Anda di halaman 1dari 38

CASE REPORT

APPENDISITIS AKUT
NURUL HIKMAH
Pembimbing :

dr. Yeppy A.N , Sp. B, FINACS,


MM

Status pasien
Nama

: Tn. D
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sukarajin RT 03 RW 06, Kec. Katapang,
Kab. Bandung
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Pendidikan : D3
Suku : Sunda
Status Perkawinan : Menikah
No RM : 550096
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juli 2016

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan penderita

tanggal 20 September 2016


Keluhan Utama : nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Soreang dengan keluhan nyeri di
daerah perut kanan bawah sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri sebelumnya dirasakan di uluhati sejak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit namun hilang timbul. Nyeri yang
dirasakan menjalar dari daerah pusar hingga ke daerah perut
kanan bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin lama
semakin nyeri sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Keluhan tersebut tanpa di sertai dengan demam pada awal nyeri.
Nyeri awalnya dimulai dengan nyeri pada epigastrium yang
berpindah ke kanan bawah. Nyeri dirasakan ketika pasien
menarik napas dan berjalan. Pasien mengeluhkan mual namun
tidak terdapat muntah. Buang air besar tidak ada kelainan. Buang
air kecil tidak ada kelainan.

Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami hal yang serupa.


Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang menderita penyakit
yang serupa.
Riwayat Penyakit Lainnya

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat TB Paru : Disangkal

Riwayat Jantung ; Disangkal

Riwayat Hepatitis : Disangkal

Riwayat gastritis : ya

Pemeriksaan fisik
III. Tanda Vital
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan Darah
: 120/ 80 mmHg
Nadi
: 88 x/ menit
Pernapasan
Suhu

: 20 x/ menit
: 36,70 C

Tanda Vital

Keadaan
Umum : tampak
sakit sedang
Kesadaran :
compos mentis
TD : 120/ 80
mmHg
N : 80 x/ menit
RR : 16 x/ menit
S : 36,50 C

Status Lokalis
(Abdomen)

Status
Generalis
Kepala :
Normochepali
Mata : konjungtiva
anemis -/-, sklera
ikterik -/-, isokor,
reflek pupil +/+
Leher
: KGB tidak
membesar, JVP tidak
meningkat
Thorax
Inspeksi : bentuk dan
pergerakan simetris
Palpasi : fremitus
vokal dan taktil
simetris
Perkusi : sonor
diseluruh lapang
paru, peranjakan
paru (+)
Auskultasi :
Cor : S1-S2 tunggal,
regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/

In

inspeksi : datar,
eritem (-),
sikatrik (-)
Auskultasi :
bising usus (+)
Palpasi : massa
(-), nyeri tekan
titk mc burney
(+), hepar, lien,
ginjal tidak
teraba, psoas
sign (+),
obturator sign
(+), rovsing sign
(-), blumberg
sign (+),
defance
muscular (-)
Perkusi:

Resume
Seorang laki-laki, 50 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut

di daerah perut kanan bawah sejak 4 hari sebelum masuk rumah


sakit yang didahului dengan nyeri perut . nyeri didahului di
daerah uluhati sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
yang dirasakan menjalar dari daerah pusar hingga menetap di
daerah perut kanan bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan
semakin lama semakin nyeri sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari. Keluhan tersebut tanpa di sertai dengan demam
pada awal nyeri. Nyeri awalnya dimulai dengan nyeri pada
epigastrium yang berpindah ke kanan bawah. Nyeri dirasakan
ketika pasien menarik napas dan berjalan. Pasien mengeluhkan
mual namun tidak terdapat muntah. Buang air besar tidak ada
kelainan. Buang air kecil tidak ada kelainan.
Pada pemeriksaan fisik abdomen NT mc burney (+), psoas sign
(+), obturator sign (+), rovsing sign (-), blumberg sign (+),
dumphey sign (+) status generalis lain dalam batas normal.

VI. Diagnosa Banding


Appendisitis Akut
Ureterolithiasis
Crohns disease
Kolitis Ulserativa
Epididimitis
Colic renal
Gastroenteritis

VII. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium ( darah rutin dan urin rutin )
USG
Appendicogram
VII. Diagnosa Kerja
Appendisitis Akut

Tatalaksana

Appendectomy
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Tinjauan pustaka

Anatomi appendix
Umbai cacing terbentuk dari caecum

pada
tahap
embrio.
Apendiks
merupakan organ yang berbentuk
tabung panjang dan sempit. Panjangnya
kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan
pada orang dewasa umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap yaitu
berpangkal di sekum, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda-beda, yaitu di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang pasti tetap terletak di peritoneum.

Apendiks

dialiri darah oleh arteri apendicular yang


merupakan cabang dari bagian bawah arteri ileocolica dan
yang merupakan cabang trunkus mesenterik superior. Arteri
apendiks termasuk arteri akhir atau ujung. Apendiks
memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoapendiks
menuju ke nodus limfe ileocaecal.
Selain dari arteri apendikular yang memperdarahi hampir
seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri
asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari
vena ileocoli berjalan ke vena mesentrik superior dan masuk
ke sirkulasi portal.
Persarafan parasimpatis dari apendiks berasal dari cabang
nervus vagus yang mengikuti a. Mesenterica superior dan a.
Apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.
Thorakalis X.

Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari.

Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam


lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum.
Hambatan aliran lendir di muara appendiks
berperan pada patogenesis appendicitis
Appendiks sebagai organ imunologi yang secara
aktif
mensekresikan
Imunoglobulin
A
(IgA).
Walaupun appendiks merupakan komponen integral
dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT),
imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi yaitu mengontrol proliferasi
bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi
enterotoksin dan antigen intestinal lainnya.

Apendisitis adalah peradangan yang

terjadi pada apendiks vermiformis, dan


merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering. Pada masyarakat
umum,sering juga disebut dengan istilah
radang usus buntu. Akan tetapi, istilah
usus buntu yang selama ini dikenal dan
digunakan di masyarakat kurang tepat,
karena yang merupakan usus buntu
sebenarnya adalah sekum (caecum)

Epidemiologi
Insidens apendisitis akut di negara maju

lebih
tinggi
daripada
di
negara
berkembang.
Insidens tertinggi pada kelompok umur 2030 tahun, setelah itu menurun.

Etiologi
Appendisitis disebabkan karena adanya

obstruksi pada lumen appendiks


Appendisitis akut dapat disebabkan oleh
proses radang bakteria.
Beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya radang appendiks,
diantaranya :
Faktor sumbatan, bakteri, konstipasi dan
pemakaian laksatif, kecenderungan
familiar, ras dan diet, parasit

Klasifikasi
1. Appendisitis akut

Appendisitis akut sederhana (Cataral


Appendicitis)
Appendisitis akut purulent (Supurative App.)
Appendisitis akut gangrenosa
2. Appendisitis infiltrat
3. Appendisitis Abses
4. Appendisitis Perforasi
5. Appendisitis Kronis

Patogenesis

Manifestasi Klinis
Nyeri

mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang


beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan
bawah
Muntah dan mual oleh karena nyeri viseral.
Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat
Rasa sakit hilang timbul
Diare atau konstipasi
Tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika
diluruskan
Perut kembung
Hasil pemeriksaan leukosit meningkat 10.000 - 12.000 /ui
dan 13.000/ui bila sudah terjadi perforasi
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan,
penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan.

Kelainan patologi

Keluhan dan tanda

Peradangan awal

Kurang enak ulu hati/daerah pusat,


mungkin kolik.

Apenditis mukosa

Nyeri tekan kanan bawah


(rangsangan automik).

Radang di seluruh ketebalan dinding

Nyeri sentral pindah ke kanan bawah,


mual dan muntah.

Apendisitis komplet radang peritoneum Rangsangan peritoneum lokal (somatik),


parietale appendiks
nyeri pada gerak aktif dan pasif,defans
muskuler lokal.
Radang alat/jaringan yang menempel
pada appendiks
Genitalia interna, ureter, m.psoas mayor,
kantung kemih, rektum.
Apendisitis gangrenosa

Demam sedang, takikardia,


mulai toksik, leukositosis.

Perforasi
Pembungkusan tidak berhasil

Nyeri dan defans muskuler seluruh perut.


Demam tinggi, dehidrasi,
syok, toksik

Pembungkusan berhasil

Massa perut kanan bawah, keadaan


umum berangsur membaik

Penegakan Diagnosa
Anamnesis
Nyeri mula mula di epigastrium ( nyeri visceral

) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke


perut kanan bawah.
Muntah
Demam
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang
nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan pada daerah perut.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : biasanya terdapat penonjolan perut


kanan bawah
Auskultasi : peristaltik usus sering normal
Palpasi : dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney
didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu :
Nyeri tekan (+) Mc. Burney, Nyeri lepas (+), Defans
muskuler(+)
Pemeriksaan Rectal Toucher : nyeri pada jam 9-12
Perkusi : nyeri ketuk (+)

Pemeriksaan khusus/tanda khusus :


Rovsing sign
Blumberg sign
Psoas sign
Obturator sign

Psoas Sign

Obturator Sign

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin, Urin Rutin


Foto polos abdomen
USG
Barium Enema
CT Scan
Appendikogram

Scoring Appendicitis

Diagnosis Banding
Gastroenteritis
Ulkus peptikum perforasi
Ureterolithiasis
Kehamilan ektopik

Komplikasi
Apendikular infiltrat
Apendikular abses
Perforasi
Peritonitis

Penatalaksanaan
Untuk pasien yang dicurigai Appendicitis :
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan
untuk mengurangi gejala
Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita
usia reproduksi.
Berikan antibiotika IV pada pasien dengan
gejala sepsis dan yang membutuhkan
Laparotomy

Perawatan appendicitis tanpa operasi


pemberian antibiotika intravena dapat

berguna untuk Appendicitis acuta bagi


mereka yang sulit mendapat intervensi
operasi (misalnya untuk pekerja di laut
lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko
tinggi untuk dilakukan operasi
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Pemberian

antibiotika preoperative efektif untuk


menurunkan terjadinya infeksi post operasi.
Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti
Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan
Metronidazole.

Diberikan

antibiotika broadspectrum dan juga


untuk gram negative dan anaerob

Appendektomi

Bisa dilakukan dengan laparotomi atau


laparoskopi
Indikasi Apendektomi
Apendisitis akut
Apendisitis kronik
Peri apendikular infiltrat dalam stadium

tenang
Apendiks terbawa dalam operasi kandung
empedu
Apendisits Perforata

Prognosis
Ad vitam :Dubia ad bonam
Ad Fungsional : Dubia ad bonam
Ad Sanitatum : Dubia ad bonam

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai