Anda di halaman 1dari 172

SUMATERA

A.FISIOGRAFI PULAU
SUMATERA

Pulau Sumatera

berdasarkan letak
geografisnya, terletak di
bagian barat Indonesia. Sebelah
utara berbatasan dengan Teluk
Benggala, sebelah timur
berbatasan dengan Selat
Malaka. di sebelah selatan
dengan Selat Sunda, dan di
sebelah barat dengan
Samudera Hindia. Luas Pulau
Sumatra 473.481 km
memanjang dari Barat Laut ke
tenggara dengan panjang 1.650
Km. Pulau Sumatra,
berdasarkan luasnya
merupakan pulau terbesar
keenam di dunia. Penduduk
pulau ini sekitar 52.210.926

Letak geologis
Ujung selatan Pulau Sumatra terdapat
dua teluk, yang menjorok ke daratan
yaitu Teluk Lampung dan Teluk
Semangko. Di pantai Timur banyak
sungai-sungai besar yang
mengendapkan lumpur sehingga
mempercepat perluasan daratan. Di
sebelah timur Sumatera terdapat pulaupulau yang berawa-rawa seperti Rupat,
bengkalis, Padang, tebingtinggi,
Rangsang.

Pulau Sumatera menurut Van Bemmelen


(1949) terbagi atas 6 zona fisiografi yaitu:

1. Zona
2. Zona
3. Zona
4. Zona
5. Zona
6. Zona

jajaran Barisan
Semangko
pegunungan Tiga puluh
Kepulauan Busur luar
paparan sunda
dataran rendah dan berbukit

1. Zona Jajaran Barisan


Zona jajaran Barisan adalah jajaran
pegunungan di Sumatra yang memanjang
dari sebelah barat Aceh sampai ujung selatan
Lampung. Memiliki panjang lebih kurang
1650 km, lebar kurang lebih 100 km dan
puncak tertinggi 3800 meter (Gunung Kerinci)
Zona jajaran barisan atau yang kita kenal
saat ini adalah rangkaian pegunungan bukit
barisan, seolah menjadi tulang punggung
Sumatera dan membagi pulau menjadi dua.

Sisi pantai timur yang lebih luas dan


landai, berupa lapisan tersier yang
luas dan berbukit-bukit serta tanah
rendah aluvial. Sisi pantai barat
sempit dan terjal. Disebut Bukit
Barisan karena jejeran
pegunungannya sambungmenyambung, disebut bukit dan
bukan gunung karena dalam
terminologi Melayu lama kedua nama

1. Sebelah barat Bukit Barisan terbentang basin laut


antara Sumatera dan rangkaian kepulauan di sebelah
barat Sumatera. Jalur basin laut ini disebut cekungan
antara (interdeep) untuk sistem pegunungan Sunda.
2. Sebelah timur Bukit Barisan terdapat jalur yang terisi
oleh sedimen-sedimen Neogen yang terlipat pada plioPleistosen. Jalur ini merupakan back deep dari sistem
pegunungan Sunda. Back deep ini sekarang berupa
dataran rendah Sumatera. Sedangkan back deep yang
proses sedimentasinya kurang cepat masih berupa
basin-basin laut seperti basing Andaman di sebelah
utara Sumatera.
3. Pada puncak geantiklinal Barisan terdapat deretan
lembah-lembah yang sempit dan cekungan vulkanotektonik yang berupa jalur sesar dan membentuk jalur
bongkah Semangko.

2. Zona Semangko
1. Zona ini dimulai dari teluk semangko di
sumatera selatan dan dapat ditelusuri
dari sana sampai lewat dari lembah
Aceh dengan Kotaraja di sebelah utara
ujung pulau. Di beberapa jalur ini terisi
dan tertutup oleh vulkan-vulkan muda.
2. zona patahan semangko mengandung
batuan-batuan vulkanik masam, aliran
tufa pasir dan tufa mengandung
batuapung, hal ini disebabkan karena
patahan-patahan ini terletak didaerah
orogen dan besar kemungkinan batuan

3. Zona Pegunungan
Tigapuluh
Zona ini letaknya terpencil pada
tanah rendah disebelah timur, yang
membentuk sebuah horst dengan
panjang sekitar 90 km, lebar 40 km
dan puncak tertinggi Gunung
Cengeembun 722 meter.

4. Zona Kepulauan Busur


luar
Busur luar non vulkanis merupakan
tinggian yang terbentuk akibat
adanya pengangkatan.
Batuan umumnya batuan sendimen
pelagic, batuan beku dan batuan
metamorf yang tergerus kuat, seperti
yang dapat diamati di rangkaian
pulau kecil di sebelah barat Sumatra
(nias, siberus, mentawai).

5. Zona paparan sunda


Paparan Sunda terbentuk dari hasil extension dari benua
Asia Tenggara, yang mana berhubungan dengan Malay
Peninsula. Paparan Sunda dibatasi oleh Laut Cina Selatan
di bagian Utara, bagian Selatan oleh Pulau Jawa, Selat
Makassar di bagian Timur, dan Pulau Sumatra di bagian
Barat.
Paparan Sunda terdiri dari lima zona, yaitu:

Zona Natuna

Zona Anambas

Zona Karimata

Zona Sabuk Timah (Malaysia barat, Singkep, Bangka,


Belitung, sampai utara Laut Jawa)

Zona Karimunjawa

6. Zona dataran rendah dan


berbukit
Zona dataran rendah dan berbukit
merupakan dataran lembah dan
terdiri dari cekungan sendimen di
Sumatra.
1. Cekungan Sumatra utara
2. Cekungan Sumatra tengah
3. Cekungan Sumatra selatan

TEKTONIK SUMATERA

TEKTONIK SUMATERA DIBAGI


MENJADI 2:
A. EVOLUSI TEKTONIK SUNDALAND
(MODEL)
B. TEKTONIK TERSIER

EVOLUSI TEKTONIK SUNDALAND


1. MODEL Hutchison (1973)
(Pada Zaman Karbon
Perm)
Subduksi terjadi di sebelah barat
Sumatera yang menghasilkan
batuan vulkanik dan piroklastik
dengan komposisi berkisar
antara dasit sampai andesit di
daerah yang membentang di
Dataran Tinggi Padang, Batang
Sangir dan Jambi (Klompe et all.,
1961; dalam Hutchison, 1973).
Batuan intrusif yang bersifat
granitik terbentuk di
Semenanjung Malaysia, melewati
Pulau Penang, dan diperkirakan
menerus ke Kepulauan Riau

tidak ada perubahan


penyebaran
b
. Pada Zaman
keterdapatan
batuan
plutonikdan
Perm
Trias
volkanik
Awal dari Karbon
Akhir. Sistem busurpalung yang bekerja
di Sumatra masih
tidak mengalami
perubahan . Batuan
volkanik dan
piroklastik
berkomposisi
andesitik sampai
riolitik menyebar di
bagian barat dari
Sumatera Tengah.

c.

Pada
Dari Trias Akhir
Zaman Trias
sampai Jura Awal,
Akhir Jura Awal
subduksi di
Sumatra terus
berlangsung dan
menghasilkan
kompleks ofiolit
Aceh di bagian
utara dan
kompleks ofiolit
Gumai-Garba di
selatan. Kedua
ofiolit tersebut
menurut
Bemmelen (1949;
dalam Hutchison,
1973) berumur

Pada Jura Tengah sampai Kapur Tengah

terjadi pengangkatan di wilayah Semenanjung


Malaysia, menyebabkan perubahan lingkungan
sedimentasi pada daerah tersebut dari
lingkungan laut menjadi lingkungan darat,
ditandai dengan endapan tipe molasse dan
sedimentasi fluviatil. Volkanisme di kawasan
Sumatra dan sekitarnya kurang aktif pada
selang waktu ini. Selama Jura dan Kapur,
kawasan Sumatra dan sekitarnya
terkratonisasi, dan sistem pensesaran strike
slip terbentuk (Tjia et. All, 1973; dalam
Hutchison, 1973). Pensesaran strike slip ini

d.
Pada Zaman
Pada
Kapur Akhir,
Kapur
Akhirzona
Tersier
subduksi
Awalbergerak ke arah

barat Sumatra, sepanjang


pulau-pulau yang saat ini
berada di barat Sumatra
seperti Siberut. Ofiolit dari
subduksi ini sendiri oleh
Bemmelen (1949; dalam
Hutchison, 1973) diperkirakan
berumur Kapur Akhir sampai
Tersier Awal.
Di bagian utara Sumatra
terdapat Intrusi Granitik Tersier
sedangkan di selatan terdapat
Adesit Tua dan Intrusi Granit
Miosen Awal. Pola dari sistem
palung busur di Sumatra pada
saat itu digambarkan pertama
kali oleh Katilli (1971; dalam
Hutchison, 1973) seperti pada
gambar 5. Subduksi yang
berada di barat Sumatra
menerus ke selatan Jawa
Barat, lalu berbelok ke timur
laut menuju arah Pegunungan
Meratus di Kalimantan Timur.

Tersier sampai
sekarang
subduksi terus mundur ke
arah barat melewati
kepulauan yang terdapat di
sebelah barat Sumatra dan
menerus ke timur di selatan
melewati Pulau Jawa
(Gambar 5). Busur gunung
api di sepanjang zona
subduksi tersebut terdapat
di Pegunungan Barisan di
Sumatera dan menerus ke
Pulau Jawa. Volkanisme
basalt hadir di Sukadana,
Sumatra Selatan dan
diperkirakan berhubungan
dengan pensesaran ekstensi
dalam yang dihasilkan
sebagai interaksi dari
lempeng-lempeng Eurasia,
Hindia-Australia, dan Pasifik.

1. Jurasic Akhir (150


MA)
2. MODEL Blok
HALL
Diperkirakan
Banda
(2009)
yang
sebelumnya
bergabung dengan
Gondwana terpisah dan
menjauhi Sula Spur. Blok
Argo lalu terpisah
kemudian melalui proses
pemekaran (spreading).
Pemekaran berkembang
ke barat menerus
sampai pada margin dari
Greater India 2. Busur
kepulauan dan fragmenfragmen benua bergerak
menjauh dari Gondawa
sebagai hasil darirollback
dari subduksi

2. Kapur Awal (135 MA)


pada 135 juta tahun
yang lalu (Kapur Awal
Gambar 8), India
mulai terpisah dari
Australia dan Papua
yang masih bergabung
dengan Antartika.
Pemekaran di Ceno
Tethys memiliki
orientasi rata-rata NWSE. Blok Argo dan
Busur Woyla bergerak
ke Asia Tenggara.

kemudian (Kapur
Awal Gambar 9)
India terpisah dari
3. Pada Kapur Awal
Australia. Blok Argo
(110 MA)
mendekati
Sundaland dan
pemekaran pada
Ceno-Tethys yang
berarah NW-SE
berhenti. Pusat
pemekaran antara
India-Australia
berkembang ke arah
utara. Terjadi
subduksi di bagian
selatan Sumatra dan
tenggara
Kalimantan.

Pada 90 juta tahun


yang
lalu (Kapur
4.
Pada
Kapur
Tengah
Gambar 10),
Tengah
Blok
Argo)mendekati
(90 MA
Kalimantan sebelah
barat laut Kalimantan
dan Busur Woyla
mendekati tepian
Sumatra. Koalisi-koalisi
tersebut menyebabkan
subduksi yang
berlangsung
sebelumnya berhenti.
India terus bergerak ke
utara melalui subduksi
pada Busur Incertus.
Australia dan Papua
mulai bergerak
perlahan menjauhi
Antartika.

Pada Kapur Akhir,


India bergerak cepat
ke utara dikarenakan
Pada
Kapuryang
Akhir
pemekaran
(cepat
70 MA)
di bagian
selatan dan
terbentuk sesar-sesar
tranform. Tidak ada
pergerakan yang
signifikan antara
Australia dengan
Sundaland serta
tidak terjadi subduksi
di bawah pulau
Sumatra dan Jawa
(Gambar 11).

Sekitar 55 juta tahun yang


lalu (Eosen Awal Gambar
Pada Eosen Awal
12), pergerakan Australia(Sundaland
55 MA)menyebabkan
terbentuknya subduksi
sepanjang barat tepi
Sundaland, di bawah
Pulau Sumba dan
Sulawesi Barat, dan
mungkin menerus ke
utara. Batas antara
lempeng AustraliaSundaland pada bagian
selatan Jawa merupakan
zona strike-slip sedangkan
pada selatan Sumatra
berupa zona strike-slip
tangensional. Busur
Incertus dan batas utara
dari Greater India
bergabung dan terus
bergerak ke utara.

Pada 45 juta tahun yang


lalu (Miosen Tengah
Gambar
Australia
Pada13),
Miosen
dan Papua mulai bergerak
Tengah ( 45 MA)
dengan cepat menjauhi
Antartika. Terbentuk
cekungan di sekitar
daerah Celebes dan
Filipina serta jalur
subduksi yang mengarah
ke selatan pada proto
area Laut Cina Selatan.
Pada 35 juta tahun yang
lalu , daerah Sundaland
mulai berotasi
berlawanan dengan arah
jarum jam, bagian timur
Kalimantan dan Jawa
secara relatif bergerak ke
utara. Rotasi tersebut
berlangsung disebabkan
karena adanya interaksi
lempeng India ke Asia.

Miosen Tengah

Pada pada 15 juta tahun yang


lalu ( Gambar 14), bagian
kerak samudra pada Blok
Banda yang berumur lebih tua
dari 120 juta tahun yang lalu
mencapai jalur subduksi pada
selatan Jawa. Palung
berkembang ke arah timur
sepanjang batas lempeng
sampai bagian selatan dari
Sula Spur. Australia dan Papua
mendekat ke posisi sekarang
ini dan lengan-lengan dari
Sulawesi mulai bergabung.

3.MODEL Pulunggono dan Cameron


1984
1. Sumatera dan tinggian Malay tersusun atas seri mikroplate
yang sama. Mikroplate Malay ke arah timur, dicirikan oleh
magmatisme permo triasic. Bagian ini di pisahkan dengan
Malaca Microplate oleh bentong Raub line. Banyak yang
beranggapan bahwa daratan sunda itu bukan merupakan suatu
kesatuan, tetapi berdiri dari suatu komplek yang berupa pola
mosaic dari beberapa lempeng mikro yang saling bergerak satu
terhadap lainnya.
2. Lempeng mikro dikatakan juga Mintakat (terrain) yang secara
regional bersifat homogeny yang dipisah-pisahkan oleh sesarsesar besar yang memotong hingga dasar litosfer.
3. Ada dua jalur pertemuan utama yang dapat dikenal, yang
memisahkan lempeng mikro benua Mergui yang merupakan
terbesar, Malaka dan Malaya Timur. Dua daripada jalur-jalur
pertemuan tersebut memotong pulau sumatera.

4. Model Fontaine dan Gafoer 1989

Fontaine dan Gafoer


menginterpretasikan batuan
karbonan pada Sumatera bagian
utara sebagai seri fesies sedimen
menerus yang terbentuk pada batas
continent dengan litoral dan shelf
facies ada di sebelah timur. Di wakili
oleh fm kubang Pasu dan fm kenny
Hills di sebelah barat semenanjung
Malaya dan kuarsit dan batu pasir

sejarah kejadian bukit barisan dalam


skala zaman meliputi:
1. Mesozoikum Bawah (muda)
Bukit barisan masih merupakan Foredeep dari
Orogene Malaya, terisi dengan Sedimen marine.
Terjadi penyusupan batuan Ophiolith (larva basa/
ultra basal) sebagai mana dapat dijumpai di
Pegunungan Garba dan Gumai (Sumatra Selatan)
2. Kapur Atas eosen bawah
mengalami Pengangkatan pertama. Terjadi intrusi
batuan granit dalam batuan sendimen slate masa
Mesozoikum. Pegunungan yang terbentuk ini
sifatnya masih non vulkanis dan dikenal sebagai
Proto Barisan

Paleogen ( Zaman Oligo-Miosen),


Terjadi penurunan Proto Basin secara
pelan-pelan Asthenolith yang terdiri
dari materi magma dengan
pemasaman sedang sehingga terperas
sehingga menyebar ke arah sisi bagian
luar. Di Sumatra Selatan penurunan ini
disertai dengan aktivitas vulkanisme,
menghasikan Formasi Andesit Tua
(batuan andesit,basalt,dasit).

4. Zaman Miosen Tengah


Mengalami pengangkatan kedua, disertai intrusi
Batholit mendekati permukaan bumi membentuk
vulkan-vulkan andesit tua. Pengangkatan masa ini
bersifat vulkanis dengan erupsi asam dan sedang.
Sebagai kompensasi dari pengkatan ini terbentuk
foredeep dan backdeep yang kemudian terisi
sedimen. Intrusi magma asam menyebabkan
keluarnya larva dasitis yang dapat di jumpai di
Bengkulu berupa tuff dasitis (dasit adalah andesit
yang kaya dengan kuarsa, butir-butirnya kasar tidak
seperti Andesit yang berbutir halus). Reaksi
grafitasional terhadap pengangkatan II
mengakibatkan pucak Geantiklin Bukit barisan pecahpecah menghasilkan slenk atau Graben antara Batang
Ankola-Batang Toru di Sumatara Utara. Materi

5. Zaman Miosen atas


Terjadi penurunan kembali di daerah
ini disertai oleh vulkanisme luar yang
dicirikan oleh batuan basalt dan
andesit.

6. Plio-Pleistosen
Bukit Barisan mengalami pengangkatan
ketiga dan terakhir. Erupsi hebat dari batuan
batuapung, dasit dan rhyolit terjadi
sepanjang patahan longitudinal dan hasilhasilnya sekarang terlihat disekitar Danau
Ranau,Ngarai dekat bukittinggi dan Danau
Toba. Hidupnya kembali volkanisme luar yang
menghasilkan basalt dan andesit hingga kini
masih terlihat dalam gunung api yang masih
aktif seperti Sorik Merapi,
Singgalang,Tandikat.

2.TEKTONIK TERSIER
SUMATERA

PERKEMBANGAN TEKTONIK TERSIER


SUMATERA
1. EOSEN AWAL-OLIGOSEN AWAL
Sumatera, semenanjung malaya dan
kampuchia masih merupakan bagian dari
asia. Arah dari p sumatera adalah utara
selatan.
2. Fragmen india sudah berada di sebelah
barat sumtera dan sudah mulai akan
bersentuhan dengan eurasia dan
menyebabkan terjadinya ekstrusi pada
fragmen indocina dan cina ke tenggara

Lanjutan...
3. Pada jaman eosen gerak lempeng
india australia mencapai 18 cm/th
dengan arah utara,sedangkan
menjelang oligosen berkurang 3 cm
/thn menjadi 15 cm/thn.dan terjadi
perubahan arah gerak beberapa
derjat ke timur.

Lanjutan...
Dengan persentuhan antara dua
lempeng tersebut,maka sesar
mendatar dektral sumatra yang
mulai terbentuk akan menimbulkan
pola rekahan sepanjang sesar
sebagai respon terhadap gerak
gesernya.
Mungkin pembentukan rekahan itu
dimulai di Sumatera Selatan dan
terus berkembang ke utara

Lanjutan...
Persentuhan atau interaksi kedua
lempeng tersebut tidak membentuk
jalur subduksi. Hal ini juga dibuktikan
dengan tidak dijumpainya kegiatan
volkanisme pada periode tersebut

2. Oligosen akhir-miosen
awal
1. terjadi geak rotasi yang pertama dari
lempeng mikro sunda sebesar 20 derajat
kearah yang berlawan dengan arah jarum jam.
Gerak rotasi ini juga mengembangkan
pembentukan cekungan2 sumatera timur
sebagai cekungan regangan (pull apart basin)
Rotasi yang pertama ini masih belum dapat
menempatkan kedudukan sumatera kedalam
keadaan dimana interaksi kedua lempeng akan
menimbulkan terjadi tegasan kompresi.

3. Miosen Tengah
Rotasi daripada lempeng mikro sunda
terhenti,yang disusul oleh
pengangkatan regional. Dalam periode
ini terjadi pengaktifan kembali
daripada sesar-sesar dan penurunan
cekungan semakin cepat.

4. Miosen atas-sekarang
Rotasi yang kedua dimulai sebesar 20-25
derajt. Kearah yang berlawanan dengan jarum
jam yang diacu dengan membukanya laut
andaman.
Pada saat itu, interaksi antara lempeng hindia
australia dengan lempeng sunda sudah
meningkat dari 40 menjadi hampir 65 yang
mengakibatkan terjaadinya tegasan kompresi.
Keadaan ini menyebabkan pengangkatan bukit
barisan dan peningkatan kegiatan volkanisme.

Lanjutan...
Di barat sumatera,terbentuk jalur
subduksi dan sesar-sesar mendatar
sehingga disini juga memungkinkan
terjadinya cekungan regangan (pull apart
basin) antara busur luar dan daratan
sumatera.
Sebgai akibat daripada rotasi yang
berkelanjutan ini, juga terjadi perubahan
status dari pola-pola sesar di cekungan
sumatera timur, sesar-sesar mendatar

1. ZONA SUBDUKSI OBLIQUE DENGAN


SUDUT PENUNJAMAN YANG LANDAI

1. Zona subduksi oblique


dengan sudut penunjaman
yang landai

Gerak lempeng
Samudra IndiaAustralia ke arah utaratimurlaut dihambat
oleh lempeng Eurasia
yang posisinya di barat
Sumatra berarah
baratlaut-tenggara.
Peristiwa ini
mengakibatkan
terjadinya tumbukan
menyerong
(miring/oblique) dan
membentuk parit
Sunda yang
membentang sekitar
5000 km mulai dari
Birma hingga Indonesia

1. Pada akhir Miosen, Pulau Sumatera mengalami rotasi


searah jarum jam.
2. Pada zaman Pliopleistosen, arah struktur geologi
berubah menjadi barat daya-timur laut, di mana
aktivitas tersebut terus berlanjut hingga kini. Hal ini
disebabkan oleh pembentukan letak samudera di Laut
Andaman dan tumbukan antara Lempeng Mikro
Sunda dan Lempeng India-Australia terjadi pada sudut
yang kurang tajam. Terjadilah kompresi tektonik
global dan lahirnya kompleks subduksi sepanjang tepi
barat Pulau Sumatera dan pengangkatan Pegunungan
Bukit Barisan pada zaman Pleistosen.
3. Pada akhir Miosen Tengah sampai Miosen Akhir,
terjadi kompresi pada Laut Andaman. Sebagai
akibatnya, terbentuk tegasan yang berarah NNW-SSE
menghasilkan patahan berarah utara-selatan.
4. Sejak Pliosen sampai kini, akibat kompresi terbentuk
tegasan yang berarah NNE-SSW yang menghasilkan

2.SESAR MENTAWAI
Sesar Mentawai terbentuk sebagai hasil reaktifasi
sesar-sesar normal yang telah bertanggung jawab
dalam pembentukan cekungan di daerah forearc
Sumatra.
Samuel dan Harbury (1996) mengatakan bahwa untuk
Sesar Mentawai yang terbentang hingga Pulau Nias
mempunyai pola strike-slip[10]. Namun, Sieh dan
Natawijaya (2000) mengatakan bahwa gerakan sesar
yang ada di Sesar Mentawai mempunyai pola bidang
sesar bervariasi mulai dari normal fault, strike slip dan
reverse fault[13]. Sedangkan Mukti dkk (2012)
menyatakan bahwa untuk pola sesar yang ada di Sesar

Samuel, M. A., Harbury, N. A., 1996. The Mentawai Fault Zone and
Deformation of the Sumatran Forearc in the Nias Area. Geological
Society, London, Special Publications. v.106, p337-351.
Sieh, K., Natawidjaja, D., 2000. Neotectonics of the Sumatran
Fault, Indonesia. Journal of Geophysical Research, vol. 105, No.
B12, pages 28, 295-28,326
Mukti, M. M., Singh, S. C., Deighton, I., Hananto, N. D.,
Moeremans, R., Permana, H., 2012. Structural evolution of
backthrusting in the Mentawai Fault Zone, offshore Sumatran
forearc. Geochem. Geophys. Geosyst., 13, Q12006

Lanjutan...
Tampak dari gambar bahwa
terdapat antiklin (struktur batuan
yang naik) yang berada di Sesar
Mentawai. Hal ini disebabkan oleh
dorongan dari Lempeng IndoAustralia terhadap Lempeng
Eurasia sehingga menimbulkan
antiklin. Dari penampang seismik
ini dapat dikatakan bahwa pola
sesar yang ada di Mentawai
adalah pola sesar reverse fault.
Madlazim (2010) mengatakan dari
hasil studi kasus untuk gempa
padang, bahwa gempa yang
terjadi di wilayah Sumatera Barat
khususnya yang berada didekat
lepas pantai padang mempunyai
pola bidang sesar reverse fault [6].

3. SESAR SUMATERA
Bemmelen (1949), menamakan sesar
Sumatra sebagai Semangko Fault Zone
Katili dan Hehuwat (1967),
menamakannya sebagai The great
Sumatra Fault Zone

PERKEMBANGAN SESAR SUMATRA DAPAT DIKENALI


MULAI DARI EOSEN HINGGA RESENT, YAITU:

1. Fase Tektonik Kapur Atas :


Kegiatan tektonik ini ditandai oleh
aktifitas magmatik dan orogen sebagai
akibatadanya tumbukan lempeng
Eurasia dan Lempeng Hindia-Australia.
Puncak kegiatan tektonik ini ini
tercermin oleh terbentuknya
Pegunungan Barisan yang disertai oleh
aktifitas vulkanisma.

2. Fase Tektonik Eosen-Oligosen


Awal
Pada jaman Eosen, lempeng Hindia
Australia bergerak ke arah utara
dengan kecepatan mencapai 18
cm/th. Menjelang Oligosen kecepatan
berkurang menjadi 3 cm/th dan
bergerak rotasi ke arah timur.
Peristiwa ini mengakibatkan
terjadinya aktifitas

regangan (pola rekahan)


dimulai dari daerah Sumatra
Selatan dan kemudian
berlanjut ke arah utara
(Davies, 1987). Pada gerak
sesar mendatar yang saling
berpasangan dan berjenjang
(sesar menangga) akan
membentuk cekungan tarikan
(pull apart basin).

3.Fase Tektonik Oligosen Akhir


Miosen Bawah :
Pada saat ini, terjadi rotasi dari
lempeng mikro Sunda sebesar 20?
berlawanan arah jarum jam yang
menyebabkan Sumatra mulai
menjauh dari Semenanjung Malaya.
Proses tektonik pada waktu ini belum
menghasilkan tegasan kompresi
yang berarti.

Fase Tektonik Miosen


Tengah :
Terjadi pengaktifkan kembali sesarsesar, bersamaan dengan
berhentinya rotasi lempeng mikro
Sunda

Miosen Atas- Recent


Terjadi kembali rotasi ke dua sebesar 20 drjt 25drjt berlawanan
arah jarum jam, selanjutnya mengakibatkan makin membukanya
Laut Andaman. Sudut interaksi tumbukan lempeng Hindia-Australia
dengan lempeng Eurasia sudah berubah dari 40drjt menjadi 60drjt.
Pada saat itulah mulai terjadi tegasan kompresi yang menyebabkan
terjadinya pengangkatan bukit barisan, pengaktifan gunungapi
serta terbentuknya sesar menyerong. Sebagai akibat adanya rotasi
berkelanjutan, maka sesar-sesar lama yang berarah utara-selatan
menjadi berarah baratlaut-tenggara sedangkan yang berarah
timurlaut-baratdaya (umumnya sesar normal) menjadi berarah
utara-selatan. Konsekuensi dari perubahan ini mengakibatkan sesar
mendatar yang arahnya menjadi baratlaut-tenggara teraktifkan
kembali sebagai sesar naik, sedangkan sesar normal berubah
menjadi sesar mendatar dengan arah utara-selatan

GEOLOGI SUMATERA
DIBAGI MENJADI 2:
1. GEOLOGI PRA TERSIER
2. GEOLOGI TERSIER

1. GEOLOGI PRA TERSIER


Batuan dasar dari sumatera yang
berumur pra tersier tersingkap
dipegunungan Barisan yang arahnya
sejajar dengan arah memanjangnya
Pulau Sumatera. Dari Timur laut dan
barat daya,batuan dasar dari Pulau
Sumatera tertutup oleh sedimen
yang berumur tersier sampai resen.
Termasuk batuan vulkanik.

Batuan Pra tersier di Sumatera bagian utara di


klasifikasikan menjadi 3, yaitu :
1. Tapanuli group (karbon-permian awal)
Merupakan sekuen continental margin yang berkembang
pada rifted pasif margin. Berdasarkan ukuran klastika
dalam batu lempung dan konglomerat yang besar dari fm
bahorok dan fm kluet serta pengurangan frekwensi dan
ukuran batu pasir ke arah barat daya, diinterpretasikan
bahwa pada formasi kluet diendapkan serpih pada rift
basin, sedangkan batu gamping dari formasi alas
terbentuk pada horst blok yang berasosiasi dengan batuan
metamorf tingkat tinggi. Terdiri dari 3 formasi:
1. Formasi Kluet
2. Formasi Alas
3. Formasi Bahorok

2. Peusangan Group (permtrias)


Tersusun oleh batu gamping pra tersier (dengan
fosil berumur perm-trias, terletak disebelah
timur laut sesar sumatera.Antara Tapanuli group
dan Peusangan Group diasumsikan tidak selaras.
Di aceh ditemukan batuan metavulkanik, batu
sabak dan filit dari peusangan group yang
berasosiasi dengan batuan dari formasi kluet
dan group woyla. Di medan dijumpai singkapan
formasi Kualu yang tersusun oleh batu rijang
berlapis tipis, batu pasir berlapis tipis, batu
lanau dan batu lempung,paling atas batu pasir.

3. Woyla Group ( jura


kapur)
Tersusun oleh batuan pra tersier terbagi dalam dua unit,
yaitu kumpulan busur dan kumpulan benua.
1. Kumpulan Busur, terletak pada pantai barat sumateraselatan banda aceh dengan litologi penyusun berupa
vulkanik andesitik-basaltik dan vulkaniklastik yang
berasosiasi dengan batugamping masif atau berlapis
berumur jura akhir- cretasius awal.
2. Kumpulan Samudera berupa litologi yang berumur
cretacius akhir terpotong oleh sesar sumatera dengan
litologi berupa serpentinit,gabro amphibolit, lava
bantal, basaltik, hyaloklastik, batu rijang dan sedimen
laut dalam.

STRATIGRAFI

IRMA LUSI NUGRAHENI

eologi strata di Salta (Argentina).

stratigrafi :
Strata = Perlapisan,
sedimen
Grafi = Pemerin /
Uraian

A. PENGERTIAN STRATIGRAFI
STRATIGRAFI adalah
ilmu yang mempelajari urutan pembentukan
batuan penyusun kerak bumi, terutama untuk
batuan-batuan yang berlapis
merupakan cabang Geologi yang membahas tentan
pemerian, pengurutan, pengelompokan, dan
klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu
terhadap lainnya. Dari hasil perbandingan atau
korelasi antarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan
umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi).
ilmu yang membahas tentang uraian / pemerian
perlapisan batuan. Sedangkan - Arti luasnya adalah
aturan, hubungan dan kejadian macam-macam
batuan dialam, dalam dimensi ruang dan waktu
geologi.

dua unsur penting pembentuk


stratigrafi

1. Unsur batuan

Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu


sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis
memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang uruturutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu
pengendapannya maupun umur setiap lapisan.
2. Unsur
perlapisan

Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan


sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar
yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi.
Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk
oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan
pengendapan tertentu

CEKUNGAN SUMATERA
IRMA LUSI NUGRAHENI M.SI

Kenapa mempelajari cekungan


Sumatera
1. Karena untuk mempelajari keadaan
geologi,khususnya mengenai formasi
batuan pembawa endapan batubara
2. Mengetahui potensi minyak bumi di
Sumatera
3. 78% penghasil minyak dan gas bumi
terbesar di Indonesia dimana produksi
migas besar-besaran yaitu cevron dan
pertamina persero

TERSIER STRATIGRAFI
Cekungan Sumatera dibentuk pada awal
tersier
Terdapat di depan dan belakang busur
sepanjang pulau Sumatera
Meliputi Cekungan belakang busur yaitu:
Sumatra Utara, Cekungan Sumatra
Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan
Cekungan busur muka/depan.meliputi:
cekungan bengkulu dan cekungan sibolga

http://www.slideshare.net/SwastikaNugraheni/the-geology-

Cekungan busur
belakang
Sumatra,
meliputi
Cekungan
Sumatra Utara,
Tengah, dan
Selatan. Sistem
ini berkembang
sejalan dengan
depresi yang
berbeda pada
bagian bawah
Bukit Barisan

Busur tengah Sumatra


1. dipisahkan oleh pengangkatan berikutnya dan erosi
dari daerah pengendapan terdahulu sehingga memiliki
litologi yang mirip pada busur depan dan busur
belakng basin.
2. Busur depan Basin adalah depresi dasar laut yang
terletak antara zona subduksi dan terkait dengan
busur vulkanik.
3. Sedimentasi yang terbentuk merupakan endapan
material kerak samudra yang terendapkan di tepi-tepi
pulau disampingnya.
4. Sedangkan, Back-arc basin menggambarkan gerakan
mundur dari zona subduksi terhadap gerakan lempeng
yang sedang menumbuk.
5. Sebagai zona subduksi dan parit yang ditarik ke
belakang, penipisan kerak yang terbentuk dalam
cekungan pada belakang busur. Sedimentasi sangat

CEKUNGAN SUMATERA
BAGIAN UTARA

CEKUNGAN
SUMATERA
BAGIAN
UTARA
Batas-batasnya:

1. Barat daya:
pegunungan bukit
barisan
2. Barat laut :
tinggian
Samalanga
3. Timur: Tinggian
Malaka
4. Selatan : Asahan
arc
5. Utara : Membuka
kearah laut
Andaman

Lokasi minyak bumi


Cekungan Sumatera Bagian Utara
mencakup wilayah provinsi: Aceh dan
Sumatera Utara
Yang mengandung Minyak bumi di
Aceh di wilayah Lhok Sukon dan
Peureulak
Yang mengandung minyak bumi di
Wilayah Sumatera Utara ( telaga
said,tangai,tanjung miring
barat,pakam,seruai, rantau,siantar,

CEKUNGAN SUMATERA
UTARA
Cekungan Sumatera Utara mulai terbentuk pada awal
Tersier,
selama zaman tersebut cekungan Sumatera Utara
berupa laut dengan sedimentasi aktif.
Urutan pengendapan batuan dicekungan Sumatera
Utara pada masa Trangresi terdiri dari batuan sedimen
klastik kasar, karbonat, batulempung hitam, napal,
batulempung gampingan, batupasir, dan batuserpih
diendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar
Pratersier
Pada cekungan Sumatera ini, hidrokarbon dijumpai pada
Formasi yang berumur Miosen, seperti Formasi Belumai,
Formasi Baong, dan Ketapang.

N
O

FORMASI

KETERANGAN

lokasi

. Formasi
Baong (Miosen
Tengah Akhir
Miosen bagian
bawah)

Terdiri dari batulumpur


gampingan. Berumur
Miosen Tengah Miosen
Akhir. .

Aceh utara (bireun

Formasi
Keutapang
(Akhir Miosen)

Aceh utara (bireun


Terdiri dari batupasir
gunungapi klastik sublitoral
dan delta sungai. Berumur
Miosen Akhir Pliosen

. Formasi
Seurula (Awal
Pliosen)

Terdiri dari batupasir, serpih


dan lempung. Dibandingkan
dengan formasi Keutapang,
formasi seurula berbutir lebih
kasar, banyak ditemukan
fragmen-fragmen moluska
yang menunjukkan endapan
laut dangkal atau neritik.

Aceh utara (bireun

. Formasi Julu
Rayeu (Akhir
Pliosen)

Terdiri dari batupasir halus


kasar dan lempung, kadangkadang mengandung mika dan
fragmen molusca yang

Aceh barat

Formasi Baong merupakan


formasi pembawa minyak dan
gas bumi.

2. CEKUNGAN SUMATRA
BAGIAN TENGAH

Cekungan Sumatra tengah ini


relatif memanjang Barat lautTenggara, dimana
pembentukannya dipengaruhi
oleh adanya subduksi
lempeng Hindia-Australia
dibawah lempeng Asia
Batas cekungan :
1. sebelah Barat daya adalah
Pegunungan Barisan
tersusun oleh batuan preTersier,
2. Timur laut dibatasi oleh
paparan Sunda.
3. Batas tenggara cekungan
ini yaitu Pegunungan
Tigapuluh yang sekaligus
memisahkan Cekungan
Sumatra tengah dengan
Cekungan Sumatra selatan.
4. Adapun batas cekungan
sebelah barat laut yaitu
Busur Asahan, yang

CEKUNGAN SUMATRA BAGIAN TENGAH


MELIPUTI WILAYAH RIAU
Terdapat beberapa ladang minyak di:
1. Riau daratan: minas,duri,lirik
rengat,cenako,ungus dan kuantan
2. Riau kepulauan:
bunguran,anambas,tarempa,udang
dan laut natuna

TEKTONIK
CEKUNGAN
SUMATERA BAGIAN
TENGAH
1. Episode F0 (PreTertiary)
a) Batuan dasar Pra Tersier
di Cekungan Sumatra
Tengah terdiri dari
lempeng-lempeng benua
dan samudera yang
berbentuk kepingan
bahan keras (mozaik).
b) Orientasi struktur pada
batuan dasar
memberikan efek pada
lapisan sedimen Tersier
yang menumpang di
atasnya dan kemudian
mengontrol arah tarikan
dan pengaktifan ulang
yang terjadi kemudian.
Gambar 1: Perkembangan Episode Tektonik Tersier
Cekungan Sumatra Tengah (Heidrick & Aulia, 1993)

TEKTONIK
CEKUNGAN
SUMATERA BAGIAN
TENGAH
2.

Episode F1 (26 - 50 Ma)

a) Episode F1 berlangsung pada kala


Eosen-Oligosen disebut juga Rift Phase.
Pada F1 terjadi deformasi akibat Rifting
dengan arah Strike timur laut, diikuti
oleh reaktifisasi struktur-struktur tua.
b) Akibat tumbukan Lempeng Samudera
Hindia terhadap Lempeng Benua Asia
pada 45 Ma terbentuklah suatu sistem
rekahan Transtensional yang
memanjang ke arah selatan dari Cina
bagian selatan ke Thailand dan ke
Malaysia hingga Sumatra dan
Kalimantan Selatan
c) Perekahan ini membentuk serangkaian
Horst dan Graben di Cekungan
Sumatra Tengah. Horst-Graben ini
kemudian menjadi danau tempat
diendapkannya sedimen-sedimen
Kelompok Pematang. Pada akhir F1
terjadi peralihan dari perekahan
menjadi penurunan cekungan ditandai
oleh pembalikan struktur yang lemah,
denudasi dan pembentukan daratan
Peneplain. Hasil dari erosi tersebut
berupa paleosol yang diendapkan di
atas Formasi Upper Red Bed.

TEKTONIK
CEKUNGAN
SUMATERA BAGIAN
TENGAH
Episode F2 (13 26 Ma)
Episode F2 berlangsung pada
kala Miosen Awal-Miosen
Tengah. Pada kala Miosen Awal
terjadi fase amblesan (sag
phase), diikuti oleh
pembentukan Dextral Wrench
Fault secara regional dan
pembentukan Transtensional
Fracture Zone. Pada struktur
tua yang berarah utara-selatan
terjadi Release, sehingga
terbentuk Listric Fault, Normal
Fault, Graben, dan Half
Graben. Struktur yang
terbentuk berarah relatif barat
laut-tenggara. Pada episode
F2, Cekungan Sumatra Tengah
mengalami transgresi dan
sedimen-sedimen dari
Kelompok Sihapas diendapkan.

TEKTONIK
CEKUNGAN
Episode
F3 (13Recent)
SUMATERA
BAGIAN
Episode
F3 berlangsung pada
TENGAH
kala Miosen Tengah-Resen
disebut juga Barisan
Compressional Phase.
Pada episode F3 terjadi
pembalikan struktur akibat
gaya kompresi menghasilkan
reverse dan Thrust Fault di
sepanjang jalur Wrench Fault
yang terbentuk sebelumnya.
Proses kompresi ini terjadi
bersamaan dengan
pembentukan Dextral Wrench
Fault di sepanjang Bukit
Barisan. Struktur yang
terbentuk umumnya berarah
barat laut-tenggara.
Pada episode F3 Cekungan
Sumatra Tengah mengalami
regresi dan sedimen-sedimensedimen Formasi Petani
diendapkan, diikuti
pengendapan sedimensedimen Formasi Minas secara
tidak selaras.

Skema Evolusi
Pembentukan Cekungan
Kelompok Pematang.
A.

Awal Eosen,
pembentukan awal
cekungan dan
pengendapan Lower Red
Beds;
B. Eosen Tengah, penurunan
cekungan yang cepat
sehingga menghasilkan
lingkungan danau anoxic
dengan pengendapan
Formasi Brown Shale yang
lambat;
C. Oligosen, adanya gaya
kompresi dari strike slip
system mengakibatkan
terjadinya pengangkatan
dan erosi pada batas

1. potensi shale gas ini sebagian


1. Saat ini produksi minyak
besar di wilayah barat terutama
indonesia berkisar antara 800cekungan di pulau sumatra ,
850 ribu per hari yang tidak
jawa , dan Kalimantan.
mencukupi kebutuhan negara
indonesia yang mencapai 1,2- 2. Pada cekungan di pulau sumatra
1,3 juta barel minyak per hari.
diperkirakan sebesar 233.05 Tcf,
pulau Jawa sebesar 47,64 Tcf,
dan pulau Kalimantan sebesar
193,93 Tcf.

2. Kurangnya kegiatan pencarian


baru menjadi salah satu
penyebab merosotnya hasil
3. Sebagian besar potensi berada di
produksi indonesia.
cekungan yang telah terbukti
3. Salah satu potensi
menghasilkan minyak dan gas
penambahan energi minya
konvensional seperti cekungan
dan gas ini dapat berasal dari
sumatra utara, cekungan
shale oil / gas.
sumatera tengah, cekungan
4. Sayangnya baru negara
Potensi
Shaleyang
Gas Indonesia
Amerika
berhasil dalam
sebesar
574.07 Tcf
mengembangkan
energi ini.
http://suarageologi.blogspot.co.id/2014/05/peluang-dantantangan-shale-gas.html

sumatra selatan, cekungan north


west java, cekungan north east
java, cekungan Kutai, cekungan
Barito. cekungan Tarakan , dan
Cekungan Bintuni.

Cekungan Sumatera
Selatan merupakan
cekungan Tersier
berarah barat laut
tenggara,
Batas Cekungan:
Barat Daya Sesar
Semangko dan Bukit
Barisan
Sebelah Timur Paparan
Sunda
sebelah tenggara
Tinggian Lampung
Sebelah barat laut,
pegunungan dua belas

CEKUNGAN SUMATERA BAGIAN


SELATAN
MELIPUTI WILAYAH PROVINSI:
Jambi,Sumatera Selatan dan Lampung
Potensi Minyak bumi:
Jambi: meraoup,bentong,bangko,pantai dan
lepas pantai tanjung jabong
Sumatera selatan: talang akar, pendopo,limau
tengah,berau-berau barat,suban
jerigi,babat,kukui
Lampung: menggala,lepas pantai lampung
dan laut jawa

Cekungan Sumatera
Selatan dikenal
sebagai
salah satu
cekungan pembawa
batubara yang
sangat potensial,
lebih dari 70%
potensi sumber
daya batubara
Indonesia terdapat
Selatan meliputi wilayah
pada
Provinsi Sumatera
cekungan ini.
Selatan, sebagian Provinsi
Hamparan
Jambi dan sebagian
kecil
Provinsi Lampung.
Cekungan
Sumatera

Tiga peristiwa tektonik yang berperan pada


perkembangan Cekungan Sumatera Selatan dan proses
sedimentasinya, yaitu :
1. Tektonik pertama
Tektonik pertama ini berupa gerak tensional pada Kapur Akhir sampai
Tersier Awal yang menghasilkan sesar-sesar bongkah (graben)
berarah timur lautbarat daya atau utara-selatan. Sedimentasi
mengisi cekungan atau graben di atas batuan dasar bersamaan
dengan kegiatan gunung api.
2. Tektonik kedua
Tektonik ini berlangsung pada Miosen Tengah-Akhir (Intra Miosen)
menyebabkan pengangkatan tepi-tepi cekungan dan diikuti
pengendapan bahan-bahan klastika.
3. Tektonik Ketiga
Tektonik berupa gerak kompresional pada Plio-Plistosen
menyebabkan sebagian Formasi Airbenakat dan Formasi Muaraenim
telah menjadi tinggian tererosi, sedangkan pada daerah yang relatif
turun diendapkan Formasi Kasai. Selanjutnya, terjadi pengangkatan
dan perlipatan utama di seluruh daerah cekungan yang mengakhiri
pengendapan Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.

1. Kelompok Pra Tersier


Formasi ini merupakan batuan dasar (basement
rock) dari Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun
atas batuan beku Mesozoikum, batuan metamorf
Paleozoikum Mesozoikum, dan batuan karbonat
yang termetamorfosa. Hasil dating di beberapa
tempat menunjukkan bahwa beberapa batuan
berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal. Batuan
metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan
sedimen mengalami perlipatan dan pensesaran
akibat intrusi batuan beku selama episode
orogenesa Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum).

2. Formasi Kikim Tuff dan older


Lemat atau Lahat
Batuan tertua yang ditemukan pada
Cekungan Sumatera Selatan adalah batuan
yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang
ada pada Formasi ini terdiri dari batupasir
tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung.
Batuan-batuan tersebut kemungkinan
merupakan bagian dari siklus sedimentasi
yang berasal dari Continental, akibat aktivitas
vulkanik, dan proses erosi dan disertai
aktivitas tektonik pada akhir Kapur-awal
Tersier di Cekungan Sumatera Selatan.

3. Formasi Lemat Muda atau Lahat


Muda
Formasi Lemat tersusun atas klastika
kasar berupa batupasir,
batulempung, fragmen batuan,
breksi, Granit Wash, terdapat
lapisan tipis batubara, dan tuf.
Semuanya diendapkan pada
lingkungan kontinen.
Formasi Lemat secara normal
dibatasi oleh bidang
ketidakselarasan (unconformity)

4. Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar terdapat di
Cekungan Sumatra Selatan, formasi ini
terletak di atas Formasi Lemat dan di
bawah Formasi Telisa atau Anggota
Basal Batugamping Telisa. Formasi
Talang Akar terdiri dari batupasir yang
berasal dari delta plain, serpih, lanau,
batupasir kuarsa, dengan sisipan
batulempung karbonan, batubara dan
di beberapa tempat konglomerat.

5. Formasi Baturaja
Komposisi dari Formasi Baturaja ini
terdiri dari Batugamping Bank (Bank
Limestone) atau platform dan reefal.
Ketebalan bagian bawah dari formasi
ini bervariasi, namun rata-ratta 200250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan
dari Formasi Baturaja di Pegunungan
Garba tebalnya sekitar 1700 feet
(sekitar 520 m)

6. Formasi Telisa (Gumai)


Formasi Gumai tersebar secara luas dan
terjadi pada zaman Tersier, formasi ini
terendapkan selama fase transgresif laut
maksimum, (maximum marine
transgressive) ke dalam 2 cekungan.
Batuan yang ada di formasi ini terdiri dari
napal yang mempunyai karakteristik
fossiliferous, banyak mengandung foram
plankton. Sisipan batugamping dijumpai
pada bagian bawah.

7. Formasi Lower Palembang (Air


Benakat)
Formasi Lower Palembang
diendapkan selama awal fase siklus
regresi. Komposisi dari formasi ini
terdiri dari batupasir glaukonitan,
batulempung, batulanau, dan
batupasir yang mengandung unsur
karbonatan.

8. Formasi Middle Palembang


(Muara Enim)
Batuan penyusun yang ada pada
formasi ini berupa batupasir,
batulempung, dan lapisan batubara.
Batas bawah dari Formasi Middle
Palembnag di bagian selatan
cekungan berupa lapisan batubara.

9.Formasi Upper Palembang (Kasai)


Formasi ini merupakan formasi yang paling
muda di Cekungan Sumatra Selatan. Formasi
ini diendapkan selama orogenesa pada PlioPleistosen dan dihasilkan dari proses erosi
Pegunungan Barisan dan Tigapuluh.
Komposisi dari formasi ini terdiri dari
batupasir tuffan, lempung, dan kerakal dan
lapisan tipis batubara. Umur dari formasi ini
tidak dapat dipastikan, tetapi diduga PlioPleistosen. Lingkungan pengendapannya
darat.

Cekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan


fore-arc di Indonesia. Cekungan forearc artinya
cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik
(fore-arc; arc = jalur volkanik).
Pegunungan Barisan (dalam hal ini adalah
volcanic arc-nya) mulai naik di sebelah barat
Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya
kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa
sebelum Misoen Tengah berarti tidak ada
forearc basin Bengkulu sebab pada saat itu arcnya sendiri tidak ada.

pada sebelum Miosen


Tengah, atau Paleogen,
Cekungan Bengkulu masih
merupakan bagian paling
barat Cekungan Sumatera
Selatan. Lalu pada periode
setelah Miosen Tengah atau
Neogen, setelah
Pegunungan Barisan naik,
Cekungan Bengkulu
dipisahkan dari Cekungan
Sumatera Selatan. Mulai
saat itulah, Cekungan
Bengkulu menjadi
cekungan forearc dan
Cekungan Sumatera
Selatan menjadi cekungan
backarc (belakang busur).
http://hartisulatri.blogspot.co.id/2014/04/tektonikcekungan-bengkulu.html

1. Sejarah penyatuan dan pemisahan


Cekungan Bengkulu dari Cekungan
Sumatera Selatan dapat dipelajari dari
stratigrafi Paleogen dan Neogen kedua
cekungan itu.
2. Dapat diamati bahwa pada Paleogen,
stratigrafi kedua cekungan hampir
sama. Keduanya mengembangkan
sistem graben di beberapa tempat. Di
Cekungan Bengkulu ada Graben
Pagarjati, Graben Kedurang-Manna,
Graben Ipuh (pada saat yang sama di
Cekungan Sumatera Selatan saat itu
ada graben-graben Jambi, Palembang,
Lematang, dan Kepahiang).
3. Tetapi setelah Neogen, Cekungan
Bengkulu masuk kepada cekungan
yang lebih dalam daripada Cekungan
Sumatera Selatan, dibuktikan oleh
berkembangnya terumbu-terumbu
karbonat yang masif pada Miosen Atas
yang hampir ekivalen secara umur
dengan karbonat Parigi di Jawa Barat
(para operator yang pernah bekerja di
Bengkulu menyebutnya sebagai
karbonat Parigi juga).
4. Pada saat yang sama, di Cekungan

Evolusi cekungan yang terjadi pada Daerah


Bengkulu meliputi fase pre-rift, syn-rift, transgresif,
dan regresif (inversion).Berikut ini adalah
penjelasan secara detail setiap fase dari awal
sampai akhir.

1.Fase Pre-Rift
Fase Pre-Rift pada Cekungan Bengkulu
terjadi pada Paleosen Awal Eosen, dimana
pada fase ini muncul rekahan-rekahan yang
kemudian memicu terjadinya pembukaan
dan perenggangan pada basement rock,
yang merupakan batuan Pra-Tersier, terdiri
dari kompleks batuan Paleozoikum dan
batuan Mesozoikum, batuan metamorf,
batuan beku dan batuan karbonat.

Rifting adalah proses di mana kerak


benua diperpanjang atau mengalami
pemekaran dan menipis, membentuk
cekungan sedimen perpanjangan
dan / atau mafic tanggul-kawanan.

Fase Syn-Rift (Horst & Graben


Stage)
Fase Syn-Rift pada Cekungan Bengkulu
terjadi pada Awal Eosen Oligosen,
dimana pada fase ini terjadi
pengendapan Formasi Lahat dari
Paleosen Tengah Oligosen. Formasi
Lahat ini merupakan Formasi tertua di
Cekungan Bengkulu, yang terendapkan
pada lingkungan Fluvial-Lacustrine.

Fase Transgressive
Fase Transgressive pada Cekungan Bengkulu terjadi pada
Akhir Oligosen-Pliosen. Pada fase ini terjadi pengendapan
Formasi Talang akar, Hulusimpang, Seblat, Gumai, Air
Benakat, Muara Enim, Lemau, Simpang Aus, dan Eburna.
Lingkungan pengendapan sedimen berupa Darat, Transisi,
Laut Dangkal, hingga laut dalam. Sda Pada Miosen Tengah
Bukit Barisan Terangkat dan menyebabkan Cekungan
Bengkulu terpisah dengan Cekungan Sumatra Selatan
menjadi Fore Arc Basin. Hal ini ditandai oleh adanya
perbedaan stratigrafi neogen antara kedua cekungan
tersebut. Cekungan Bengkulu menjadi semakin dalam
akibat posisinya terapit Sesar Sumatra dan Sesar
Mentawai, dan Cekungan Sumatra Selatan semakin
mendangkal.

Fase Regressive (Inversion)


Pada fase ini terjadi pengendapan
Formasi Bintunan dengan lingkungan
pengendapan berupa darat transisi
dan terjadi pada Kala Pleistosen.

Anda mungkin juga menyukai