Resume Sumatera
Resume Sumatera
A.FISIOGRAFI PULAU
SUMATERA
Pulau Sumatera
berdasarkan letak
geografisnya, terletak di
bagian barat Indonesia. Sebelah
utara berbatasan dengan Teluk
Benggala, sebelah timur
berbatasan dengan Selat
Malaka. di sebelah selatan
dengan Selat Sunda, dan di
sebelah barat dengan
Samudera Hindia. Luas Pulau
Sumatra 473.481 km
memanjang dari Barat Laut ke
tenggara dengan panjang 1.650
Km. Pulau Sumatra,
berdasarkan luasnya
merupakan pulau terbesar
keenam di dunia. Penduduk
pulau ini sekitar 52.210.926
Letak geologis
Ujung selatan Pulau Sumatra terdapat
dua teluk, yang menjorok ke daratan
yaitu Teluk Lampung dan Teluk
Semangko. Di pantai Timur banyak
sungai-sungai besar yang
mengendapkan lumpur sehingga
mempercepat perluasan daratan. Di
sebelah timur Sumatera terdapat pulaupulau yang berawa-rawa seperti Rupat,
bengkalis, Padang, tebingtinggi,
Rangsang.
1. Zona
2. Zona
3. Zona
4. Zona
5. Zona
6. Zona
jajaran Barisan
Semangko
pegunungan Tiga puluh
Kepulauan Busur luar
paparan sunda
dataran rendah dan berbukit
2. Zona Semangko
1. Zona ini dimulai dari teluk semangko di
sumatera selatan dan dapat ditelusuri
dari sana sampai lewat dari lembah
Aceh dengan Kotaraja di sebelah utara
ujung pulau. Di beberapa jalur ini terisi
dan tertutup oleh vulkan-vulkan muda.
2. zona patahan semangko mengandung
batuan-batuan vulkanik masam, aliran
tufa pasir dan tufa mengandung
batuapung, hal ini disebabkan karena
patahan-patahan ini terletak didaerah
orogen dan besar kemungkinan batuan
3. Zona Pegunungan
Tigapuluh
Zona ini letaknya terpencil pada
tanah rendah disebelah timur, yang
membentuk sebuah horst dengan
panjang sekitar 90 km, lebar 40 km
dan puncak tertinggi Gunung
Cengeembun 722 meter.
Zona Natuna
Zona Anambas
Zona Karimata
Zona Karimunjawa
TEKTONIK SUMATERA
c.
Pada
Dari Trias Akhir
Zaman Trias
sampai Jura Awal,
Akhir Jura Awal
subduksi di
Sumatra terus
berlangsung dan
menghasilkan
kompleks ofiolit
Aceh di bagian
utara dan
kompleks ofiolit
Gumai-Garba di
selatan. Kedua
ofiolit tersebut
menurut
Bemmelen (1949;
dalam Hutchison,
1973) berumur
d.
Pada Zaman
Pada
Kapur Akhir,
Kapur
Akhirzona
Tersier
subduksi
Awalbergerak ke arah
Tersier sampai
sekarang
subduksi terus mundur ke
arah barat melewati
kepulauan yang terdapat di
sebelah barat Sumatra dan
menerus ke timur di selatan
melewati Pulau Jawa
(Gambar 5). Busur gunung
api di sepanjang zona
subduksi tersebut terdapat
di Pegunungan Barisan di
Sumatera dan menerus ke
Pulau Jawa. Volkanisme
basalt hadir di Sukadana,
Sumatra Selatan dan
diperkirakan berhubungan
dengan pensesaran ekstensi
dalam yang dihasilkan
sebagai interaksi dari
lempeng-lempeng Eurasia,
Hindia-Australia, dan Pasifik.
kemudian (Kapur
Awal Gambar 9)
India terpisah dari
3. Pada Kapur Awal
Australia. Blok Argo
(110 MA)
mendekati
Sundaland dan
pemekaran pada
Ceno-Tethys yang
berarah NW-SE
berhenti. Pusat
pemekaran antara
India-Australia
berkembang ke arah
utara. Terjadi
subduksi di bagian
selatan Sumatra dan
tenggara
Kalimantan.
Miosen Tengah
6. Plio-Pleistosen
Bukit Barisan mengalami pengangkatan
ketiga dan terakhir. Erupsi hebat dari batuan
batuapung, dasit dan rhyolit terjadi
sepanjang patahan longitudinal dan hasilhasilnya sekarang terlihat disekitar Danau
Ranau,Ngarai dekat bukittinggi dan Danau
Toba. Hidupnya kembali volkanisme luar yang
menghasilkan basalt dan andesit hingga kini
masih terlihat dalam gunung api yang masih
aktif seperti Sorik Merapi,
Singgalang,Tandikat.
2.TEKTONIK TERSIER
SUMATERA
Lanjutan...
3. Pada jaman eosen gerak lempeng
india australia mencapai 18 cm/th
dengan arah utara,sedangkan
menjelang oligosen berkurang 3 cm
/thn menjadi 15 cm/thn.dan terjadi
perubahan arah gerak beberapa
derjat ke timur.
Lanjutan...
Dengan persentuhan antara dua
lempeng tersebut,maka sesar
mendatar dektral sumatra yang
mulai terbentuk akan menimbulkan
pola rekahan sepanjang sesar
sebagai respon terhadap gerak
gesernya.
Mungkin pembentukan rekahan itu
dimulai di Sumatera Selatan dan
terus berkembang ke utara
Lanjutan...
Persentuhan atau interaksi kedua
lempeng tersebut tidak membentuk
jalur subduksi. Hal ini juga dibuktikan
dengan tidak dijumpainya kegiatan
volkanisme pada periode tersebut
2. Oligosen akhir-miosen
awal
1. terjadi geak rotasi yang pertama dari
lempeng mikro sunda sebesar 20 derajat
kearah yang berlawan dengan arah jarum jam.
Gerak rotasi ini juga mengembangkan
pembentukan cekungan2 sumatera timur
sebagai cekungan regangan (pull apart basin)
Rotasi yang pertama ini masih belum dapat
menempatkan kedudukan sumatera kedalam
keadaan dimana interaksi kedua lempeng akan
menimbulkan terjadi tegasan kompresi.
3. Miosen Tengah
Rotasi daripada lempeng mikro sunda
terhenti,yang disusul oleh
pengangkatan regional. Dalam periode
ini terjadi pengaktifan kembali
daripada sesar-sesar dan penurunan
cekungan semakin cepat.
4. Miosen atas-sekarang
Rotasi yang kedua dimulai sebesar 20-25
derajt. Kearah yang berlawanan dengan jarum
jam yang diacu dengan membukanya laut
andaman.
Pada saat itu, interaksi antara lempeng hindia
australia dengan lempeng sunda sudah
meningkat dari 40 menjadi hampir 65 yang
mengakibatkan terjaadinya tegasan kompresi.
Keadaan ini menyebabkan pengangkatan bukit
barisan dan peningkatan kegiatan volkanisme.
Lanjutan...
Di barat sumatera,terbentuk jalur
subduksi dan sesar-sesar mendatar
sehingga disini juga memungkinkan
terjadinya cekungan regangan (pull apart
basin) antara busur luar dan daratan
sumatera.
Sebgai akibat daripada rotasi yang
berkelanjutan ini, juga terjadi perubahan
status dari pola-pola sesar di cekungan
sumatera timur, sesar-sesar mendatar
Gerak lempeng
Samudra IndiaAustralia ke arah utaratimurlaut dihambat
oleh lempeng Eurasia
yang posisinya di barat
Sumatra berarah
baratlaut-tenggara.
Peristiwa ini
mengakibatkan
terjadinya tumbukan
menyerong
(miring/oblique) dan
membentuk parit
Sunda yang
membentang sekitar
5000 km mulai dari
Birma hingga Indonesia
2.SESAR MENTAWAI
Sesar Mentawai terbentuk sebagai hasil reaktifasi
sesar-sesar normal yang telah bertanggung jawab
dalam pembentukan cekungan di daerah forearc
Sumatra.
Samuel dan Harbury (1996) mengatakan bahwa untuk
Sesar Mentawai yang terbentang hingga Pulau Nias
mempunyai pola strike-slip[10]. Namun, Sieh dan
Natawijaya (2000) mengatakan bahwa gerakan sesar
yang ada di Sesar Mentawai mempunyai pola bidang
sesar bervariasi mulai dari normal fault, strike slip dan
reverse fault[13]. Sedangkan Mukti dkk (2012)
menyatakan bahwa untuk pola sesar yang ada di Sesar
Samuel, M. A., Harbury, N. A., 1996. The Mentawai Fault Zone and
Deformation of the Sumatran Forearc in the Nias Area. Geological
Society, London, Special Publications. v.106, p337-351.
Sieh, K., Natawidjaja, D., 2000. Neotectonics of the Sumatran
Fault, Indonesia. Journal of Geophysical Research, vol. 105, No.
B12, pages 28, 295-28,326
Mukti, M. M., Singh, S. C., Deighton, I., Hananto, N. D.,
Moeremans, R., Permana, H., 2012. Structural evolution of
backthrusting in the Mentawai Fault Zone, offshore Sumatran
forearc. Geochem. Geophys. Geosyst., 13, Q12006
Lanjutan...
Tampak dari gambar bahwa
terdapat antiklin (struktur batuan
yang naik) yang berada di Sesar
Mentawai. Hal ini disebabkan oleh
dorongan dari Lempeng IndoAustralia terhadap Lempeng
Eurasia sehingga menimbulkan
antiklin. Dari penampang seismik
ini dapat dikatakan bahwa pola
sesar yang ada di Mentawai
adalah pola sesar reverse fault.
Madlazim (2010) mengatakan dari
hasil studi kasus untuk gempa
padang, bahwa gempa yang
terjadi di wilayah Sumatera Barat
khususnya yang berada didekat
lepas pantai padang mempunyai
pola bidang sesar reverse fault [6].
3. SESAR SUMATERA
Bemmelen (1949), menamakan sesar
Sumatra sebagai Semangko Fault Zone
Katili dan Hehuwat (1967),
menamakannya sebagai The great
Sumatra Fault Zone
GEOLOGI SUMATERA
DIBAGI MENJADI 2:
1. GEOLOGI PRA TERSIER
2. GEOLOGI TERSIER
STRATIGRAFI
stratigrafi :
Strata = Perlapisan,
sedimen
Grafi = Pemerin /
Uraian
A. PENGERTIAN STRATIGRAFI
STRATIGRAFI adalah
ilmu yang mempelajari urutan pembentukan
batuan penyusun kerak bumi, terutama untuk
batuan-batuan yang berlapis
merupakan cabang Geologi yang membahas tentan
pemerian, pengurutan, pengelompokan, dan
klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu
terhadap lainnya. Dari hasil perbandingan atau
korelasi antarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan
umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi).
ilmu yang membahas tentang uraian / pemerian
perlapisan batuan. Sedangkan - Arti luasnya adalah
aturan, hubungan dan kejadian macam-macam
batuan dialam, dalam dimensi ruang dan waktu
geologi.
1. Unsur batuan
CEKUNGAN SUMATERA
IRMA LUSI NUGRAHENI M.SI
TERSIER STRATIGRAFI
Cekungan Sumatera dibentuk pada awal
tersier
Terdapat di depan dan belakang busur
sepanjang pulau Sumatera
Meliputi Cekungan belakang busur yaitu:
Sumatra Utara, Cekungan Sumatra
Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan
Cekungan busur muka/depan.meliputi:
cekungan bengkulu dan cekungan sibolga
http://www.slideshare.net/SwastikaNugraheni/the-geology-
Cekungan busur
belakang
Sumatra,
meliputi
Cekungan
Sumatra Utara,
Tengah, dan
Selatan. Sistem
ini berkembang
sejalan dengan
depresi yang
berbeda pada
bagian bawah
Bukit Barisan
CEKUNGAN SUMATERA
BAGIAN UTARA
CEKUNGAN
SUMATERA
BAGIAN
UTARA
Batas-batasnya:
1. Barat daya:
pegunungan bukit
barisan
2. Barat laut :
tinggian
Samalanga
3. Timur: Tinggian
Malaka
4. Selatan : Asahan
arc
5. Utara : Membuka
kearah laut
Andaman
CEKUNGAN SUMATERA
UTARA
Cekungan Sumatera Utara mulai terbentuk pada awal
Tersier,
selama zaman tersebut cekungan Sumatera Utara
berupa laut dengan sedimentasi aktif.
Urutan pengendapan batuan dicekungan Sumatera
Utara pada masa Trangresi terdiri dari batuan sedimen
klastik kasar, karbonat, batulempung hitam, napal,
batulempung gampingan, batupasir, dan batuserpih
diendapkan secara tidak selaras diatas batuan dasar
Pratersier
Pada cekungan Sumatera ini, hidrokarbon dijumpai pada
Formasi yang berumur Miosen, seperti Formasi Belumai,
Formasi Baong, dan Ketapang.
N
O
FORMASI
KETERANGAN
lokasi
. Formasi
Baong (Miosen
Tengah Akhir
Miosen bagian
bawah)
Formasi
Keutapang
(Akhir Miosen)
. Formasi
Seurula (Awal
Pliosen)
. Formasi Julu
Rayeu (Akhir
Pliosen)
Aceh barat
2. CEKUNGAN SUMATRA
BAGIAN TENGAH
TEKTONIK
CEKUNGAN
SUMATERA BAGIAN
TENGAH
1. Episode F0 (PreTertiary)
a) Batuan dasar Pra Tersier
di Cekungan Sumatra
Tengah terdiri dari
lempeng-lempeng benua
dan samudera yang
berbentuk kepingan
bahan keras (mozaik).
b) Orientasi struktur pada
batuan dasar
memberikan efek pada
lapisan sedimen Tersier
yang menumpang di
atasnya dan kemudian
mengontrol arah tarikan
dan pengaktifan ulang
yang terjadi kemudian.
Gambar 1: Perkembangan Episode Tektonik Tersier
Cekungan Sumatra Tengah (Heidrick & Aulia, 1993)
TEKTONIK
CEKUNGAN
SUMATERA BAGIAN
TENGAH
2.
TEKTONIK
CEKUNGAN
SUMATERA BAGIAN
TENGAH
Episode F2 (13 26 Ma)
Episode F2 berlangsung pada
kala Miosen Awal-Miosen
Tengah. Pada kala Miosen Awal
terjadi fase amblesan (sag
phase), diikuti oleh
pembentukan Dextral Wrench
Fault secara regional dan
pembentukan Transtensional
Fracture Zone. Pada struktur
tua yang berarah utara-selatan
terjadi Release, sehingga
terbentuk Listric Fault, Normal
Fault, Graben, dan Half
Graben. Struktur yang
terbentuk berarah relatif barat
laut-tenggara. Pada episode
F2, Cekungan Sumatra Tengah
mengalami transgresi dan
sedimen-sedimen dari
Kelompok Sihapas diendapkan.
TEKTONIK
CEKUNGAN
Episode
F3 (13Recent)
SUMATERA
BAGIAN
Episode
F3 berlangsung pada
TENGAH
kala Miosen Tengah-Resen
disebut juga Barisan
Compressional Phase.
Pada episode F3 terjadi
pembalikan struktur akibat
gaya kompresi menghasilkan
reverse dan Thrust Fault di
sepanjang jalur Wrench Fault
yang terbentuk sebelumnya.
Proses kompresi ini terjadi
bersamaan dengan
pembentukan Dextral Wrench
Fault di sepanjang Bukit
Barisan. Struktur yang
terbentuk umumnya berarah
barat laut-tenggara.
Pada episode F3 Cekungan
Sumatra Tengah mengalami
regresi dan sedimen-sedimensedimen Formasi Petani
diendapkan, diikuti
pengendapan sedimensedimen Formasi Minas secara
tidak selaras.
Skema Evolusi
Pembentukan Cekungan
Kelompok Pematang.
A.
Awal Eosen,
pembentukan awal
cekungan dan
pengendapan Lower Red
Beds;
B. Eosen Tengah, penurunan
cekungan yang cepat
sehingga menghasilkan
lingkungan danau anoxic
dengan pengendapan
Formasi Brown Shale yang
lambat;
C. Oligosen, adanya gaya
kompresi dari strike slip
system mengakibatkan
terjadinya pengangkatan
dan erosi pada batas
Cekungan Sumatera
Selatan merupakan
cekungan Tersier
berarah barat laut
tenggara,
Batas Cekungan:
Barat Daya Sesar
Semangko dan Bukit
Barisan
Sebelah Timur Paparan
Sunda
sebelah tenggara
Tinggian Lampung
Sebelah barat laut,
pegunungan dua belas
Cekungan Sumatera
Selatan dikenal
sebagai
salah satu
cekungan pembawa
batubara yang
sangat potensial,
lebih dari 70%
potensi sumber
daya batubara
Indonesia terdapat
Selatan meliputi wilayah
pada
Provinsi Sumatera
cekungan ini.
Selatan, sebagian Provinsi
Hamparan
Jambi dan sebagian
kecil
Provinsi Lampung.
Cekungan
Sumatera
5. Formasi Baturaja
Komposisi dari Formasi Baturaja ini
terdiri dari Batugamping Bank (Bank
Limestone) atau platform dan reefal.
Ketebalan bagian bawah dari formasi
ini bervariasi, namun rata-ratta 200250 feet (sekitar 60-75 m). Singkapan
dari Formasi Baturaja di Pegunungan
Garba tebalnya sekitar 1700 feet
(sekitar 520 m)
1.Fase Pre-Rift
Fase Pre-Rift pada Cekungan Bengkulu
terjadi pada Paleosen Awal Eosen, dimana
pada fase ini muncul rekahan-rekahan yang
kemudian memicu terjadinya pembukaan
dan perenggangan pada basement rock,
yang merupakan batuan Pra-Tersier, terdiri
dari kompleks batuan Paleozoikum dan
batuan Mesozoikum, batuan metamorf,
batuan beku dan batuan karbonat.
Fase Transgressive
Fase Transgressive pada Cekungan Bengkulu terjadi pada
Akhir Oligosen-Pliosen. Pada fase ini terjadi pengendapan
Formasi Talang akar, Hulusimpang, Seblat, Gumai, Air
Benakat, Muara Enim, Lemau, Simpang Aus, dan Eburna.
Lingkungan pengendapan sedimen berupa Darat, Transisi,
Laut Dangkal, hingga laut dalam. Sda Pada Miosen Tengah
Bukit Barisan Terangkat dan menyebabkan Cekungan
Bengkulu terpisah dengan Cekungan Sumatra Selatan
menjadi Fore Arc Basin. Hal ini ditandai oleh adanya
perbedaan stratigrafi neogen antara kedua cekungan
tersebut. Cekungan Bengkulu menjadi semakin dalam
akibat posisinya terapit Sesar Sumatra dan Sesar
Mentawai, dan Cekungan Sumatra Selatan semakin
mendangkal.