Anda di halaman 1dari 177

Telinga luar

Letak

Fungsi
Mengumpulkan &
memindahkan
gelombang suara ke
telinga tengah

Pinna

Lempeng tulang rawan


yang terbungkus kulit
dan terletak di kedua
sisi kepala

Mengumpulkan
gelombang suara dan
menyalurkannya ke
saluran telinga;
berperan dalam
lokalisasi suara

Meatus auditorius
eksternus
(liang telinga)

Saluran dari eksterior


melalui tulang
temporalis ke membran
timpani

Mengarahkan
gelombang suara ke
membran timpani;
mengandung rambutrambut penyaring&
mensekresikan kotoran
telinga (ear wax)untuk
menangkap partikelpartikel asing

Membran tipis yang


memisahkan telinga
luar dengan telinga

Bergetar secara sinkron


dengan gelombang
suara yang

Telinga tengah

Letak

Fungsi
Memindahkan getaran
dari membran timpani
ke cairan di koklea,
dalam prosesnya
memperkuat energi
suara

Maleus, inchus, stapes

Rangkaian tulang yang


dapat bergerak yang
berjalan melintasi
rongga telinga tengah,
maleus melekat ke
membran timpani &
stapes melekat ke
jendela oval

Berosilasi secara
sinkron dengan
getaran membran
timpani serta
menghasilkan gerakan
seperti di perilimfe
koklea dengan
frekuensi yang sama

Telinga dalam
koklea

Letak

Fungsi
Tempat sistem sensorik
untuk mendengar

Jendela oval

Membran tipis di pintu masuk


koklea; memisahkan telinga
tengah dari skala vestibuli

Bergerak bersama-sam
dengan gerakan stapes yang
melekat padanya; gerakan
jendela oval menyebabkan
perilimfe koklea bergerak

Skala vestibuli

Kompartemen atas koklea

Membuat perilimfe yang


dibuat bergerak oleh gerkan
jendela oval yang di dorong
oleh getaran tulang-tulang
telinga tengah

Skala timpani

Kompartemen bawah koklea

Duktus koklearis
(skala media)

Kompartemen tengah koklea

Mengandung endo limfe;


tempat membran basilaris

Membran basilaris

Membentuk lantai duktus


koklearis

Bergetar bersam gerakan


perilimfe, mengandung organ
corti, organ indra untuk
mendengar

Organ corti

Terletak di bagian atas & di


sepanjang membran basilaris

Mengandung sel rambut,


reseptor untuk suara, yang
mengeluarkan potensial
reseptor sewaktu tertekuk
akibat gerakan cairan di
koklea

Telinga dalam
koklea

Letak

Fungsi
Tempat sistem sensorik
untuk mendengar

Membran tektorial

Membran stasioner yang


tergantung diatas organ corti
dan tempat sel-sel rambut
reseptor permukaan terbenam
didalamnya

Tempat rambut sel-sel


reseptor yang terbenam di
dalamnya menekuk &
membentuk potensial reseptor
ketika membran basalis yang
bergetar terhadap membran
tektorial yang stasioner

Jendela bundar

Membran tipis yang


memisahkan skala timpani
dari telinga tengah

Bergetar bersama dengan


gerakan cairan di perilimfe
untuk meredam tekanan di
dalam koklea; tidak berperan
dalam penerimaan suara

Telinga dalam
Aparatus
vestibularis

Letak

Fungsi
Tempat sensorik untuk
keseimbangan, dan
memberikan masukan yang
penting untuk
mempertahankan postur &
keseimbangan

Kanalis
semisirkularis

Tiga saluran semisirkuler


yang tersusun 3 dimensi
dalam bidang yang
tegak lurus satu sama
lain di dekat koklea jauh
di dalam tulang
temporalis

Mendeteksi akselerasi
(percepatan) atau
deselerasi (perlambatan)
rotasional atau angular

Utrikulus

Struktur seperti kantung


di rongga bertulang
antara koklea & kanalis
semisirkularis

Mendeteksi :
1.Perubahan posisi kepala
menjahui sumbu vertikal
2.Mengarahkan akselerasi
& deselerasi linear secara
horizontal

Sakulus

Terletak disamping
utrikulus

Mendeteksi :
1.Perubahan posisi kepala
menjahui sumbu horizontal
2.Mengarahkan akselerasi

Tuba Eustachius
Basal pharyngeal pouch.
Otopharyngeal tube - pharyngotympanic
tube.
menghub kavitas telinga tengah dengan
nasofaring
proteksi ventilasi (keseimbangan telinga
tengah) & bersihan kavitas telinga tengah
(pengeringan cairan )
Normal = tertutup.
Saat lahir 17-17mm, sempit, horizontal.
Terbuka o/ otot palati tensor
Dewasa 36mm. Lebar dan 45o. Terbuka o/

Faal Pendengaran

Mechanism of hearing:

Fisiologi Pendengaran

18

FISIOLOGI PENDENGARAN

Daun telinga menangkap energi bunyi dalam bentuk gelombang


yang dialirkan melalui udara atau tulang ke kokleamenggetarkan
membran tymphanitelinga tengah, melalui rangkaian
tulangdiamplifikasimenuju stapestingkap lonjong
bergerakperilimfa bergerakmembrana Reissnermendorong
endolimfa sehingga menimbulkan gerak relatif antar membran
basilaris dan membran tektoria.
Kejadian di atas adlh rangsang mekanikdefleksi strereosilia sel
rambutmelepaskan neurotransmitter ke sinapspotensial aksi pd
saraf auditoriusnukleus auditoriuskorteks pendengaran di lobus
temporalis

Jalur pendengaran sentral


Setiap daerah di membran basilaris
berhubungan dengan daerah tertentu di
lobus temporalis
N. VIII membawa sinyal dari organ
pendengaran ke pusat pendengaran di
otak
Sinyal pendengaran dari kedua telinga
disalurkan ke kedua lobus temporalis
sehingga gangguan pada salah satu jalur
pendengaran tidak akan menggangu
pendengaran kedua telinga

Mekanisme pendengaran
Air
Condaction
Mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran cairan di

telinga dalam.
Telinga luar (Pinna, meatus auditorius eksternus dan membrana timpani)
Pinna
(mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar)

Masuk ke kanalis telinga (saluran telinga) terdapat rambut-rambut halus untuk


menyaring partikel-paartikel asing

Membrana timpani sebagai pintu masuk ke telinga tengah bergetar

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrana timpani ke cairan


telinga dalam dibantu oleh osikula (maleus,inkus,stapes)

Tekanan membrana timpani dan efek pengungkit dari osikuler

Mengenai jendela oval (pintu masuk koklea)

Pergerakkan cairan koklea

Getarana membrana basalis (terdapat organ corti)

Sel rambut organ corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf

Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius d lobus temporalis otak untuk


presepsi suara

Bone condaction
berjalan melalui penghantar tulang getaran
sumber suara menggetarkan tulang kepala
menggetarkan perylimph pada skala vestibuli
skala tympani penghantaran udara
penghantaran melalui tulang dapat dilakukan
dengan percobaaan rine, sedangkan
penghantaran bunyi melalui tulang kemudian
dilan-jutkan melalui udara dapat dilakukan
dengan percobaan weber
kecepatan penghantaran suara terbatas, makin
tambah usia makin berkurang daya tangkap
suara atau bunyi yang dinyatakan antara 30
20.000 siklus/detik

Transmisi Gelombang Suara


Gelombang suara getaran membran timpani
gerakan tulang2 telinga tengah getaran jendela oval
gerakan cairan koklea
Melalui 2 jalur :
Melalui skala vestibuli helikotrema skala timpani
jendela bundar bergetar
penghamburan energi (tidak ada persepsi suara)
Skala vestibuli membrana basilaris
pembengkokan sel2 rambut reseptor organ corti
perubahan posisi membran tektorial perubahan
potensial pembentukan potensial aksi
perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di
lobus temporalis otak untuk persepsi suara

2 Jalur Transmisi Suara

Transmisi Gelombang Suara


Sel-sel rambut meghasilkan sinyal saraf jika rambut
di permukaannya secara mekanis mengalami
perubahan bentuk karena gerakan cairan di telinga
dalam
Rambut-rambut ini secara mekanis terbenam di
dalam membrana tektorial
Transmisi gelombang tekanan melalui membrana
basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke
atas-bawah atau bergetar secara sinkron sel-sel
rambut bergerak naik-turun membrana basilaris
bergeser terhadap membrana tektorial sel-sel
rambut terbuka dan tertutup bergantian
perubahan potensial depolarisasi dan
hiperpolarisasi

Gerakan Sel Rambut


Potensial Aksi

Transmisi Gelombang Suara


Perubahan bentuk mekanis rambut pembukaan
dan penutupan saluran di sel reseptor perubahan
potensial berjenjang perubahan kecepatan
pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak
Depolarisasi sel rambut:
Saat membrana basilaris bergeser ke atas
meningkatkan kecepatan pengeluaran zat
perantara menaikkan kecepatan potensial aksi di
serat aferen
Hiperpolarisasi sel rambut:
Membrana basilaris bergerak ke bawah penurunan
pengeluaran zat perantara kecepatan potensial
aksi berkurang

Diskriminasi Nada
Diskriminasi nada adalah kemampuan
membedakan berbagai frekuensi gelombang
suara yang datang
Bergantung pada bentuk dan sifat
membrana basilaris
Ujung membran (pendek & kaku)
bergetar maximum pd nada frekuensi tinggi
Daerah Helikotrema ( lebar & lentur)
bergetar maximum pd nada frekuensi
rendah

Korteks Pendengaran
Setiap daerah di membrana basilaris berhubungan
dengan daerah tertentu di korteks pendengaran
dalam lobus temporalis
Neuron korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada
tertentu
Neuron aferen menangkap sinyal auditorius dari
sel rambut keluar dari koklea melalui saraf
auditorius
Jalur saraf antara organ corti dan korteks
pendengaran melibatkan beberapa sinaps
terutama sinaps di batang otak dan talamus
Batang Otak masukan pendengaran untruk
kewaspadaan & arousal
Talamus menyortir & memancarkan sinyal ke
atas

Organ corti
Mengandung sel rambut auditori yg merupakan
reseptor suara.
Ada 15000 sel rambut di setiap koklea, disusun
menjadi 4 baris pararel (1 baris sel rambut dalam dan
3 baris sel rambut luar)
Menonjol dari setiap sel rambut sejumlah 100 rambut
yg disebut stereocilia
Sel rambut merupakan mekanoreseptor,
menghasilkan signal neural ketika permukaan rambut
tertekan secara mekanik karena gerakan cairan di
telinga dalam
Sel rambut dalam mentrasformsikan kekuatan
mekanik suara menjadi impulse elektrik
pendengaran, mengirim signal pendengaran ke otak
melalui jalur aferen

Histologi Pendengaran

Auricula (Pinna)
Tulang rawan
elastis yg
ditutupi kulit.

Meatus auditorius eksternus

saluran dari permukaan


dalam os temporalis.
dilapisi epitel berlapis
skuamosa.
1/3 luar : tulang rawan
elastis.
2/3 dalam : tulang
temporalis.
Di lap. submukosa tdpt :
folikel rambut,
kel.sebasea, kelenjar
seruminosa (modifikasi
kel.keringat,
menghasilkan serumen
campuran lemak & lilin-.

Membran timpani
Bangunan oval
8x10mm yg
meneruskan
gelombang suara ke
tulang pendengaran
di telinga tengah.
Lapisannya :
a) Permukaan luar
epitel skuamosa.
b) Jaringan ikat kasar
(serat kolagen,
elastin, fibroblas).
Serat radial &
sirkumferensial
u/mempertahankan
kekuatan membran
timpani.
c) Dalam epitel selapis
kuboid.
Bagiannya :
a. Pars flasid (Shrapnell
membrane)

Telinga Tengah
Dilapisi epitel selapis gepeng
yang berada di atas lamina
propria tipis, yang melekat erat
pada periosteum di bawahnya.

Telinga dalam
Terdiri dari 2 labirin.
Labirin tulang terdiri atas
sejumlah ruangan di dalam pars
petrosa tulang temporal yang
dihuni labirin membranosa.
Duktus semisirkularis muncul
dari utrikulus

Di dekat tuba auditorius dan


bagian dalamnya, epitel selapis
yang melapisi telinga tengah
secara berangsur berubah
menjadi epitel bertingkat
silindris bersilia

Duktus koklearis terbentuk dari


sakulus
Labirin tulang perilimf
Labirin membranosa endolimf

Daerah Kelenjar Limfe Leher


Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center
Classification, dibagi 5 daerah
I. Kel di submental dan submandibula
II.Kel di 1/3 atas dan trmsk kel limfe jugular
superior, kel digastrik, dan kel servikal posterior
superior
III.Kel limfe jugularis di antara bifurkasio karotis dan
persilangan m.omohioid dg
m.sternokleidomastoid dan bts posterior
m.sternokleidomastoid
IV.Grup kel di jugularis inferior dan supraklavikula
V.Kel di posterior servikal

Aliran KGB di Leher


Hampir semua bentuk radang/keganasan
kepala dan leher bermanifestasi ke kel limfe
leher
Sekitar 75 buah kel limfe di setiap sisi leher,
terbanyak pada rangkaian jugularis interna
dan spinalis asesorius
Metastasis tumor : kel limfa pada rangkaian
jugularis interna (klavikula dasar tengkorak)
Rangkaian jugularis interna : superior, media,
inferior

Aliran KGB di Leher


Kelompok kel limfe lain : submental,
submandibula, servikalis superfisial, retrofaring,
paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus
anterior, supraklavikula
Kel limfe jugularis interna superior
-> menerima aliran dari palatum mole, tonsil, bag
posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis,
supraglotik laring
-> juga dari kel limfa retrofaring, spinalis
asesorius, parotis, servikalis superfisial,
submandibula

Aliran KGB di Leher


Kel limfe jugularis interna media
-> menerima aliran dari subglotik laring, sinus
piriformis bag inferior, daerah krikoid
posterior
-> juga dari jugularis interna superior dan
retrofaring bag bawah
Kel limfe jugularis interna inferior
-> terima dari glandula tiroid, trakea, esofagus
bag servikal, kel limfe jugularis interna
superior + media, kel limfe paratrakea

Aliran KGB di Leher


Kel limfe submental
-> letak : submental (antara platisma dan
m.omohioid)
-> menerima aliran dari dagu, bibir bwh bag tengah,
pipi, gusi, dasar mulut bag dpn, 1/3 bawah lidah
-> alirkan ke kel limfa submandibula sisi
homolateral/kontra , kadang dapat langsung ke
rangkaian jugularis interna
Kel limfe submandibula
-> letak : skitar dan di dalam kel tsb

Aliran KGB di Leher


Kel limfe submandibula
-> terima dari kel liur ini, bibir atas, lateral bibir
bawah, rongga hidung, anterior rongga mulut,
medial kelopak mata, palatum mole, 2/3 dpn lidah
-> alirkan ke jugularis interna superior
Kel limfe servikal superfisial
-> letak : spjg vena jugularis externa
-> terima dari kulit muka, sekitar parotis,
retroaurikula, kel parotis + oksipital
-> alirkan ke jugularis interna superior

Aliran KGB di Leher


Kel limfe retrofaring
-> antara faring dan fasia prevertebrata
-> mulai : dsar tengkorak perbatasan leher +
toraks
-> terima dari nasofaring, hipofaring, telinga
tengah, tuba eustachius
-> alirkan ke jugularis interna dan spinal asesoris
bag superior
Kel limfe paratrakea
-> terima dr laring bwh, hipofaring, esofagus bag
servikal, trakea atas dan tiroid

Aliran KGB di Leher


Kel limfe paratrakea
-> alirkan ke jugularis interna inferior, atau
mediastinum inferior
Kel limfe spinal asesoris
-> sepjg saraf spinal asesoris
-> terima dari kulit kepala bag parietal dan bag blkg
leher
Kel limfe parafaring
-> terima dari nasofaring, orofaring, sinus paranasal
-> alirkan ke supraklavikula

Aliran KGB di Leher


Rangkaian kel limfe jugularis interna
-> alirkan ke trunkus jugularis -> duktus
torasikus -> kiri
-> alirkan ke trunkus jugularis -> duktus
limfatikus kanan atau langsung ke sist vena
(pertemuan v jugularis interna dan v
subklavia) -> kanan
-> duktus torasikus dan limfatikus kanan ->
terima dari supraklavikula

Kelainan Telinga Luar

Kelainan
daun telinga

hematoma
Perikondritis
pseudokista

Kelainan
telinga luar
Kelainan
liang telinga

Kelainan
kongenital

serumen
Otitis
Benda asing
eksterna
di liang
sirkumskript
telings
Otitis
a
Otitis
eksterna
eksterna
Otomikosis
difus
Herpes zoster
virus
Infeksi kronis liang
telinga
Keratosis obturans dan
kolesteatoma eksterna
Otitis eksterna
maligna
Bats ear
Mikrotia dan atresia liang
telinga
Fistula preaurikular

SIRKU
MSKR
IPTA

AKUT
EKSTER
NA

DIFUS
MALIG
NA

OTITIS

MEDIA

AKU
T

SUPURA
TIF

KRO
NIS

SEROSA

INTERN
A

LAINN
YA

AKU
T
KRO
NIS

ADHESIVA
VESTIBUL
AR
NEURITIS

LABYRINT
HITIS

Fistula Preaurikula
Fistula terbentuk akibat kegagalan
penggabungan tuberkel pertama dan kedua
kelainan herediter yang dominan
Lokasi : depan tragus; berbentuk bulat/lonjong
dengan ukuran seujung pensil.
sering keluar sekret asal kelenjar sebasea di
muara fistula
Bila obstruksi dan infeksi fistula -> pioderma
atau selulitis fasial
Th/ : antibiotik (akut), insisi (abses), operasi
(cairan keluar berkepanjangan/rekuren)

Fistula Preaurikular

Microtia dan Atresia Liang


Telinga
Mikrotia : daun telinga lebih kecil dan tidak
sempurna
Mikrotia sering disertai atresia liang telinga dan
kelainan tulang pendengaran
Atresia : tidak terbentuknya
Sering : laki-laki, telinga kanan
Angka kejadian = 1:7000 kelahiran
Unilateral : bilateral = 3:1
Etio : belum jelas -> diduga faktor genetik,
infeksi virus, intoksikasi bahan kimia dan obat
teratogenik pada kehamilan muda

Microtia dan Atresia Liang


Telinga
Diagnosis ditegakkan dengan bentuk daun
telinga yang tidak sempurna dan liang
telinga yang atresia
Pemeriksaan : fungsi pendengaran dan CTScan tulang temporal dengan resolusi tinggi
-> menilai telinga tengah dan dalam,
membantu menentukan kemungkinan
berhasilnya operasi konstruksi kelainan
telinga tengah

Microtia dan Atresia Liang


Telinga
Th/:
1.Atresia bilateral -> bone conduction hearing aid
2.Kanaloplasti saat usia 5-7 th
3.Atresia unilateral -> operasi setelah usia
dewasa
Komplikasi operasi :
1.paresis N VII
2.Hilangnya pendengaran
3.Restenosis (sering)

Bats ear
Daun telinga > lebar dan > menonjol
Tidak mengganggu fungsi
pendengaran
Menimbulkan dampak psikis -> perlu
operasi otoplasti

Hematoma Daun Telinga


Terdapat kumpulan darah di antara
perikondrium dan tulang rawan
Etiologi : trauma
Th/: darah dikeluarkan secara steril
Komplikasi : perikondritis

Perikondritis
Radang tulang rawan pada kerangka daun
telinga
Etiologi : trauma akibat kecelakaan,
operasi daun telinga yang terinfeksi, dan
komplikasi pseudokista daun telinga
Tatalaksana: antibiotik
Komplikasi : cauliflower ear

Inflammation of Auricle

Pseudokista
Benjolan di daun telinga akibat kumpulan
cairan kekuningan diantara lapisan
perikondrium dan tulang rawan telinga
Manifestasi klinis : benjolan di daun telinga
yang tidak nyeri dan tanpa sebab
Terapi: mengeluarkan cairan secara steril ->
balut tekan dengan bantuan semen gips
selama seminggu -> perikondrium melekat
pada tulang rawan
Komplikasi : perikondritis

Serumen
hasil poduksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan
partikel debu
Letak normal : 1/3 luar liang telinga
Konsistensi normal : lunak, terkadang kering
Pengaruh : faktor usia, iklim, keturunan, dan
lingkungan
Mempunyai efek proteksi
Penumpukan serumen -> Tuli konduktif
Telinga masuk air -> serumen mengembang

Serumen
Th/ :
1.Serumen lunak -> kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas
2.Serumen keras -> pengait/kuret
3.Apabila kedua cara di atas tidak berhasil :
serumen dilunakkan terlebih dahulu dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari
4.Bila serumen sudah terlalu jauh terdorong ke
liang telinga maka dilakukan irigasi air
hangat ( sesuai suhu tubuh )

Benda Asing di Liang Telinga


Benda mati/hidup, binatang, komponen
tumbuh-tumbuhan, mineral
Anak kecil : manik, kacang hijau, mainan, karet
penghapus, dan terkadang baterai
Orang dewasa : kapas cotton bud yang
tertinggal, potongan korek api, patahan pensil,
terkadang serangga
Mematikan serangga : memasukkan tampon
basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan
misalnya larutan rivanol atau obat anestesi
lokal + 10 menit

Benda Asing di Liang Telinga


Benda asing seperti baterai jangan
dibasahi
Terapi :
1.Benda asing besar -> pengait serumen
2.Benda asing kecil -> cunam atau pengait
3.Binatang -> pinset/diirigasi dengan air
bersih hangat

Otitis Eksterna
Radang liang telinga akut maupun kronis
Etiologi : infeksi jamur, virus, dan bakteri
Faktor predisposisi :
1.perubahan pH di liang telinga -> basa
2.Keadaan udara yang hangat dan lembab
3.Trauma ringan ketika mengorek telinga

Otitis Eksterna Akut


1. Otitis eksterna sirkumkripta (furunkel :
bisul )
1/3 kulit luar liang telinga mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar serumen -> infeksi
pada pilosebaseus -> furunkel
Etiologi : Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus albus
Gejala dan tanda :
1. rasa nyeri hebat tidak sesuai besar bisul
2. gangguan pendengaran (furunkel besar)

Otitis Eksterna Akut


Pemeriksaan:
inspeksi dan palpasipembengkakan tragus
dngn bts tegas,nyeri hebat pada 1/3luar CAE
Otoskop: kulit pada CAE tampak merah, bengkak
dan terisi debris. Membran timpani normal
Terapi :
1. abses -> aspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanah.
2. Lokal -> antibitioka dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau bacitrasin, atau antiseptik
( asam asetat 2-5 % dalam alkohol )
3. Dinding furunkel tebal -> insisi -> dipasang salir
untuk mengalirkan nanahnya

Otitis Eksterna Akut


2.
Otitis eksterna difus
2/3 kulit liang telinga dalam
Etiologi : Pseudomonas (sering),
Staphylococcus albus dan Escherichia coli
Gejala dan tanda :
kulit liang telinga dalam nampak hiperemis
dan edema yang tidak jelas batasnya.
Nyeri tekan tragus
Liang telinga sangat sempit

Otitis Eksterna Akut


Kadang kelenjar getah bening regional
membesar dan nyeri tekan
Ada sekret yang berbau( tidak mengandung
musin)
Terapi :
Membersihkan liang telinga
memasukkan tampon yang
mengandung
antibiotika ke liang telinga
kadang kadang : obat antibiotika
sistemik

Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga
Etiologi : Pityrosporum, Aspergillus,
Candida albican
Faktor presisposisi : kelembaban yang
tinggi di liang telinga
Pityrosporum -> terbentuknya sisik yang
mirip ketombe ; predisposisi otitis eksterna
bakterialis
Tanda dan gejala : rasa gatal dan penuh di
liang telinga, sering pula tanpa keluhan

Otomikosis
Terapi :
1.Membersihkan liang telinga dengan asam
asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium
povidon 5% atau tetes telinga yang
mengandung antibiotik dan steroid.
2.Kadang diperlukan salep antijamur yang
mengandung nistatin,klotrimazol

Herpes zoster otikus


Etiologi : varicella zoster
Virus ini menyerang 1 atau lebih
dermatom saraf kranial
Dapat mengenai nevus trigeminus,
ganglion genikulatum, dan radiks servikalis
bagian atas Sindroma Ramsay Hunt
Tanda dan gejala :
tampak lesi kulit yang vesikuler pada
kulit daerah muka sekitar liang telinga.
otalgia

Herpes zoster otikus


terkadang disertai paralisis otot wajah
berat : + tuli sensorineural
Terapi : sesuai tatalaksana herpes zoster

Herpes Zoster Otikus

Otitis Eksterna Maligna


Infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain di sekitarnya.
Biasanya terjadi pada orang tua yang
terkena diabetes melitus
Etiologi tersering Pseudomonas
Aerugenosa
Gejala dan tanda :
1.Rasa gatal di liang telinga yang dengan
cepat diikuti nyeri
2.Sekret yang banyak disertai
pembengkakan liang telinga

Otitis Eksterna Maligna


Terapi :
1. Sementara menunggu hasil kultur
diberikan golongan fluoroquinolone
( ciprofloxasin ) dosis tinggi per oral
2. Pada keadaan yanglebih berat diberikan
antibiotika parenteral kombinasi dengan
golongan aminoglikosida selama 6-8
minggu.
3. Selain obat obatan perlu dilakukan
membersihkan luka secara radikal.

Bullous Myringitis
Merupakan bentuk khusus dr otitis externa,
yg dikarakteristikan dgn gambaran fluidfilled hemorrhagic blebs pada membran
timpani dan kulit bagian dalam meatus
external.
Etiologi :
Virus influenza
Mycoplasma pneumoniae

Sering berkaitan dgn infeksi saluran napas


atas

Tanda & Gejala Bullous


Myringitis
Nyeri lokal di telinga
Biasanya diikuti jg spontaneous
appearance of a blood-tinged
serous / serousanguineous discharge

Diagnosis Bullous Myringitis


Otoscopic examination
Terdapat lesi vesicular & multipel kecil
pd membran timpani
Kadang2, membran timpani inflamasi
dan adanya efusi pd telinga tengah
Sering terdapat posterior cervica
lymphadenopathy

Bullous Myringitis
Manajemen

Komplikasi

Terapi analgesia
adekuat
Terapi antibiotik
oral/topikal : bila ada
inflamasi
Menjaga telinga tetap
bersih dan kering utk
preventif dari infeksi
sekunder

Sensorineural hearing
loss
Perforasi membran
timpani

Kelainan Telinga Tengah

1. Gangguan fungsi Tuba


Eustachius

Fungsi Tuba Eustachius :

Ventilasi menjaga tekanan udara telinga tengah=


tekanan udara luar.
Drenase sekret
Menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke
telinga tengah.

Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru


terbuka apabila ada oksigen diperlukan masuk ke
telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan
dan menguap.
Pembukaan tuba dibantu otot tensor veli palatini
apabila terdapat perbedaan tekanan 20-40 mmHg.
Gangguan fungsi tuba dapat terjadi karena :

Tuba terbuka abnormal.


Myoklonus palatal
Palatoskisis
Obstruksi tuba

Tuba Terbuka Abnormal


Hilangnya jar lemak sekitar mulut tuba ->
tuba terbuka terus-menerus -> Udara
masuk ke telinga tengah saat respirasi
Etio: turun BB hebat, penyakit kronis
tertentu (rinitis atrofi dan faringitis),
gangguan fungsi otot (myastenia gravis),
penggunaan obat anti hamil (wanita) dan
estrogen (laki-laki)
Keluhan: rasa penuh dalam
telinga/autofoni

Tuba Terbuka Abnormal


Pemeriksaan klinis : terlihat membran
timpani atrofi, tipis dan bergerak pada
respirasi
th/: obat penenang -> gagal -> pasang
pipa ventilasi (Grommet)

Obstruksi Tuba
Dapat terjadi oleh berbagai kondisi :
peradangan nasofaring, peradangan adenoid
atau tumor nasofaring
Gejala klinik awal (sumbatan o/ tumor) :
terbentuk cairan pada telinga tengah (OM
serosa)
OM serosa kronik -> kemungkinan karsinoma
nasofaring
Sumbatan mulut tuba di nasofaring ok
Bellocq tampon atau sikatriks akibat trauma
operasi (adenoidektomi)

2. Barotrauma (Aerotitis)
a.Definisi
perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar
telinga tengah sewaktu di pesawat terbang
atau menyelam tuba gagal membuka
b. Patofisiologi
Perbedaan tekanan >90 cmHg otot tidak
mampu membuka tuba tekanan negatif
di rongga telinga tengah cairan keluar
dari pembuluh darah kapiler mukosa &
ruptur pembuluh darah cairan di telinga
tengah dan rongga mastoid tercampur
darah.

c. Gejala :
Kurang dengar
Nyeri dalam telinga
Autofoni
Perasaan ada air dalam telinga
Tinitus
Vertigo

d. Penatalaksanaan
Dekongestan lokal
Perasat Valsava (bila tidak ada infeksi
pada jalan napas atas)
Miringotomi (bila cairan menetap di
telinga tengah sampai beberapa minggu)
Pipa ventilasi (Grommet)
e. Pencegahan
Mengunyah permen karet atau melakukan
perasat valsava (sewaktu pesawat terbang
mulai mendarat)

3. Otitis Media
Adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.

3. Otitis Media

Sembuh /
normal

Gg tuba

Tekanan
negatif
telinga
tengah

ETIOLOGI:
Barotitis
Alergi
Infeksi
Sumbatan
(sekret, tampon,
tumor)

Tuba tetap
terganggu
tanpa infeksi

Efusi

OME
Tuba tetap
terganggu +
infeksi

OMA

Sembuh

OMSK

OME

Skema Pembagian Otitis


Media

Klasifikasi
Otitis media supuratif
Otitis media supuratif akut
Otitis media supuratif kronis
Otitis media serosa
Otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis)
Otitis media serosa kronis
Otitis media spesifik
Otitis media tuberkulosa
Otitis media sifilitika
Otitis media adhesif

Otitis Media Supuratif Akut


(Otitis Media Akut)

Otitis Media Supuratif Akut


(Otitis Media Akut)
a. Definisi
peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah akibat faktor
pertahanan tubuh terganggu
b. Etiologi
Bakteri piogenik seperti :

Streptococcus hemolyticus
Staphylococcus aureus
Pneumokok
H.influenzae
E.coli
Streptococcus anhemolyticus
Proteus vulgaris
Pseudomonas aeruginosa

Stadium
Oklusi Tuba
Eustachius

Stadium
Hiperemis

Stadium
Supurasi

Stadium
Perforasi

Stadium
Resolusi

Gambaran
retraksi
membran
timpani
Kadang
membran
timpani
nampak
normal/keruh
pucat
Efusi
mungkin
sudah
terjadi,tetapi
susah
dideteksi
Sukar
dibedakan
dengan otitis
media serosa
akibat

