Anda di halaman 1dari 45

KOMITE-KOMITE

DI RS
Emerentiana Wikan R S.Si.,Apt

STRUKTUR ORGANISASI BADAN


PENYELENGGARA RS
DIREKTUR
UTAMA RS

KOMITE-KOMITE

SPI

WAKIL DIREKTU
WAKIL DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
KEUANGAN &
PELAYANAN MEDIK
PENUNJANG MEDIK
UMUM
ADMINISTRASI
INSTALASI
BAGIAN
INSTALASI GIZI
SDM
BEDAH
KEUANGAN
INSTALASI
INSTALASI
SARANA
BAGIAN
RWT INAP (IRNA)
LABORATORIUMPRASARANA AKUNTANSI
INSTALASI
INSTALASIPEMASARAN DAN
PENGOLAHAN
RWT JALAN (IRJA)
RADIOLOGI
HUMAS
DATA
IRIN
INSTALASI
SEKRETARIAT
(ICU, PICU, NICU) FARMASI
KEPERAWATAN

DLL

KOMITE/TIM RS YANG BERKAITAN


DENGAN FARMASI

KOMITE FARMASI TERAPI (KFT / PFT)


KOMITE ETIKA DAN HUKUM
KOMITE MUTU
KOMITE KESELAMATAN PASIEN
KOMITE PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
INFEKSI NOSOKOMIAL
Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri.
Tim Penanggulangan AIDS.
Tim Transplantasi.
Tim PKMRS.
Tim SARS dan Flue Burung.

1. KOMITE FARMASI & TERAPI

Adalah organisasi yang mewakili hubungan


komunikasi antara para staf medis dengan staf
farmasi serta tenaga kesehatan lainnya.

Direktur Rumah Sakit berkewajiban


membentuk Komite Farmasi dan Terapi.

Komite ini bertugas membantu Direktur dalam


menentukan kebijakan penggunaan obat dan
pengobatan Memberi rekomendasi pada
pimpinan RS utk mencapai budaya pengelolaan &
penggunaan obat secara rasional.

Bagi Rumah Sakit yang belum memiliki Apoteker


bila dijumpai permasalahan kefarmasian dirujuk
kepada Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit
terdekat.

STRUKTUR ORGANISASI KFT


Dir. RS
Komite Medik

IFRS

KFT
Sub.Pan
Obat
Antiinfeksi

Sub.Pan.
Obat
Neoplastik
Sub.Pan
Obat
Endokrinologi

Sub.Pan
Obat
Kardiovaskuler

Sub.Pan
Obat
Gastrointestinal

Sub.Pan
Obat
SSP

ORGANISASI dan TATA KERJA


Keanggotaan KFT terdiri dari :
- Paling sedikit 3 dokter
- 1 apoteker
- 1 perawat
- 1 tenaga administrasi
Dokter spesialis medis yang masuk di KFT
penggunaan obat dalam jumlah cukup besar
misal spesialis : bedah, anestesi, penyakit dalam,
anak-anak, jiwa, kulit

Ketua KFT : seorang dokter, farmakolog,


menguasai bidang pengobatan
Sekretaris KFT : seorang apoteker dari IFRS
Pertemuan minimal 6 kali setahun,
Mengadakan rapat secara teratur sedikitnya
2 (dua) bulan sekali. Untuk RS besar 1(satu)
bulan sekali
KFT mengundang orang yang mampu
memberi kontribusi yang berkaitan dengan
pengobatan
Memelihara hubungan baik dengan komite
lain yang berkaitan dengan obat-obatan

DASAR KEBIJAKAN

SK. DIRJEN YANMED DEPKES RI NO.


0428/RSKS/SK/89 TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN PERMENKES NO.085 TENTANG
PENULISAN RESEP DAN /ATAU MENGGUNAKAN
OBAT GENERIK DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH.

KEPMENKES RI NO. 58/MENKES/2014 TENTANG


STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH
SAKIT.

TUGAS KFT :

Memberikan rekomendasi dalam pemilihan


penggunaan obat obatan.

Menyusun Formularium yang menjadi dasar


dalam penggunaan obat obatan di RS dan
apabila perlu dapat diadakan perubahan
secara berkala.

Menyusun standar terapi bersama sama


dengan staf medik.

Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan


penggunaan obat generik bersama sama
dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

TUGAS KFT

Memberikan nasihat yang berkaitan dengan


masalah penggunaan obat
Mendefinisikan kategori obat yang digunakan di
RS
Membantu IFRS dalam mengembangkan dan
meninjau kebijakan, ketertiban penggunaan
obat sesuai peraturan lokal, regional, nasional
Meninjau penggunaan obat-obatan di RS dan
mempromosikan untuk pengobatan rasional
Mengumpulkan dan meninjau MESO
Mengembangkan dan menyebarkan materi
pendidikan yang berkaitan dengan obat-obatan
kepada staf medis, keperawatan, tenaga
farmasi

AGENDA KFT

Notulen pertemuan terakhir.


Kajian Formularium utk pemutakhiran
dan penghapusan produk.
Obat baru yang diusulkan.
Pengkajian protokol obat
Pengkajian reaksi obat merugikan.
Pengkajian temuan efek samping dan
tindakan perbaikan.
Keamanan obat di RS.
Kebijakan baru yang perlu disediakan.

Contoh kegiatan KFT

a. Membuat kebijakan perintah penghentian


pemesanan secara otomatis untuk obat-obat
berbahaya
Semua pesanan obat narkotika, sedatif dan
hipnotik harus ditulis ulang setiap 24 jam
b. Membuat daftar obat gawat darurat (life saving)
yang harus tersedia, contoh :
- Aminophylline injeksi
- Amphetamine injeksi
- Epinephrine injeksi
- Heparin injeksi
- NaCl injeksi dll
c. Menyusun program pelaporan MESO
d. dll

FORMULARIUM

DEFINISI

Merupakan suatu dokumen yang secara


terus menerus direvisi, memuat sediaan
obat dan informasi penting lainnya yang
merefleksikan keputusan klinik mutakhir
dari staf medik Rumah Sakit.

Daftar Obat : daftar obat yang telah


disetujui digunakan di RS. Daftar obat
sederhana tanpa informasi tentang tiap
produk obat, hanya terdiri atas nama
generik, kekuatan dan bentuk.

FORMULARIUM

Memuat ringkasan informasi obat yang


mudah dipahami oleh profesional
kesehatan di RS.

Informasi mencakup nama generik,


indikasi penggunaan, kekuatan, bentuk
sediaan, posologi, toksikologi, jadwal
pemberian, kontraindikasi, efek samping,
dosis regimen.

FORMAT FORMULARIUM
Sampul luar dengan judul formularium obat,
nama RS, tahun berlaku dan nomor edisi.
2. Daftar Isi.
3. Sambutan.
4. Kata pengantar.
5. SK, KFT, SK Pemberlakuan Formularium.
6. Petunjuk penggunaan formularium.
7. Informasi tentang kebijakan dan prosedur RS
tentang obat.
8. Monografi obat.
9. Informasi khusus.
10. Lampiran ( formulir, index kelas terapi obat, index
nama obat).
1.

FORMAT FORMULARIUM

Gunakan warna kertas berbeda untuk


tiap bagian/seksi formularium.
Menggunakan index pinggir.
Membuat formularium se ukuran saku
baju pabrik.
Mencetak tebal atau menggunakan
bentuk huruf yang berbeda untuk nama
generik.

MANFAAT FORMULARIUM

Meningkatkan mutu dan ketepatan penggunaan


obat di RS.
Merupakan bahan edukasi bagi profesional
kesehatan tentang terapi obat yang rasional.
Memberikan rasio manfaat-biaya yang tertinggi,
bukan hanya mencari obat termurah.
Memudahkan profesional kesehatan dalam memilih
obat yang akan digunakan untuk perawatan
pasien.
Memuat sejumlah pilihan terapi obat yang jenisnya
dibatasi, sehingga dapat mengetahui dan
mengingat obat yang digunakan secara rutin.
IFRS dapat melakukan pengelolaan obat secara
efektif dan efisien. RS mampu membeli obat dalam
kuantitas dari jenis obat yang lebih efektif.

PEDOMAN TERAPI

Obat yang tertera dalam Formularium


herus sesuai dengan pola penyakit yang
ada di RS.

Pembuatan Formularium berdasarkan


pengkajian pola penyakit, populasi
pasien, gejala dan penyebabnya.

Menggunakan tahapan pembuatan.

TAHAPAN

Tahap pertama :
Pengkajian pola penyakit dan populasi pasien 3-4
tahun berturut turut.
Data morbiditas.
Kelompok penyakit, jumlah, presentasi tiap tahun.
Pengelompokan berdasarkan ICD-10 ( International
Statistical Classification of Disease and Related Health
Problem)

Tahap kedua :
Penetapan peringkat penyakit terbanyak.
Tabel berisi sub kelompok penyakit dan jumlah ratarata serta presentase pasien.

Tahap ketiga :
Penetapan penyakit, gejala, penyebab dan golongan
farmakologi obat.
Tabel berisi sub kelompok penyakit dan jumlah serta
presentase pasien dalam tiap sub kelompok
penyakit.
Tahap keempat :
Tabel berisi sub kelompok penyakit dan golongan
farmakalogi obat dan pendukung yang diperlukan
untuk tiap penyakit.
Tahap kelima :
Pemberian nama obat dalam tiap golongan
farmakologi.
Tabel yang mengandung golongan farmakologi, sub
golongan farmakologi, nama obat dan bahan
pendukung yang diperlukan untuk tiap penyakit.
Tahap pengkajian ini dilakukan bila RS belum ada
Standar Pengobatan.

SISTEM FORMULARIUM
A. EVALUASI PENGGUNAAN :
Pengkajian dari data pustaka :
Mengumpulkan naskah ilmiah berkaitan dengan
aspek keamanan, efektivitas dan biaya.
Menggunakan jurnal : British Medical Journal,
New England Journal of Medicine, Cochrane
Review.
Melakukan telaah ilmiah.
Pengkajian dengan mengambil data sendiri :
Proses terus menerus sah secara organisasi,
terstruktur, ditujukan untuk memastikan obat
digunakan secara tepat, aman dan bermanfaat.

B. PENILAIAN
Obat baru yang diusulkan dilengkapi dengan informasi kelas
terapi, indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan,
bioavailabilitas, farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping,
efek toksik, perhatian khusus, kelebihan dibanding obat
lama, uji klinik, kajian epidemiologi, perbandingan harga,
rekomendasi tingkat I EBM (evidence base medicine).
Tingkatan bukti ilmiah tertinggi untuk indikasi dan
keamanannya, ketersediaan di pasaran, harga dan biaya
termurah.
C. PEMILIHAN OBAT;
Faktor institusional (kelembagaan) : sesuai pola penyakit,
populasi pasien dan kebijakan RS.
Faktor obat : efektivitas, keamanan, profil farmakokinetik
dan farmakodinamik, ketersediaan obat, fasilitas
penyimpanan, pembuatan, kualitas produk, reaksi obat
merugikan dan kemudahan penggunaan, ada ijin edar dari
DepKes.
Faktor biaya : biaya sediaan, biaya penyiapan, biaya
pemberian dan monitoring.

D. PENGGUNAAN OBAT NON FORMULARIUM.

Kasus tertentu yang jarang terjadi, misal kelainan


hormon pada anak, penyakit kulit langka.

Perkembangan terapi yang memerlukan obat baru


yang belum terakomodir.

Obat yang sangat mahal dan penggunaannya


dikendalikan secara ketat, misal sitostatika baru,
antibiotika yang dicadangkan (reserved antibiotics)

Prosedur dengan formulir yang diusulkan oleh


dokter, disetujui kepala SMF, penilaian usulan oleh
KFT baru setelah disetujui disampaikan ke IFRS
untuk diadakan.

PENYUSUNAN FORMULARIUM

PROSES
Rekapitulasi usulan obat dari masing2 SMF.
Mengelompokkan berdasar kelas terapi.
Membahas usulan dalam rapat KFT.
Rancangan disebarkan ke SMF sbg umpan balik.
Membahas hasil umpan balik.
Menetapkan daftar obat yang masuk
formularium.
Menyusun kebijakan dan pedoman
implementasi.
Edukasi formularium pada staf, monitoring KFT
yang dibantu IFRS.

ISI FORMULARIUM

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR:


Masa berlakunya, tatalaksana dalam penulisan
resep, prosedur pelayanan, kebijakan obat
generik.
Prosedur pengusulan obat yang ditambahkan,
dihapuskan.
SK tentang KFT.
Kebijakan dan prosedur substitusi generik dan
terapetik, penghentian permintaan otomatis,
permintaan obat lisan, obat yang dibawa pasien ke
RS, konsumsi sendiri oleh pasien, penggunaan obat
sampel, permintaan obat Cito, standar waktu,
MESO.
Kebijakan penulisan resep Rawat Jalan.

DAFTAR OBAT
KLS
Terapi

NO
URUT
OBAT

NAMA GENERIK

BENTUK SEDIAAN
& KEKUATAN

DOSIS &
KETERANGAN

1.1
C

Analgetika
narkotika
Fentanil

0,05 mg/ml,
TTS 25
mcg/jam. 50
mcg/jam, inj,
patch

INFORMASI KHUSUS

Tabel ekivalensi dosis dari obat yang sama


golongan farmakologinya.
Cara perhitungan untuk dosis anak.
Daftar racun yang dapat didialisis.
Cara perhitungan penyesuaian dosis.
Interaksi obat.
Daftar obat dengan indeks terapi sempit.

MASA BERLAKU &


DISTRIBUSI

Sesuai kebijakan Rumah Sakit.


Distribusi :
Unit pelayanan rawat jalan, inap, & darurat.
Instalasi Farmasi dan seluruh satelit fsrmasi.
Pimpinan Rumah Sakit.
Pusat Pelayanan Informasi Obat.
Bagian/ SMF/ UPF/ Departemen.
Anggota Staf Medik dan Apoteker.
Perpustakaan.
Bagian Pengadaan. Dll yang dianggap perlu.

EVALUASI KEPATUHAN

Kepatuhan Penulisan Resep sesuai


Formularium.

Jumlah obat sesuai formularium x 100%


Jumlah total sesuai formularium

Kepatuhan Pengadaan sesuai Formularium.

Jumlah produk diadakan sesuai formularium x


100%
Jumlah total produk obat sesuai formularium

Dibuat standar kepatuhan yang di tetapkan


RS.
Hasil disampaikan secara periodik.

PENYEBAB
KETIDAKPATUHAN

Sistem formularium tidak berjalan dengan baik.


Tidak ada surat keputusan pimpinan RS.
Tidak ada sosialisasi formularium oleh KFT
kepada staf medik.
Tidak adanya supervisi secara reguler.
KFT tidak berfungsi dengan baik.
Formularium tidak pernah direvisi.
Apoteker IFRS tidak berperan sebagai mana
mestinya.
Tidak adanya mekanisme penghargaan dan
hukuman
Adanya konflik kepentingan dalam pengadaan.

PEMUTAKHIRAN FORMULARIUM

Proses pemutakhiran akan berjalan bila


sistem formularium sudah dilaksanakan
dengan baik.
Pengkajian Penggunaan obat : pengkajian
dari efek terapi dari beberapa kelas
terapi obat tiap tahun.
Penambahan dan Penghapusan Obat dari
Formularium.

PRIORITAS OBAT DI KAJI

Obat berpotensi tinggi menimbulkan efek


samping yang serius (ESO belum banyak
dilaporkan).
Obat yang diduga banyak digunakan
secara tidak rasional (antibiotika).
Obat mahal seperti sitostatika.
Obat yang dievaluasi bisa dimasukkan,
dikeluarkan atau dipertahankan dalam
formularium.

TAHAP PENGKAJIAN

Penetapan obat atau kelas terapi obat.


Pengumpulan data : retrospektif, konkuren,
prospektif.
Demografi pasien, karakteristik pasien, sejarah
pengobatan.
Indikasi penggunaan obat.
Sejarah penggunaan obat.
Obat obat yang digunakan sekarang.
Adanya efek samping obat, interaksi obat.
Data laboratorium ( biokimia, darah,
mikrobiologis)

PENAMBAHAN DAN
PENGHAPUSAN OBAT

Permohonan harus diajukan secara resmi


melalui SMF kepada KFT.
Permohonan yang diajukan memuat
informasi :
Mekanisme farmakologi obat dan indikasi yang
diajukan.
Alasan mengapa obat yang diajukan lebih baik
dari yang sudah ada.
Bukti ilmiah dari pustaka yang mendukung
perlunya obat dimasukkan.

KRITERIA PENGHAPUSAN

Obat tidak beredar lagi dipasaran.


Obat tidak ada yang menggunakan lagi.
Sudah ada obat baru yang lebih cost
effective.
Obat setelah dievaluasi memiliki resiko
lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.

PERAN APOTEKER

Apoteker selaku sekretaris KFT.


Berperan aktif dalam kegiatan menunjang Formularium.
Merekapitulasi usulan obat.
Mengkaji informasi dari pustaka ilmiah.
Menyajikan data ketersediaan dan harga obat.
Melakukan evaluasi usulan obat.
Menyiapkan informasi yang akan dimuat dalam
formularium.
Berpartisipasi aktif dalam rapat pembahasan penyusunan
formularium.
Berpartisipasi aktif dalam sosialisasi formularium.
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
implementasi secara berkesinambungan.
Mengkajian penggunaan obat.

PERAN TTK

Mengumpulkan data obat yang belum masuk


dalam daftar formularium RS

Mengumpulkan data daftar obat di


formularium RS yang sudah tidak tersedia lagi

Mengumpulkan data daftar obat di


formularium RS yang tidak diresepkan oleh
dokter lagi

Ikut mengevaluasi dalam perubahan kebijakan


RS yang berkaitan dengan obat

2. KOMITE ETIKA DAN HUKUM

Komite yang bertanggung jawab dalam


memantau pelaksanaan etika medis dan
hukum di RS

Contoh :
Pelaksanaan etika kedokteran, etika
keperawatan, etika kefarmasian dll
Memantau dan terlibat jika terjadi kasus
malpraktek di RS

3. KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN


KESELAMATAN PASIEN

Komite yang bertanggung jawab terhadap


pengendalian mutu dan keselamatan pasien RS

Mutu yang akan dibangun di tiap instalasi


tergantung dari visi dan misi instalasi yang akan
dicapai.
Contoh : memberikan pelayanan obat yang cepat
dan tepat

Jumlah insiden digunakan sebagai parameter


keselamatan pasien
Contoh : jumlah insiden kesalahan pemberian obat,
kesalahan penulisan etiket, kesalahan pengambilan
obat dll

INDIKATOR MUTU FARMASI

Waktu tunggu obat racikan


Waktu tunggu obat non racikan
Kepatuhan penggunaan formularium
Evaluasi pemakaian antibiotika
Angka obat kadaluwarsa
Angka obat pembelian keluar Instalasi Farmasi
Angka obat diluar FORNAS BPJS
Dll

Tetapkan definisi, standar capaian dan cara


pengambilan data

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Kondisi Potensial Cedera (KPC) : kondisi yang


sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera,
tetapi belum terjadi insiden
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien
Kejadian Tidak Cedera (KTC) : insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) : insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang
mengakibatkan kematian atau cedera yang serius

4. KOMITE PENCEGAHAN &


PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Komite yang bertanggung jawab terhadap


segala hal yang berkaitan dengan peluang
terjadinya infeksi nosokomial di RS

Contoh kegiatan:

Sosialisasi penggunaan desinfektan dan


antiseptika yang tepat

Pemantauan angka kejadian infeksi nosokomial


di RS dll

Memantau kepatuhan penggunaan antibiotika


sesuai guideline yang ditetapkan

TERIMA KASIH

diskusi

Jelaskan tugas KFT !


Jelaskan definisi formularium dan isi formularium
Apakah manfaat adanya komite etika di RS ?
Apakah kaitan Komite PPI terhadap pelayanan
farmasi ?
Jelaskan perbedaan KPC dan KTC dalam
pelayanan farmasi !
Sebutkan contoh insiden sentinel dan KNC dalam
pelayanan farmasi !
Sebutkan 2 indikator mutu dalam pelayanan
farmasi !

Anda mungkin juga menyukai