Dasar Hukum
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan; Keppres No. 86 Tahun 1999 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
RI; Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP); Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi.
Jaksa
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.
16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, jaksa ialah
Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk bertindak sebagai
Penuntut Umum dan Pelaksana Putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang.
Jaksa adalah Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh undangundang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang;
Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian norma sebagai pedoman untuk
mengatur perilaku Jaksa dalam menjalankan jabatan profesi, menjaga
kehormatan dan martabat profesinya serta menjaga hubungan kerjasama
dengan penegak hukum lainnya;
Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan administratif adalah
Pejabat yang karena jabatannya mempunyai wewenang untuk
memeriksa dan menjatuhkan tindakan administratif kepada Jaksa yang
melakukan pelanggaran Kode Perilaku Jaksa;
Sidang pemeriksaan Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang memberikan tindakan
administratif terhadap Jaksa yang diduga melakukan pelanggaran Kode
Perilaku Jaksa.
Tindakan administratif adalah tindakan yang dijatuhkan terhadap Jaksa
yang melakukan pelanggaran Kode Perilaku Jaksa.
Yang dimaksud dengan perkara meliputi perkara pidana, perkara perdata
dan tata usaha negara maupun kasus-kasus lainnya.
B. Keahlian
Seorang jaksa dituntut untuk memiliki
keahlian, yang meliputi :
Penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa
Inggris;
Mengoperasikan komputer
Resume Kasus
Oon merupakan terdakwa pada perkara Pidana
440/Pid.B/2013/Pn.Dpk. Oon didakwa atas
penipuan yang dilakukannya kepada beberapa
korban dan tidak menggunakan haknya untuk
mendapatkan bantuan hukum sebagai pengacara.
Oon mengaku sebagai pegawai dari berbagai
macam instansi, seperti Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), PPATK, dan Badan Intelejensi
Nasional (BIN). Dengan mengaku sebagai
berbagai peran di atas tersebut, Oon mengajak
beberapa orang untuk menginvestasikan uangnya
kepada dia dalam rangka bidding untuk
mendapatkan proyek membangun bandara.
Analisis
Dalam kasus ini, Jaksa A merupakan seorang jaksa
dari Kejaksaan Negeri Depok, yang dalam
menjalankan tugasnya sebagai Jaksa Penuntut Umum
terikat pada ketentuan-ketentuan standar profesi dan
kode etik kejaksaan yang berlaku di Indonesia.
Ketentuan-ketentuan standar profesi dan kode etik
kejaksaan tersebut terdapat dalam Peraturan Jaksa
Agung Republik Indonesia No. PER-066/A/JA/07/2007
tentang Standar Minimum Profesi Jaksa, Peraturan
Jaksa Agung Republik Indonesia No. PER067/A/JA/07/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa, dan
Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia No. KEP030/J.A/3/1988 Tentang Penyempurnaan Doktrin
Kejaksaan Tri Krama Adhyaksa.
Kesimpulan
Jadi berdasarkan uraian analisis kami terhadap
jaksa-jaksa, terutama Jaksa A, yang
persidangannya kami amati, biarpun secara
umum sikap dan tingkah laku mereka sudah
cukup baik dengan ukuran dari peraturanperaturan yang telah kami uraikan diatas, tetapi
tetap masih ada hal-hal kecil yang seharusnya
tidak dilakukan oleh seorang jaksa karena
sebenarnya hal-hal kecil yang dilanggar tersebut
adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan
prinsip doktrin Tri Karma Adhyaksa yang
merupakan esensi sikap dan tingkah laku jaksa
dalam menjalankan tugasnya.