Seminar PPI NAT
Seminar PPI NAT
RISIKO HUKUM
RISIKO PROPERTY
RISIKO KESEHATAN/JIWA
Sasaran I
Sasaran II
Sasaran III
Sasaran lV
:
:
:
:
Penyebaran
Infeksi Silang
Makanan
Debu
(lantai,
dinding,
udara, dll)
Udara
Darah/
alat
suntik/
infus
Air
Pasien
Petugas
Pengunjung
Pasien
Pasien
Alat-alat
bantuan
pernapasan
pispot
Peralatan
endoskopi
Epidemiologi
Healthcare Associated Infections (HAIs)
4
3.5
3
3.43
3.26
2.9
Rate
2.5
1.8
1.5
1.36
1.5
0.8
0.4
0.5
0
1.2
0.98
VAP ()
IAD ()
0 ()
ISK
IDO (%)
HAIs
Healtcare Associated Infections
15
Agent
Environment
RESERVOIR/SOURCE
Darah, Cairan tubuh,
Air, Udara, Tanah, Alat,
Permukaan
lingkungan
MEAN OF
TRANSMISSION
Airborne, Droplet, Contact
Common Vihicle,
Vertorborne
AGENT/MO
Bakteria, Virus,
Jamur, Protozoa
MEAN OF
TRANSMISSION
Airborne, Droplet, Contact
Common Vihicle,
Vertorborne
Vehikulum :
Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan
atau terokulasi) pada pejamu yang rentan
Contoh :
Makanan: Salmonella
Darah: Hepatitis B, Hepatitis C, HIV
Air: Hepatitis A, Typhoid, Cholera, Dysentri
Vektor :
Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat
menularkan kuman penyebab dengan cara menggigit pejamu yang
rentan atau menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau
makanan
Contoh :
Nyamuk: Demam berdarah, malaria
Lalat: makanan
Tikus: leptospirosis
HOST/PEJAMU
Immunocompromised
Ventilator-associated pneumonia
(VAP)
Ekstrinsik
PETUGAS
Kurang menerapkan
Kewaspadaan Isolasi
LINGKUNGAN
- Udara
- Permukaan Lingkungan
- Air
Peralatan
Antibiotika
DAMPAK INFEKSI/HAIs
Morbiditas
Mortalitas
Kecacatan
LOS
Biaya
Pendapatan RS
Produktifitas Ps
Mutu RS
Citra RS
Tuntutan Hukum
Perhitungan biaya:
US : $ 6.7 billion
Bayar obat/alat
Laboratorium
Dokter/perawat
Program
Pencegahan & Pengendalian Infeksi
TUJUAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI /HAIs
Menurunkan atau meminimalkan insiden rate
infeksi berhubungan dengan pelayanan
kesehatan pada
pasien , petugas dan pengunjung serta
masyarakat sekitar rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya,
dengan mempertimbangkan cost
effectiveness
DASAR HUKUM
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor
100, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3495).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431).
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah
Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1165.A./Menkes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit.
11. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Nomor HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite dan
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
SEJARAH PPI
Ignaz
Philipp
Semmelw
eis (18181865)
HIPPOCRATESS
TENET
(460-335 BC)
Didier Pittet
To reduce
Healthcare Associated Infections
Tackling Antimicrobial
Resistance
Pendidikan dan
Pelatihan
PPI
Penggunaan
Antimikroba
rasional
PROGRAM
PENCEGAHAN
PENGENDALIAN
INFEKSI
Pencegahan HAis
Surveilans
KEWASPADAAN BERDASARKAN
TRANSMISI
Contact/Kontak
Droplet/Percikan
Airborne/Udara
>5m
MRSA, VRE
MDRO
Jarak
1m
Bicara,batuk
bersin
Masker Bedah
Wajah, Gaun
< 5m
TBC, SARS
Meningitis
H5N1,H1N1
Aerosol
Sarung tangan
Gaun
Tek neg
Jarak
1m
Aerosol
Bicara,batuk
bersin
Masker N 95
Jarak
2m
KEWASPADAAN STANDAR
KEBERSIHAN TANGAN
KEGAGALAN MELAKUKAN KEBERSIHAN TANGAN
KENAPA PENTING ?
Cara transmisi dari infeksi yang
paling sering adalah melalui tangan.
Membersihkan tangan adalah faktor
terpenting didalam mencegah
penyebaran patogen dan resistensi
antibiotika
Angka kepatuhan yang diharapkan
adalah 90% (CDC
recommmendations)
40
WHOs
Handhygiene
protocol
Kuning:sampah Infeksius
Hitam:non infeksius/ domestik
Merah:Radioaktif
Ungu :Cytotoksik
Wadah
Tahan bocor dan tahan tusukan
Harus mempunyai pegangan yg dapat
dijinjing dengan satu tangan
mempunyai penutup yg tdk bisa dibuka
kembali
ditutup dan diganti setelah terisi 2/3
bagian limbah
MANAJEMEN LINEN
Linen infeksius:
Linen yang terkontaminasi dengan darah
dan cairan tubuh
Linen non infeksius:
Linen kotor yang berasal dari pasien
Bagian administrasi
Apotik dan lainnya
Tidak terkontaminasi oleh darah dan
cairan tubuh
Kemasi
Kemasi linen
linen secara
secara terpisah
terpisah
Jangan
Jangan tercampur
tercampur linen
linen kotor
kotor infeksius
infeksius dan
dan non
non infeksius
infeksius
Linen
Linen tak
tak boleh
boleh dikibaskan
dikibaskan
Linen
Linen tak
tak boleh
boleh ditaruh
ditaruh di
di lantai
lantai
Masukkan
Masukkan linen
linen infeksius
infeksius ke
ke dalam
dalam kantong
kantong plastik
plastik warna
warna kuning,
kuning, ikat
ikat mulut
mulut kantong
kantong dengan
dengan tali
tali warna
warna kuning
kuning
Masukkan
Masukkan linen
linen non
non infeksius
infeksius ke
ke dalam
dalam kantong
kantong kantong
kantong plastik
plastik bening,
bening, ikat
ikat mulut
mulut kantong
kantong dengan
dengan tali
tali warna
warna
hitam.
hitam.
Khusus
untuk linen
Khusus untuk
linen pasien
pasien kamar
kamar isolasi
isolasi penyakit
penyakit infeksi
infeksi menular,
menular, MRSA,
MRSA, Hepatitis
Hepatitis B
B dan
dan C,
C, HIV/AIDS,
HIV/AIDS, tetanus,
tetanus,
Rabies,
Rabies, Difteri,
Difteri, Pertusis,
Pertusis, Varicella,
Varicella, Morbili,
Morbili, Mump,
Mump, Rubella,
Rubella, Rubeola
Rubeola dan
dan penyakit
penyakit infeksi
infeksi virulensi
virulensi tinggi
tinggi
lainnya,
lainnya, linen
linen kotor
kotor dikemas
dikemas dengan
dengan kantong
kantong kuning
kuning dua
dua lapis
lapis dan
dan diberi
diberi label
label sesuai
sesuai nama
nama penyakitnya.
penyakitnya.
DEKONTAMINASI
Sterilisasi
(peralatan kritikal)
OPA, Speculum
Instrumen bedah
Kimiawi
Autoklaf
Panas Kering
ALAT SUNTIK
PASIEN
KALI PENYUNTIKAN
MACAM OBAT
Dipersembahkan oleh :
Jangan panik !
Biarkan darah mengalir (tidak perlu
dipaksa/dipencet)
Cuci dengan sabun atau antiseptik di bawah air
bersih yang mengalir
Lapor ke Tim PPI dan K3RS atau kepada pengawas
umum pada shift sore, malam dan hari libur
Petugas yang terpajan dibawa ke IGD untuk
mendapatkan Penanganan Paska Pajanan (PPP)
Dipersembahkan oleh :
Kebersihan Tangan
Handscoen
(Sarung Tangan)
Apron/Gaun
Plastik
Handscoen
(Sarung Tangan)
Gaun panjang
Masker Partikulat/
N95
Handscoen
(Sarung Tangan)
Apron Plastik
Dipersembahkan oleh :
Masker Bedah
Isolasi Protektif
Kebersihan Tangan
Apron plastik
Masker bedah
(jika dibutuhkan)
Dipersembahkan oleh :
Program PPI
Tim PPI
IPCN( Infection Prevention Control Nurse
Komunikator
Evaluator
Manejer
Praktisi klinis Koordinator
Auditor
Konsultan
Investigator
Peneliti
Member
Surveier
Pendidik
Mencatat Infeksi
Melihat prosedur tindakan medis/keperawatan sesuai
prosedur
Surveilens
Pengalaman Kilinik
Pencegahan
Komunikasi
Pengendalian
Personaliti
Pendidikan
Pengembangan profesi
Kepemimpinan
Etika
Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat inap masing-masing, kemudian
menyerahkan-nya kepada IPCN ketika pasien pulang.
Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan pengendalian infeksi
pada setiap personil ruangan di unit rawatnya masing-masing.
Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi nosokomial pada pasien.
Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi pengunjung di ruang rawat
masing-masing, konsultasi prosedur yang harus dijalankan bila belum faham.
Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan Standar Isolasi.
Risk Factors :
Invasive procedures
Trauma
Rupture ofamnioticmembranes
Pharmaceuticalagents(e.g., immunosuppressants)
Malnutrition
Increased environmental
exposure to pathogens
Immunosuppression
Inadequateacquiredimmunit
y
Inadequate secondary
defenses (e.g., decreased
hemoglobin, leukopenia,
suppressed inflammatory
response)
Inadequate primary defenses
(e.g., broken skin,
traumatized tissue, decrease
in ciliary action, stasis of
body fluids, change in pH
secretions,alteredperistalsis)
Expected outcomes:
Demonstratesappropriateca
re of infection-prone site
Demonstratesappropriatehy
gienic measures such as
hand washing, oral care, and
perineal care
NURSING INTERVENTION
Infection Control
Provideantibiotictherapy if necessary.
Infection Protection
Advisefor a break
Instruct patient to
takeantibioticsas prescribed
Teach the patient and family the
signs and symptoms of infection
Teach how toavoidinfection
Report suspicion of infection
Report positive cultures
KESIMPULAN
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi atau HAIs harus dilaksanakan setiap
saat, dimanapun, kapanpun oleh siapapun memberikan layanan kesehatan
Program PPI meliputi pendidikan dan pelatihan Kewaspadaan Isolasi,
Pencegahan Infeksi pada pemasangan alat kesehatan, kegiatan surveilans,
serta penggunaan antimikroba rasional
Keberhasilan PPI harus ada dukungan manajemen, keterlibatan dan komitmen
seluruh personil.
PREVENTION IS PRIMARY!