Anda di halaman 1dari 22

Anemia

Keadaan berkurangnya jumlah


massa eritrosit dalam darah sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa O2 dalam jumlah
yang cukup ke jaringan perifer.
Secara praktis anemia ditunjukkan
oleh penurunan kadar Hb, Ht atau
hitung eritrosit.

Kriteria Anemia menurut WHO


Kelompok

Kriteria Anemia
(Hb)

Laki-laki dewasa

< 13 g/dl

Wanita dewasa tidak


hamil

< 12 g/dl

Wanita hamil

< 11 g/dl

Di Indonesia beberapa peneliti menggunakan


patokan kadar Hb < 10 g/dl

Prevalensi
Diperkiran >30% penduduk dunia
menderita anemia dengan sebagian
besar tinggal didaerah tropik.
Untuk Indonesia :
Anak prasekolah
: 30-40%
Anak usia sekolah
: 25-35%
Perempuan dewasa tidak hamil : 30-40%
Perempuan hamil
: 50-70%
Laki-laki dewasa
: 20-30%
Pekerja dengan penghasilan rendah : 30-40%

Etiologi
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh
sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya (hemolisis)

Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan
etiopatogenesis

Klasifikasi berdasarka gambaran


morfologik :
1.Anemia hipokromik mikrositer
bila MCV <80 fl , MCH <27 pg
2.Anemia normokromik normositer
bila MCV 80-95 fl , MCH 27-34 pg
3.Anemia makrositer
bila MCV >95 fl

Klasifikasi Berdasarkan morfologi


& etiologi
Anemia
hipokromik
mikrositer

1.
2.
3.
4.

Anemia def. Besi


Thalasemia major
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik

Anemia
normokromik
normositer

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Anemia pasca perdarahan akut


Anemia aplastik
Anemia hemolitik didapat
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia pada gagal ginjal kronik
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia pada keganasan hematologik

Megaloblastik
Anemia
makrositer
Non
megaloblastik

1. Anemia def. Asam folat


2. Anemia def. B12
1. Anemia pada hipotiroidisme
2. Anemia sindrom mielodisplastik
3. Anemia penyakit hati kronik

Gejala Anemia
1. Gejala Umum Anemia (Sindrom anemia
):
-Lemah, lesu, cepat lelah, telinga
berdenging, mata berkunang-kunang,
kaki terasa dingin dan sesak nafas.
-Pemeriksaan Fisik :
Pasien tampak pucat, seperti pada
konjungtiva, mukosa mulut, telapak
tangan, dan jaringan di bawah kuku.

2. Gejala khas masing-masing anemia :


Defisiensi Besi : disfagia, atrofi papil
lidah, stomatitis angularis, dan kuku
sendok (koilonychia)
Megaloblastik : glositis, gangguan
neurologik pada def isiensi vit. B12
Hemolitik : ikterus, splenomegali,
hepatomegali
Aplastik : perdarahan dan tanda-tanda
infeksi

3. Gejala penyakit dasar :


Gejala yang timbul sangat bervariasi
tergantung dari penyebab anemia
tersebut.
Misalnya, akibat infeksi cacing tambang
: sakit perut, pembengkakan parotis,
dan warna kuning di tangan.
Pada umumnya diagnosis anemia
memerlukan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium, terdiri dari :
1. Screening test / pemeriksaan
penyaring :
terdiri dari pemeriksaan kadar Hb,
indeks eritosit dan hapusan darah tepi.
Didapatkan jenis morfologi anemia
tersebut.

2. Pemeriksaan darah seri anemia


meliputi hitung leukosit, trombosit,
hitung retikulosit dan laju endap
darah.
atau menggunakan automatic
hematology analyzer

3. Pemeriksaan Sumsum tulang


Untuk mengetahui keadaan sistem
hematopoesis.
pemeriksaan ini mutlak untuk diagnosis
anemia aplastik, anemia megaloblastik,
serta pada kelainan hematologik yang
dapat mensupresi sistem eritroid

4. Pemeriksaan khusus
Defisiensi besi : serum ion, TIBC (total iron
binding capacity), saturasi transferin,
protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor
transferin dan pengecatan besi pada sumsum
tulang (Perlss stain)
Megaloblastik : folat serum, vit. B12 serum, tes
supresi deoksiuridin dan tes schliling
Hemolitik : bilirubin serum, tes commb,
elektroforesis hemoglobin
Aplastik : biopsi sumsum tulang

Pendekatan diagnosis
Anemia merupakan suatu sindrom yang dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyakit
dasar.
Untuk mendiagnosis anemia yaitu :
1. Menentukan adanya anemia
2. Menentukan jenis anemia
3. Menentukan etiologi atau penyakit dasar
anemia
4. menentukan ada tidaknya penyakit penyerta
yang mempengaruhi hasil pengobatan

Algoritma pendekatan diagnosis


anemia

Algoritma pendekatan diagnosis


anemia hipokromik mikrositer

Algoritma pendekatan diagnosis


anemia normokromik normositer

Algoritma pendekatan diagnosis


anemia makrositer

Pendekatan Terapi
Yang perlu diperhatikan dalam terapi anemia adalah :
1.Pengobatan hendaknya berdasarkan diagnosis definitif
yang telah ditegakkan terlebih dulu
2.Pemberian hematinik (anti anemia) tanpa indikasi yg
jelas tidak dianjurkan
3.Terapi anemia dapat berupa :
Terapi pada keadaan darurat, terapi suportif, terapi yg
khas untuk masing-masing anemia, terapi kausal untuk
mengobati penyakit dasar
4.Jika diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, dapat
memberikan terapi percobaan (terapi ex juvantivus)
dan harus dilakukan pemantauan ketat

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai