LATAR BELAKANG
The LMA dikembangkan oleh Dr.
Archie Brain dirumah sakit London di
Whitechapel pada tahun 1981
LMA terdiri dari 2 bagian:
mask
tube
The LMA has proven to be a very
effective management tool for the
airway
DEFINISI
Laryngeal mask airway adalah
sebuah
alat
untuk
mempertahankan
jalan
napas
paten tanpa intubasi trakea, yang
terdiri dari tabung terhubung ke
cuff oval yang berfungsi untuk
mengunci laring
Cuff deflator
Ukuran
Vol. Balon
Berat Badan
1.0
4 ml
Di bawah 5 kg
1.5.
7 ml
5-10 kg
2.0
10 ml
10-20 kg
2.5
14 ml
20-30 kg
3.0
20 ml
30-50 kg
4.0
30 ml
50-70 kg
5.0
40 ml
Dewasa dengan
ukuran tubuh besar
(70-100 kg) atau
yang tidak cukup
dengan ukuran 4.0
INDIKASI
-Prosedur anestesi rutin
-Kondisi intubasi dan ventilasi sulit
(antisipasi atau tidak)
-Kondisi darurat / resusitasi pasien tidak
sadar, reflek laring dan glosofaringeal
negatif dan tidak memungkinkan
intubasi
KONTRAINDIKASI
1. Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung (tidak puasa)
2. Terbatasnya kemampuan membuka mulut atau ekstensi
leher (misalnya artitis rematoid yang berat atau ankilosing
spondilitis), menyebabkan memasukkan LMA lebih jauh ke
hipopharynx sulit.
3. Compliance paru yang rendah atau tahanan jalan nafas
yang besar
4. Obstruksi jalan nafas setinggi level larynx atau dibawahnya
5. Kelainan pada oropharynx (misalnya hematoma, dan
kerusakan jaringan)
6. Ventilasi paru tunggal
PEMASANGAN LMA
-Sesuaikan ukurannya!!
-Preoksigenisasi 100% 3-5 menit
-Induksi dengan sedasi (Thiopental, Propofol, Etomidat,
Ketamin), analgetik opioid, gas inhalasi, pelumpuh
otot)
-Banyak teknik: dengan jari telunjuk, dikempeskan dulu,
jaw thrust, pelumpuh otot,
PERTIMBANGKAN
CRICOTHYROIDOTOMY
Intubasi gagal padahal masih dibutuhkan
Pasien tidak dapat diberi nafas buatan
KOMPLIKASI
nyeri tenggorok
Trauma pada jalan napas
Patah pada gigi
Penumpukan udara di lambung
Aspirasi
Catatan : resiko komplikasi LMA lebih rendah
dibandingkan dengan pemasangan ETT.
KESIMPULAN
LMA adalah alternatif yang
cepat dan efektif sebagai
pengganti ETT yang dapat
digunakan pada berbagai
indikasi klinis, termasuk
pemberian ventilasi pada
pasien cardiac arrest.