Anda di halaman 1dari 38

PENYELESAIAN AUDIT

DAN TANGGUNGJAWAB PASCA AUDIT

OLEH KELOMPOK 2 :
NI PUTU EKA KARTIKA KARIANI (1315251083)
A.A AYU TRISNA DEWI (1315351116)
I GDE KRISNADI WIRA SUYASA (1315351164)

1. PENYELESAIAN PEKERJAAN
LAPANGAN
Jika semua unsur laporan keuangan telah selesai diaudit, auditor telah
pada tahap akhir auditnya. Sebelum ia meninggalkan perusahaan klien, ia
harus
mereview
kertas
kerja
yang
dibuatnya
dengan
cara
membandingkannya dengan kuesioner pengendalian intern dan program
pengujian subtantif, untuk memperoleh keyakinan bahwa semua informasi
yang diperlukannya sebagai dasar penyusunan laporan audit telah terkumpul
semua. Untuk itu dalam menyelesaikan pekerjaan lapangan, auditor
melaksanakan prosedur audit spesifik untuk mendapatkan bukti audit
tambahan.
Prosedurnya adalah :
1. Melakukan review atas peristiwa kemudian.
2. Membaca notulen-notulen rapat.
3. Mendapatkan bukti tentang tuntutan hukum, klaim, dan keputusan
pengadilan.
4. Mendapatkan surat pernyataan dari klien.
5. Melakukan prosedur analitis.

1.1. Melakukan Review Atas


Peristiwa Kemudian
Tanggungjawab auditor untuk menilai kewajaran laporan keuangan klien
tidak terbatas pada pemeriksaan atas peristiwa dan transaksi yang terjadi
hingga tanggal neraca. PSA No. 46 (SA 560, Peristiwa Kemudian),
menyatakan bahwa auditor juga mempunyai tanggung jawab tertentu atas
kejadian-kejadian dan transaksi-transaksi yang:
a. Mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan
b. Merupakan peristiwa penting dan bersifat luar biasa
c.Terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan
keuangan serta laporan auditor
Sebelum menyusun draft laporan audit, auditor harus mereview
peristiwa-peristiwa kemudian. Review ini terutama bertujuan untuk
menentukan apakah peristiwa tersebut mempunyai dampak yang sedemikian
material terhadap penyajian informasi di dalam laporan keuangan klien.

Tipe Peristiwa Kemudian


Berikut adalah dua tipe peristiwa kemudian menurut SA 560.03 dan 560.05 :
a. Peristiwa Kemudian Tipe 1
Meliputi peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan
dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap
taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Peristiwa tipe 1 tersebut memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan.
b. Peristiwa Kemudian Tipe 2
Meliputi peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca yang
dilaporkan, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca. Peristiwa
tipe 2 tersebut memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan, atau
bila peristiwa tersebut sangat material perlu dilampirkan data pro-forma pada
laporan keuangan.

Contoh Dua Tipe Peristiwa


Kemudian
TIPE 1
Realisasi aktiva yang ada
dalam pembuatan per
tanggal akhir tahun seperti
piutang dan persediaan yang
tidak sama dengan nilai
menurut pembukuan.

Penyelesaian utang ditaksir


yang ada dalam pembukuan
per tanggal akhir tahun,
seperti misalnya denda
menurut keputusan
pengadilan dan garansi atas
produk yang dijual,
jumlahnya berbeda dengan
jumlah menurut pembukuan

TIPE 2

Penerbitan utang obligasi


jangka panjang atau saham
preferen misalnya saham
biasa.

Pembelian suatu perusahaan.

Kerugian aktiva tetap atau


persediaan yang diakibatkan
oleh kebakaran atau banjir.

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

Peristiwa Kemudian

1.

