Anda di halaman 1dari 28

MK-PERALATAN TAMBANG DAN

PENANGANAN MATERIAL

PERTEMUAN VII : FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS

SR (STRIPPING RATIO), VOLUME DAN BESR


(BREAK EVEN STRIPPING RATIO)
1. SR (Stripping Ratio)
Adalah Banyaknya OB yang
mendapatkan 1 Ton BB.
SR didapat dari data Eksplorasi.

SR =

harus

dikupas

untuk

Dalam

Misal :
SR = 7 (BCM/ton). BB = 100 ton. Maka OB yang harus dikupas
= 700 BCM (untuk mendapatkan BB 100 ton),

2. Volume :
Volume material dinyatakan dalam :
Volume insitu, yaitu kondisi pay yard atau bank yard
volume aslinya dialam. Satuannya sering dinyatakan dalam
BCM (Bank Cubic Metric, B m3).
Volume Loose, yaitu kondisi heaped volume setelah
dilakukan dilakukan pembongkaran atau penggalian,
sehingga terjadi pengembangan material (swell). Satuannya
sering dinyatakan dalam LCM (Loose Cubic Metric, L m3).

3. BESR
BESR singkatan dari Break Even Stripping Ratio.
Ada 2 pengertian atau rumusan atau fungsi BESR.
BESR1 : untuk menentukan lebih menguntungkan mana
pertambangan menggunakan Tambang Dalam atau Tambang
Terbuka. Ini berkaitan dengan Lebih Menguntungkan
Mana bukan Yang ini rugi yang ini untung. Karena
masalah untung atau rugi itu berkaitan dengan Berapa
Pemasukan dan Berapa Pengeluaran. Pemasukan >
Pengeluaran = Untung.
BESR2 : disebut juga dengan Economic Stripping Ratio, yang
artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila
endapan bahan galian itu ditambang dengan menggunakan
Tambang Terbuka.
Jadi urutannya, hitung dulu BESR1 , setelah bahwa Metode
yang akan digunakan adalah Tambang Terbuka, maka
perhitungan BESR menggunakan rumus BESR2.

RUMUS:
BESR1 =

BESR2 =

GAMPANGNYA :
BESR1 =

BESR2 =

Misal :
Underground Cost = $30/ton BB
Surface Cost
= $10/ton BB
Nilai Jual Batubara = $40/ton BB.
Biaya Produksi
= $10/ton BB.
Stripping Cost
= $1 / ton OB.
MAKA
BESR1 =
BESR1 = = 20

Ini artinya :
Hanya endapan yang memiliki BESR lebih rendah dari 20
Yang ditambang dengan Tambang Terbuka agar keuntungan
bisa maksimal. Dan yang BESR > 20 ditambang dengan
Tambang dalam. Bukan berarti yang > 20 TIDAK BOLEH
ditambang dg Tambang terbuka.
BESR2 =
BESR2 = = 30

Ini artinya :
Angka 30 itu menunjukkan Maksimal SR dapat ditambang
dengan Tambang Terbuka agar untung.

Catatan:
Untuk BESR1 > 1, gunakan Surface Mining.
Untuk BESR2 > 1, masih menguntungkan.

FAKTOR-FAKTOR UTAMA YANG MEMPENGARUHI


PRODUKTIVITAS
1. CYCLE TIME (WAKTU EDAR)
Waktu edar adalah lamanya waktu dari rangkaian gerakan alat
yang diukur mulai gerakan awal hingga kembali gerakan
semula
Perhitungan waktu siklus dari masing-masing alat berbeda
beda tergantung jenis alat yang digunakan. Selain gerakan alat
waktu tunggu atau spotting time juga dimasukkan ke dalam
waktu edar alat.

a. Bulldozer
CT = FT + GCTR + RT +GCTF
Dimana :
CT = Waktu edar
FT = Waktu mendorong/maju
GCTR = Waktu mengganti gigi mundur
RT = Waktu mundur
GCTF = Waktu mengganti gigi maju

b. Backhoe atau Power Shovel


CT = DgT + SLT + DpT + SLT
Dimana :
CT = Waktu edar
DgT
= Waktu penggalian
SLT= Waktu ayun bermuatan
DpT
= Waktu penumpahan material
SLT= Waktu ayun kosong

WAKTU TUNGGU ALAT

WAKTU
MENGISI/MENGGALI

WAKTU MENGAYUN KOSONG

WAKTU MENGAYUN ISI

WAKTU MENUMPAH

c. Dump Truk
CT = LT + HLT + SDT + DT + RT + SLT
Dimana :
CT = Waktu edar
LT = Waktu pemuatan material
HLT
= Waktu pergi bermuatan
SDT
= Waktu manuver sebelum menumpah
DT = Waktu menumpahkan material
RT = Waktu kembali tanpa muatan
SLT= Waktu manuver sebelum dimuati

2. EFISIENSI KERJA
Efisiensi kerja adalah perbandingan antara waktu produktif
dengan waktu kerja yang tersedia. Mesin atau alat berat tidak
mungkin selamanya bekerja 60 menit dalam sejam, karena
hambatan kecil akan selalu terjadi.

Dalam perhitungan efisiensi kerja ada tiga komponen waktu


yang harus diperhatikan yaitu : (Prodjosumarto,1993).
A. Waktu kerja ( W )
yaitu waktu yang digunakan alat untuk berproduksi sampai
akhir operasi. Dalam waktu kerja terdapat beberapa variabel
meliputi : Waktu Efektif dan Waktu delay

Waktu efektif ( We ) yaitu waktu yang benar-benar


digunakan oleh alat untuk berproduksi.
Waktu delay ( Wd ) yaitu waktu hambatan yang terdiri dari
waktu melumasi kendaraan, pengisian bahan bakar,
pemindahan alat, menunggu perbaikan jalan, pemeriksaan
mesin serta keadaan cuaca.
B. Waktu standby ( S )
yaitu jumlah waktu dari suatu alat yang tidak dapat
dipergunakan sedangkan alat tersebut alat tersebut tidak
rusak dan dalam keadaan siap operasi.
C. Waktu repair ( R )
yaitu waktu perbaikan pada saat jam operasi berlangsung
misalnya perawatan dan waktu menunggu suku cadang alat.

Untuk mengetahui besarnya efisiensi kerja dapat dihitung


dengan menggunakan persamaan :
Efisiensi Kerja = x 100%

TABEL EFISIENSI KERJA


Kondisi Manajemen
Kondisi Kerja
Baik sekali

Baik

Sedang

Buruk

Baik Sekali

0.84

0.81

0.76

0.70

Baik

0.78

0.75

0.71

0.65

Sedang

0.72

0.69

0.65

0.60

Buruk

0.63

0.61

0.57

0.52

2. KETERSEDIAAN ALAT
Ketersediaan alat merupakan perbandingan waktu alat
tersebut bekerja memproduksi material terhadap waktu total
alat tersebut siap untuk digunakan bekerja. Ketersediaan alat
terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
a. Availability Indeks atau Mechanical availability (M.A).
Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis
yang sesungguhnya dari alat yang sedang dipergunakan.
Persamaan untuk availability index (A.I) adalah sebagai
berikut :

Mechanical Availability = x 100%

Dimana :
W = Waktu yang dibebankan kepada seorang operator
suatu alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan, artinya
tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan (delay
time) yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah
waktu untuk pulang dan pergi ke tempat kerja, pindah
tempat, pelumasan, pengisian bahan bakar, hambatan
karena cuaca dan lain-lain.
R = Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena
menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu penyediaan
suku cadang serta waktu perawatan.
S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat tidak
dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam
keadaan siap beroperasi.

b. Physical availability atau Operational Availability.


Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang
sedang dipergunakan. Persamaannya adalah :
Physical Availability = x 100%
c. Use of availability
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh
suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
dipergunakan. Persamaannya adalah:
Use of Availability = x 100%

d. Effective utilization (EU)


Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang
tersedia dapat dimanfaatkan untuk waktu kerja produktif.
Effective utilization sebenarnya sama dengan efisiensi kerja.
Effective utilization = x 100%

3. Faktor Pengembangan atau Faktor Pemuaian Material


Faktor pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume
material yang diperhitungkan pada waktu penggalian selalu
apa yang disebut pay yard atau bank yard (BCM) atau volume
aslinya di alam. Sedangkan apa yang harus diangkut adalah
mateial yang mengembang karena digali (LCM).
Misal :
Volume 1 m3 tanah laterite di alam (1 BCM) bila telah digali
akan memiliki Volume 1.25 m3 (1.25 LCM). Ini artinya :
Telah terjadi penambahan Volume sebesar : 1.25 m3 1 m3 =
0.25 m3 = 25%. Inilah yang dinamakan Percent of Swell atau
PS.
Swell Factornya = 0.8 atau 80% .

Jika Vol. Insitu yang 1 m3 itu (BCM) dipindahkan lalu


dipadatkan dg Roller, sehingga betul-betul padat sehingga
volume menjadi 0.9 m3, ini dikatakan susut 10%. Dikatakan
Shrinkage
Factor-nya
adalah
10%.
PERSAMAANNYA:
Percent swell =

Swell factor =

V loose
V undisturbed

-1

V undisturbed
V loose

Shrinkage factor = 1-

V loose
V undisturbed

X 100%

X 100%

X 100%

Bobot isi (Density)


1b/cuyd insitu

Swell Faktor
(in bank corretion factor)

2700 4320

0,75

2300

0,85

2800 3000

0,80 - 0,82

Antrasit

2200

0,74

Batubara Bituminous

1900

0,74

Bijih tembaga

3800

0,74

Tanah biasa kering

2800

0,85

Tanah biasa basah

3370

0,85

Tanah biasa bercampur pasir dan kerikil

3100

0,9

Jenis Material
Bauksit
Tanah liat kering
Tanah liat biasa/basah

Kerikil kering

32500

0,89

Kerikil basah

3600

0,88

Granit pecah-pecah

4500

0,67 0,56

Hemati pecah-pecah

6500 8700

0,45

Biji besi pecah-pecah

3600 -5500

0,45

Batu kapur pecah-pecah

2500 4200

0,67 0,59

Lumpur

2160 2970

0,83

2970 3510

0,83

Lumpur sudah ditekan

4. Faktor Pengisian (Fill Factor)


Faktor pengisian merupakan perbandingan antara kapasitas
nyata suatu alat dengan kapasitas teoritis alat tersebut.
Besarnya faktor pengisian suatu alat muat sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor : seperti ukuran butir material, kondisi
material dan jumlah stok material yang sedang dikerjakan
(angle of refuse), keterampilan dan pengalaman operator.

Persamaannya:
Fill faktor = x 100%

Penentuan faktor pengisian (fill factor) dari bucket alat muat,


dapat menggunakan metode Caterpillar yaitu dengan cara
pengamatan dan perbandingan langsung pada saat pemuatan,
dimana terlihat adanya variasi pengisian pada bucket.

Tabel Penentuan Fill Factor


No

Bahan

Fill Factor

Tanah Lempung, Lempung Pasiran, Tanah Liat

100 100%

Pasir atau Kerikil

95 100%

Lempung Keras, Tanah Keras

80 90%

Batu Pecah Baik

60 75%

Batu Pecah Jelek

40 50%

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai