-orang yang mengatakan bahwa
jenazah ini baik dan jenzah itu jahat.
BAC

Sebab yang berupa perkaitan yang berkaitan


dengan para pendengar dikalangan sahabat

Sebagai contoh adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat Syuraid Bin Suwaid ats-Tsaqafi. Pada waktu
Fath makkah (pembukaan kota makkah) beliau pernah datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata:
Saya Bernazar Akan Shalat Dibaitul Maqdis.
Mendengar pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi bersabda:
Shalat Di Sini, yakni masjidil haram itu lebih utama. Demi Dzat yang Jiwaku Berada dalam kekuasaanNya, seandainya kamu shalat disini (Masjid Al-Haram Makkah), maka sudah mencukupi bagimu untuk memnuhi
nazarmu. Kemudian Nabi SAW, bersabda lagi: Shalat di masjid Ini, yaitu Masjid Al-Haram Itu lebih utama
daripada 100 000 kali shalat di selain Masjid Al-Haram.
(H.R. Abdurrazzaq Dalam Kitab Al-Mushannafnya)

BAC
K

Manfaat Mengetahui Asbabun Wurud

Menentukan adanya

Anda mungkin juga menyukai