Kas

Bank klien bangkrut

2. Keputusan pengadilan
yang menyita dana klien
3. Perampokan, pencurian
dan
penggelapan
kas
yang jumlahnya melebihi
ganti rugi yang diterima
dari perusahaan asuransi

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

Piutang usaha

Investasi

Peristiwa Kemudian
Kegagalan
penagihan
1.
Penurunan
drastis
piutang
usaha
kepada
harga
pasar pelanggan
surat
sebagian
besar
berharga
yang
tidak
diperkirakan
2.
Kesulitan
keuangan
sebelumnya
yang
dialami
oleh
perusahaan
yang
mengeluarkan
surat
berharga yang dimiliki
oleh
klien
sebagai
investasi
3. Kegagalan pembayaran
bunga
dan
pokok
pinjaman oleh perusahaan
yang
mengeluarkan
obligasi

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

Peristiwa Kemudian

Persediaan

1.
Kerugian
karena
kebakaran atau bencana
alam yang lain, yang tidak
diasuransikan
2.
Kenaikan
atau
penurunan drastis harga
pasar persediaan
3.
Perubahan
metode
penentuan
harga
persediaan
4.
Pengggunaan
persediaan yang bersifat
luar biasa sebagai jaminan
penarikan kredit

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

Peristiwa Kemudian

Aktiva Tetap

1.
Kerugian
karena
kebakaran atau bencana
alam yang lain, tidak
diasuransikan
2.
Rencana
perluasan
usaha atau pengurangan
dana
3. Penilaian aktiva tetap
4. Keuangan aktiva tetap
karena perubahan yang
mendadak
pada
permintaan atau produk
yang dihasilkan

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

Utang Lancar

Utang Jangka Panjang

Peristiwa Kemudian
1. Komitmen
pembelian
yang bersifat luar biasa,
yang
disertai
dengan
penurunan
harga
jual
barang dagangan
2.
Pembatalan kontrak
pembelian
3.
Kegagalan
dalam
pembayaran
1. Kenaikan utang
yangwesel
besar

dalam
utang
jangka
panjang
2.
Kegagalam
dalam
membayar
bunga
dan
pokok pinjaman

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

Modal Saham

1.
Kenaikan atau
Peristiwa Kemudian
penurunan jumlah lembar
saham yang beredar
2. Transakasi pembelian
saham sebagai treasury
stock yang bersifat luar
biasa
3. Reorganisasi struktur
modal saham
4.
Pengubahan
utang
obligasi menjadi saham
biasa
5.
Perubahan bentuk
badan usaha, misalnya
dari
badan
usaha
berbentuk
persekutuan
(CV/Firma)
menjadi

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

Peristiwa Kemudian

1.
Pembagian
dividen
yang bersifat luar biasa,
yang menganggu modal
kerja

Laba Ditahan

2. Penyisihan laba yang


ditahan yang bersifat luar
biasa
3.
Laba/rugi
yang
jumlahnya material, yang
dikreditkan
atau
didebitkan langsung ke
dalam akun Saldo Laba

Pengaruh Peristiwa Kemudian terhadap


Laporan Keuangan
Akun yang Terpengaruh

1. Perubahan
pinjaman
Peristiwa Kemudian
puncak
2. Perubahan
manajemen

kebijakan

3. Perubahan
undang

Unsur Lain-Lain

undang-

4. Tambahan pengenaan
pajak atau penerimaan
penggantian pajak (tax
refund) yang bersifat luar
biasa
5.

Persyaratan

yang

Prosedur Pengauditan dalam


Periode Kemudian

Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian


sampai tanggal laporan yang biasanya sama dengan tanggal berakhirnya
pekerjaan lapangan. Tanggung jawab tersebut dapat dilaksanakan dalam dua
cara berikut:
1. Pada saat melaksanakan pengujian substantive akhir tahun, seperti
melakukan pengujian pisah batas dan mencari utang yang tidak dicatat,
auditor harus waspada terhadap kemungkinan adanya peristiwa kemudian.
2. Dengan melaksanakan prosedur-prosedur pengauditan seperti yang
dinyatakan dalam SA 560.12 pada tanggal akhir pemeriksaan lapangan
atau menjelang berakhirnya pekerjaan lapangan.

Prosedur Pengauditan dalam


Periode Kemudian
a. Membaca laporan keuangan interim akhir yang tersedia, serta
membandingkan laporan keuangan interim dengan laporan keuangan yang
akan dilaporkan, dan membuat berbagai perbandingan lainnya yang
dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondidi yang ada.
b. Mengajukan pertanyaan dan membicarakan dengan pejabat atau eksekutif
yang bertanggungjawab atas masalah keuangan dan akuntansi
c. Membaca notulen rapat dewan komisaris, pemegang saham, dan komite
resmi lainnya yang sesuai. Apabila notulen rapat tidak tersedia, auditor
mengajukan pertanyaan mengenai masalah yang dibicarakan dalam rapat
tersebut.
d. Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien tentang adanya
tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
e. Mendapatkan surat pernyataan dari pejabat yang berwenang, umumnya
adalah presiden direktur dan direktur keuangan, yang bertanggal sama
dengan tanggal laporan audit, tentang apakah setiap peristiwa yang telah
terjadi setelah tanggal laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor
independen, menurut pandangan para eksekutif tersebut akan memerlukan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut.

1.2. Membaca Notulen Rapat


Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan sub-komitenya,
seperti komite keuangan dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang
mempunyai signifikansi audit. Contohnya: dewan komisaris dapat
mengotorisasi penerbitan obligasi baru, pembelian saham treasuri, dan lain
lain. Hal-hal tersebut berpengaruh terhadap asersi manajemen dalam laporan
keuangan. Auditor harus memastikan bahwa semua notulen hasil rapat yang
diselenggarakan selama periode yang diperiksa dan selama periode sejak
tanggal neraca sampai dengan akhir pekerjaan lapangan telah disediakan
klien untuk review. Pembacaan notulen-notulen rapat biasanya dilakukan
segera setelah auditor menerimanya, guna memberikan auditor kesempatan
maksimum untuk menilai signifikansi auditnya. Sebagai contoh, informasi yang
diketahui setelah mempelajari notulen bisa menyebabkan auditor memodifikasi
pengujian substantive yang direncanakannya, atau meminta klien agar
mencantumkan pengungkapan tentang peristiwa kemudian dalam laporan
keuangan. Ringkasan hal-hal penting yang dibuat sebagai hasil pembacaan
notulen-notulen rapat harus didokumentasikan dalam kertas kerja.

1.3. Mendapatkan Bukti tentang


Tuntutan Hukum, Klaim, dan Keputusan
Pengadilan
Dalam SFAS No. 5, Accounting for Contingencies, FASB mendefinisikan
kontingensi (contingency) sebagai adanya kondisi, situasi, atau serangkaian
situasi yang ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai kemungkinan
keuntungan (gain contingency) dan kerugian (loss contingency) yang
kepastiannya akan tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih
kejadian di masa datang. Kontingensi menguntungkan, seperti misalnya klaim
klien terhadap pihak lain karena pelanggaran hak paten, hanya merupakan hal
kecil bagi auditor, karena dalam prinsip akuntansi berlaku umum hal semacam
itu tidak akan dicatat sampai hal tersebut benar-benar telah direalisasi.
Sebaliknya kontingensi merugikan sering menjadi masalah besar bagi auditor.
Tergantung kepada tingkat kemungkinan pembayaran di masa datang, prinsip
akuntansi berlaku umum mengharuskan kontingensi merugikan untuk
diperlakukan sebagai salah satu dari kemungkinan berikut:
1. Dicatat sebagai utang bersyarat
2. Diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
3. Diabaikan

1.4. Mendapatkan Surat Pernyataan dari


Klien
Auditor diwajibkan untuk mendapatkan surat pernyataan tertulis tertentu
dari manajemen dalam memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini
dapat dicapai melalui surat pernyataan dari klien (representasi klien), yang
umumnya dikenal sebagai surat rep. SA 333 (PSA No. 17), representasi klien,
menjelaskan bahwa surat pernyataan merupakan bagian dari barang bukti
audit, tetapi tidak bisa menggantikan penerapan prosedur-prosedur audit yang
diperlukan untuk mendapatkan dasar yang layak atas suatu pendapat.
Manfaat surat pernyataan dari manajemen adalah:
1. Mengkonfirmasikan pernyataan lisan yang telah diberikan kepada auditor
2. Mendokumentasikan ketepatan pernyataan tersebut secara berkelanjutan
3. Mengurangi kemungkinan terjadinya salah pengertian tentang pernyataan
manajemen

1.4. Melaksanakan Prosedur Analitis


Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review
keseluruhan atas laporan keuangan. PSA No. 22, Prosedur Analitis (SA
329.22) menyatakan bahwa tujuan prosedur analitis yang diterapkan dalam
tahap review menyeluruh suatu audit adalah untuk membantu auditor dalam
menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajianlaporan
keuangan secara keseluruhan. Dalam melakukan review keseluruhan, auditor
membaca laporan keuangan dan catatan serta mempertimbangkan
kecukupan bukti yang diperoleh sebagai tanggapan atas saldo-saldo yang
tidak bisa atau diluar prakiraan serta hubungan-hubungan:
a. Yang diantisipasi dalam perencanaan audit
b. Diidentifikasi selama pelaksanaan pengujian substantive.
Berbagai macam prosedur analitis bisa dilakukan. Prosedur-prosedur
tersebut harus:
1. Diterapkan pada bagian-bagian audit yang kritis yang ditemukan
selama audit berlangsung.
2. Berdasarkan data laporan keuangan setelah semua penyesuaian audit
dan reklasifikasi diterima klien dan dicatat dalam pembukuan klien.
3. Dalam melakukan review keseluruhan atas kewajaran penyajian
laporan keuangan

2. Penilaian Temuan
Terdapat dua tujuan auditor dalam mengevaluasi temuan-temuan, yaitu:
1. Menentukan jenis pendapat yang akan diberikan
2. Menentukan apakah standar auditing telah dipenuhi dalam audit
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, auditor melakukan langkah-langkah:
1. Membuat penetapan akhir tentang materialitas dan risiko audit
2. Mengevaluasi apakah terdapat keraguan substantial tentang kemampuan
perusahaan untuk melangsungkan usahanya (going concern)
3. Melakukan review teknis atas laporan keuangan
4. Merumuskan pendapat dan membuat konsep laporan auditor
5. Melakukan review akhir terhadap kertas kerja

2.1. Membuat Penetapan Akhir tentang


Materialitas dan Risiko Audit
Penentuan auditor atas salah saji dalam suatu akun dapat mencakup
komponen berikut:
1. Salah saji yang belum dikoreksi yang secara spesifik diidentifikasi
melalui pengujian substantif atas rincian transaksi dan saldo
2. Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik
sampling audit
3. Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan
dikuantifikasi oleh prosedur audit lainnya
Jika auditor merasa bahwa risiko audit tidak dapat diterima, maka
auditor harus:
1.Melaksanakan pengujian substantif tambahan
2. Meyakinkan klien untuk melakukan koreksi yang diperlukan untuk
mengurangi risiko salah saji yang material

2.2. Penilaian Kelangsungan Usaha


(Going Concern)
Jika auditor merasa yakin bahwa terdapat keraguan yang substansial
mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelanjutan
usahanya, maka auditor harus :
1. Mendapatkan informasi mengenai rencana manajemen untuk
mengurangi pengaruh kondisi atau peristiwa tersebut
2. Menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat diterapkan secara
efektif, apabila setelah mengevaluasi rencana manajemen, auditor masih
berkesimpulan terdapat kesangsian besar tentang kemampuan klien
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor harus:
- Mempertimbangkan kelayakan pengungkapan mengenai
kemungkinan ketidakmampuan entitas untuk mempertahankan
kelanjutan usahanya selama periode waktu yang layak
- Menyertakan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit untuk
mencerminkan kesimpulannya.

2.2. Penilaian Kelangsungan Usaha


(Going Concern)
Jika auditor menyimpulkan tidak ada keraguan yang substansial, maka auditor
tetap harus mempertimbangkan kebutuhan akan pengungkapan. Beberapa informasi
yang mungkin diungkapkan mencakup:
1. Kondisi dan peristiwa bersangkutan yang menimbulkan penilaian atas keraguan
yang substansial mengenai kemampuan entitas untuk mempertahankan kelanjutan
usahanya selama periode waktu yang layak.
2. Kemungkinan pengaruh kondisi dan peristiwa tersebut.
3. Evaluasi manajemen atas signifikansi dari kondisi-kondisi dan peristiwa itu serta
setiap faktor yang dapat mengurangi.
4. Kemungkinan penghentian operasi.
5. Rencana manajemen (termasuk informasi keuangan prospektif yang relevan)
Informasi tentang pemulihan atau klasifikasi jumlah aktiva yang tercatat atau jumlaj
atau klasifikasi kewajiban.
6. Informasi tentang pemulihan atau klasifikasi jumlah aktiva yang tercatat atau jumlaj
atau klasifikasi kewajiban.

2.3. Melakukan Review Teknis Atas


Laporan Keuangan
Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan
perusahaan terbuka, review teknis juga harus dilakukan atas laporan
itu oleh partner yang bukan anggota tim audit. Daftar periksa tersebut
mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan isi dari masingmasing laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang
disyaratkan

2.4. Merumuskan Pendapat dan


Membuat Konsep Laporan Audit
Dalam penyelesaian audit, auditor perlu memisahkan temuantemuan dengan mengikhtisarkan dan mengevaluasinya untuk tujuan
menyatakan pendapat ataslaporan keuangan secara keseluruhan.
Tanggung jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada partner
yang melakukan penugasan itu. Sebelum mengambil keputusan akhir
tentang pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi dengan klien.

2.5. Melakukan Review Akhir Atas Kertas


Kerja
Review ini dilakukan untuk mengevaluasi pekerjaan yang
dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat oleh
penyusun kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja dapat
dilakukan pada akhir pekerjaan lapangan oleh anggota tim audit.
Tingkatan review yang dapat dilakukan dalam penyelesaian audit
ditunjukkan dalam table berikut:
Review

Manajer

Partner yang ditunjuk


dalam penugasan audit
yang bersangkutan

Sifat Review
Mereview kertas kerja yang
dibuat oleh auditor senior
atau mereview sebagian
atau semua kertas kerja
yang telah diriview oleh
auditor
senior.
Mereview
kertas kerja yang
dibuat oleh manajer dan
mereview
kertas
kerja
lainnya yang dipandang
perlu.

2.5. Melakukan Review Akhir Atas Kertas


Kerja
Review yang dilakukan partner atas kertas kerja dirancang untuk
mendapatkan kepastian bahwa:
1. Pekerjaan yang dilakukan oleh para bawahan telah
dilakukan dengan cermat dan teliti
2. Pertimbangan yang diberikan oleh bawahan cukup
beralasan dengan tepat sesuai dengan keadaan yang
dihadapi
3. Penugasan audit telah selesai dikerjakan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kerja
4. Semua persoalan akuntansi, pengauditan, dan pelaporan
yang menimbulkan pertanyaan yang signifikan selama audit
berlangsung telah terpecahkan dengan memuaskan
5. Kertas kerja mendukung pendapat auditor.
6. Standar audit dan kebijakan serta prosedur pengendalian
mutu yang berlaku di kantor akuntan public yang
bersangkutan telah dipenuhi.

3. Komunikasi dengan Klien


Komunikasi antara auditor dengan klien pada penutupan audit melibatkan
komite audit dan manajemen. Komunikasi komite audit membicarakan hal-hal
berkenaan dengan:
1. Pengendalian internal klien
2. Pelaksanaan audit
3. Sementara komunikasi dengan manajemen dilakukan melalui surat
manajemen.

3.1. Pengkomunikasian Hal-Hal yang


Menyangkut Pengendalian Intern
SA 325 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang
dapat dilaporkan, yang didefinisikan sebagai hal yang merupakan kekurangan yang
signifikan dalam perancangan atau operasi pengendalian internal, yang dapat
berpengaruh buruk terhadap kemampuan organisasi untuk mencatat, memproses,
mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi
manajemen dalam laporan keuangan.
Komunikasi itu sebaiknya dilakukan dalam bentuk tertulis. Pembagian laporan itu
biasanya harus dibatasi kepada komite audit, manajemen dan pihak lain di dalam
organisasi. Akan tetapi, apabila laporan tersebut diisyaratkan oleh otoritas
pemerintah, maka rujukan khusus harus dinyatakan dalam laporan itu.
SA 325.11 menyatakan bahwa setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi
yang dapat dilaporkan harus :
1. Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan
keuangan dan bukan memberikan kepastian tentang pengendalian internal
2. Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan
3. Menyertakan pembatasan pembagian

3.2. Pengkomunikasian Hal-Hal yang


Berhubungan dengan Pelaksanaan Audit
SA 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu
berkenaan dengan pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab
mengawasi proses pelaporan keuangan. SA 380.06-14 menyatakan bahwa
komunikasi dengan komite audit dapat mencakup hal-hal berikut:
1. Tanggung Jawab Auditor berdasarkan Standar Auditing yang Ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia
2. Kebijakan Akuntansi Signifikan
3. Perkembangan Auditor tentang Qualitas Prinsip Akuntansi yang Diterapkan
Perusahaan Klien
4. Pertimbangan Manajemen dan Estimasi Akuntansi
5. Penyesuaian Audit Signifikan
6. Ketidaksepakatan dengan Manajemen
7. Konsultasi dengan Akuntani Lain
8. Isu Besar yang Dibicarakan dengan Manajemen
9. Kesulitan yang Dijumpai dalam Pelaksanaan Audit

3.3. Pembuatan Surat kepada


Manajemen
Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap bermanfaat
untuk menulis surat kepada manajemen, yang dikenal sebagai surat manajemen,
yang memuat rekomendasi yang tidak termasuk dalam komunikasi yang disyaratkan
dengan komite audit. Surat manajemen dapat mencakup komentar tentang:
1.Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak di
pertimbangkan sebagai kondisi yang dapat dilaporkan
2. Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah
yang tercatat selama audit
3. Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak

4. Tanggungjawab Pasca Audit


Tanggung jawab setelah audit mencakup pertimbangan atas:
1. Peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal laporan auditor dengan tanggal
penerbitan laporan auditor.
2. Penemuan faktor yang terjadi
3. Penemuan prosedur yang tidak dilakukan

4.1. Peristiwa Kemudian antara Tanggal


dan Penerbitan Laporan
PSA No. 43, Pemberian Atas Laporan Auditor Independen (SA 530),
menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama periode waktu
ini guna menemukan peristiwa kemudian yang material. Auditor dapat
menggunakan tanggal ganda dalam laporan audit. Tanggal ganda merupakan
praktik yang paling umum karena member tanggal kembali atas keseluruhan
laporan akan memperluas tanggung jawab auditor secara keseluruhan di luar
penyelesaian pekerjaan lapangan.

4.2. Penemuan Kemudian Fakta yang


Ada Pada Tanggal Laporan
Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada
setelah audit pada tanggal laporan audit. Namun, PSA No. 47, (SA 561.04),
menunjukkan bahwa jika (1) auditor menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta
itu mungkin mempengaruhi laporan yang telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan
untuk memastikan reliabilitas informasi itu. Apabila penyelidikan lebih lanjut
menguatkan eksistensi fakta itu dan auditor merasa yakin bahwa informasi itu
penting bagi mereka yang mengandalkan atau cenderung mengandalkan pada
laporan keuangan, maka auditor harus mengambil langkah-langkah untuk
mencegah ketergantungan pada laporan audit itu di masa depan.

4.3. PENEMUAN PROSEDUR YANG TIDAK


DILAKSANAKAN
Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus
menilai kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini
untuk mendukung pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05
menunjukkan jika auditor memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung
dan auditor yakin bahwa orang-orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka
auditor harus segera melaksanakan prosedur yang dihilangkan atau prosedur
alternatif yang akan memberikan dasar yang memuaskan atas pendapatnya.
Apabila dasar yang memuaskan untuk menyatakan pendapat telah diperoleh
dan bukti-bukti mendukung pendapat yang dinyatakan, auditor tidak mempunyai
tanggung jawab lagi. Tetapi, jika pelaksanaan prosedur yang dihilangkan
mengungkapkan fakta yang ada pada tanggal laporan sehingga akan mengubah
pendapat yang dinyatakan sebelumnya, auditor harus mengikuti prosedur
pemberitahuan yang diuraikan dalam paragraph terakhir dari bagian terdahulu untuk
mencegah ketergantungan selanjutnya atas laporan bersangkutan. Jika auditor tidak
dapat melaksanakan prosedur alternatif atau yang dihilangkan, maka auditor dapat
berkonsultasi dengan pengacara untuk menentukan tindakan yang tepat.

Sesi Diskusi

Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai