Cemas / Ansietas
Dapat dialami oleh setiap orang apabila
menghadapi stimulus lingkungan atau
stres sehari-hari
Berupa suatu perasaan yang tidak
nyaman, khawatir, disertai dengan gejalagejala otonom seperti sakit kepala,
perspirasi, palpitasi, rasa tidak enak perut,
atau kegelisahan motorik.
Epidemiologi
The National Comorbidity Study: 1 di antara 4
orang memenuhi kriteria diagnosis untuk paling
tidak salah satu gangguan anxietas, dengan ratarata prevalensi 1 tahunnya adalah 17,7%.
Wanita lebih sering mengalami anxietas dengan
prevalensi seumur hidup sebesar 30,5% sementara
pada pria sebesar 19,2%.
Kelompok usia dengan prevalensi tertinggi adalah
30-44 tahun, dan rata-rata onset gangguan
pertama kali adalah usia 11 tahun.
Epidemiologi
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 untuk gangguan mental emosional
(gejala depresi dan cemas) yang dideteksi pada
penduduk usia 15 tahun atau lebih, dialami
oleh 6% penduduk atau lebih dari 14 juta jiwa.
Komorbiditas gangguan anxietas dengan
gangguan psikiatrik lainnya sangat tinggi.
Yang paling sering adalah komorbiditas
dengan gangguan depresi.
Etiologi
Kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial,
baik internal maupun ekternal.
Faktor internal genetik, hiperaktivitas sistem
noradrenergik, penyakit medis (contoh: hipertiroid,
stroke, tumor intrakranial), kepribadian (dependen,
anankastik, cemas menghindar), pengalaman buruk
masa lalu,
Faktor eksternal seperti stresor kehidupan dan
penggunaan obat terlarang/alkohol. Banyak obat
(contoh: agonis adrenergik, kortikosteroid,
antihipertensi, bronkodilator) dapat menyebabkan
palpitasi atau tremor dan gelisah
PASIEN
Tidak memikirkan
kemungkinannya
Gagal
menemukan
gejala psikiatrik
Hanya
mengeluhkan
gejala somatik
Menyembunyikan
distres emosional
dan psikososial
KEADAAN
Kekurangan waktu
Kurangnya privasi
Klinik hanya
mendeteksi penyakit
fisik
10
Istilah Psikosomatik
adalah studi sistematik terhadap faktor
psikologik pada proses penyakit fisik.
Diagnosis yang dimaksud dengan psikosomatik
dalam PPDGJ-III adalah F54. Faktor Psikologis
dan Perilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan atau Penyakit YDK.
11
Frans Alexander
Stres psikologik
Sistem autonom
Fisiologik
Franz Alexander
Terdapat 7 penyakit yang terkait:
Hipertensi
Rheumatoid Arthtritis
Tirotoksikosis
Ulkus Peptikum
Kolitis Ulserativa
Gangguan Anxietas 18-20%
Asma Bronkial
besar masalah >>
Neurodermatitis
mengikuti prevalensi penyakit
14
15
Gangguan Panik
Gangguan Panik
A. Serangan anxietas berat/ketakutan yang tidak dapat
dijelaskan, berulang, timbul mendadak, menghebat
dengan cepat dan sering hanya berlangsung beberapa
menit saja.
B. Sering disertai gejala fisik: palpitasi, sesak atau nyeri
dada, nafas pendek, berkeringat, perasaan seperti
tercekik, pusing, perasaan tidak nyata, takut hilang
kendali, takut akan mati atau menjadi gila.
C. Untuk diagnosis, harus ditemukan beberapa kali
serangan anxietas berat dalam 1 bulan; pada
keadaan-keadaan yang sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya, tidak terbatas pada situasi tertentu, dengan
keadaan yang relatif bebas dari gejala anxietas dalam
periode antara serangan-serangan panik.
.Gangguan Panik
Tidak jarang pasien yang mengalami serangan
panik mendatangi instalasi gawat darurat karena
keluhan fisik yang hebat, mengira sedang
mengalami gangguan jantung.
Pasien dengan gangguan panik juga seringkali
ketakutan akan kesendirian atau untuk pergi ke
tempat-tempat umum, dan ketakutan yang
menetap akan kemungkinan mengalami serangan
lagi (anxietas antisipatorik).
Gangguan Somatisasi
Memerlukan kriteria semua hal berikut:
Banyak keluhan fisik yang bermacam-macam,
berulang, tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya
kelainan fisik (tidak ditemukan adanya kelainan
fisik), dan telah berlangsung sedikitnya selama 2
tahun;
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari
beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik yang
dapat menjelaskan keluhan-keluhannya;
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat
dan keluarga, yang berkaitan dengan sifat keluhankeluhannya dan dampak dari perilakunya.
Gangguan Somatisasi
Pertimbangkan
Kemungkinan adanya penyebab medis
lain
Riwayat penggunaan obat, zat psikoaktif,
dan alkohol
Lanjut
Karena tugasnya, Tn. G memang seringkali
terlambat makan. Makanan yang biasa
dikonsumsi oleh Tn. G cenderung pedas atau
asam dengan alasan hanya rasa pedas dan
asam lah yang disebut makanan
Tn. G juga mengeluhkan adanya gangguan
tidur
Hasil pemeriksaan medis menunjukkan
tidak adanya gangguan di organ saluran
cerna.
Kemungkinan Diagnosis?
Pertimbangkan
Gejala anxietas?
Gejala depresi dan faktor yang
menyertai seperti risiko bunuh diri?
Gejala psikotik?
Pengenalan
Tanda dan gejala :
1. Respons fisik : napas pendek, nadi, tekanan
darah naik, mulut kering, diare/ konstipasi,
gelisah, berkeringat, sakit kepala, sulit tidur
2. Respons kognitif : lapang persepsi menyempit,
tidak mampu menerima rangsang luar,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons perilaku dan emosi : gerakan
tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat,
perasaan tidak aman
PENATALAKSANAAN GANGGUAN
ANXIETAS
Penatalaksanaan gangguan anxietas ada 2, yaitu :
1.Intervensi Psikososial dan
2.Intervensi Farmakologis
Intervensi Psikososial
Lakukan konseling dalam komunikasi terapeutik,
dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, tentang gejala dan riwayat gejala
Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik
dan psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku,
psikologik dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi
gejala somatik yang mempunyai dasar fisiologik.
Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan
tindak lanjut, bagaimana menghadapi gejala, dan
dorong untuk kembali ke aktivitas normal.
Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas lambat).
Intervensi Psikososial
Dalam keadaan panik atau cemas, maka
bernafas akan lebih cepat. Belajar
mengendalikan pernafasan dengan bernafas
lambat akan membantu kita merasa lebih
tenang dan rileks.
Anjurkan untuk berolah raga teratur atau
melakukan aktivitas yang disenangi serta
menerapkan perilaku hidup sehat.
Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan
manajemen stres dengan baik.
Intervensi Psikososial
Gangguan anxietas kadang-kadang memerlukan
terapi yang cukup lama, diperlukan dukungan
keluarga untuk memantau agar pasien
melaksanakan saran terapi dengan benar.
Beri saran untuk melakukan langkah-langkah
berikut jika terjadi serangan panik:
Tetap tinggal di tempat hingga serangan berlalu
Pusatkan perhatian untuk mengendalikan gangguan
anxietas, bukan pada gejala fisik
Bernafas dengan lambat dan rileks. Hiperventilasi
akan semakin menambah anxietasnya.
Intervensi Farmakologis
Antidepresan memiliki efek sebagai anti anxietas,
terdapat bukti yang baik bahwa antidepresan
terutama trisiklik dosis rendah cukup efektif.
Dosis dapat dinaikkan secara bertahap apabila tidak
ada perubahan yang signifikan setelah 2-3 minggu:
fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari atau sertralin 1 x 25-50
mg/hari atau amitriptilin 1 x 12,5-50 mg/hari.
Catatan: amitriptilin tidak boleh diberikan pada pasien
dengan penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati
untuk pasien lansia karena efek hipotensi ortostastik
(dimulai dengan dosis minimal efektif).
Intervensi Farmakologis
Pasien yang mendapatkan fluoksetin/
sertralin dengan gejala kecemasan yang
lebih dominan dan/atau dengan gejala
insomnia dapat diberikan kombinasi
dengan antianxietas benzodiazepin.
Obat-obatan antianxietas jenis
benzodiazepin antara lain:
diazepam 1-2 x 2-5 mg atau lorazepam 1-2 x
0,5-1 mg atau klobazam 1-2 x 5-10 mg.
Intervensi Farmakologis
Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin dapat
mulai di tappering-off perlahan (kurang dari 25%
dosis sebelumnya tiap 2 minggu), sementara
antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum
di tappering-off.
Efek samping benzodiazepin termasuk sedasi dan
efek pada kognitif dan psikomotor. Penggunaan
jangka panjang masalah ketergantungan dan
lepas obat. Hati-hati potensi penyalahgunaan pada
benzodiazepin.
Kasus I
Ny K, 54 tahun datang ke IGD Puskesmas
dengan keluhan nyeri dada. Episode kali
ini adalah episode ketiga dalam 1 bulan
terakhir. Ny. K juga mengeluh sesak nafas,
leher seperti tercekik hingga Ny. K merasa
takut bahwa ia akan mati.
Hal ini sering terjadi sejak anak tunggalnya
akan menikah. Hasil pemeriksaan fisik
dan EKG menunjukkan hasil yang normal
Kasus II
Tn. R, 34 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan sering sakit kepala sejak 2 bulan
terakhir. Sakit kepala hilang timbul, namun
dirasakan semakin berat akhir-akhir ini.
Tn. R selama ini tidak pernah mengalami sakit
berat dan tidak pernah menggunakan narkoba.
Tn. R juga mengeluh sulit tidur akibat memikirkan
ibunya yang tinggal jauh dan sedang menderita
sakit