Pembuluh
darah
melebar
Membran
timpani
hiperemis +
edem
Sekret
mungkin
masih
bersifat
eksudat
yang serosa

Edema hebat
pada mukosa
telinga tengah
Hancurnya
sel epitel
superficial
Eksudat yang
purulen di
kavum
timpanibulgi
ng ke arah
liang telinga
luar
Sangat sakit,
nadi dan suhu
, nyeri di
telinga ber+
Tekanan
nanah tidak
ber- iskemia
Nekrosis:

Terjadi
ruptur
membran
timpani dan
nanah
keluar
mengalir
dari telinga
tengah ke
telinga luar
Suhu badan
turun
Anak
menjadi
tenang

Membran
timpani ttp
utuhnormal
kembali
Terjadi
perforasisek
ret ber-,kering
Daya tahan
tubuh
baik/virulensi
kumah
rendahresol
usi tanpa
pengobatan
OMAOMSK
jika perforasi
menetap
OMA otitis
media serosa

c. Patofisiologi
Faktor penyebab utama : sumbatan tuba
eustachius sehingga pencegahan invasi
kuman terganggu.
Pencetusnya : infeksi saluran napas atas.
Mudah terjadi pada bayi
d. Manifestasi klinis
Gejala klinis tergantung stadium penyakit
dan umur pasien
anak :
Rasa nyeri di dalam telinga dan suhu
tubuh yang tinggi
Biasanya terdapat riwayat batuk pilek
sebelumnya

orang dewasa :
Gangguan pedengaran berupa rasa
penuh dan kurang dengar
bayi dan anak kecil :
Suhu tubuh yang tinggi (>39,50c)
Gelisah
Sulit tidur
Tiba-tiba menjerit saat tidur
Diare
Kejang
Kadang memegang telinga yang sakit.

Acute otitis media

Otitis Media Supuratif Akut


(Otitis Media Akut)
e. Penatalaksanaan
Terapi bergantung pada stadium
penyakitnya.
Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi
saluran napas, dengan pemberian
antibiotik, dekongestan lokal atau
sistemik dan antipiretik.

Terapi
Stadium
oklusi

Stadium
Stadium
presupuras supurasi
i

Stadium
perforasi

Stadium
resolusi

Obat tetes
hidung:
HCl efedrin
0.5% dalam
larutan
fisiologik
(<12thn)
HCl 1%
dalam
larutan
fisiologik
(>12thn dan
dewasa)
Antibiotik
bila ec.
kuman

Obat tetes
hidung
Analgetika
Antibiotik
Ampisilin
50100mg/kg
BB per hari
4dosis
Amoksisilin
40mg/kg
BB/hari 3
dosis
Eritromisin
40mg/kg
BB/hari

Obat cuci
telinga H2O2
3% 3-5hari
Antibiotik

Membran
timpani
berangsur
normal
Sekret tidak
ada lagi
Perforasi
menutup

Antibiotik
Miringotom
i bila
membran
timpani
masih utuh

Bila tidak terjadi resolusi, tampak sekret mengalir


di liang telinga luar melalui perforasi membran
timpani
Antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu,
>3minggu tidak sembuh mungkin terjadi
mastoiditis
OMA berlanjut dengan keluarnya sekret >
3minggu otitis media supuratif subakut
Perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih
dari 1.5 bulan atau 2 bulan otitis media
supuratif kronis (OMSK)

Otitis Media Supuratif Akut


(Otitis Media Akut)
f. Komplikasi
Sebelum adanya antibiotik, OMA
menimbulkan komplikasi yaitu abses
sub-periosteal sampai abses otak
dan meningitis.
Sekarang semua jenis komplikasi
tersebut biasanya didapat pada
OMSK.

Otitis Media Supuratif Akut


(Otitis Media Akut
Miringotomi
tindakan insisi pada pars tensa
membran timpani agar terjadi
drainase sekret dari telinga tengah ke
telinga luar.
Bila pasien mendapat terapi adekuat,
miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali
bila jelas tampak adanya nanah di telinga
tengah.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
perdarahan akibat trauma liang telinga
luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma
fenestra rotundum, trauma nervus fasialis
dan trauma pada bulbus jugulare.

Otitis Media Supuratif Kronik


a. Definisi
infeksi kronik telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan keluarnya
sekret dari telinga tengah secara terus
menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental,
bening, atau nanah.
Biasanya disertai gangguan
pendengaran.

Otitis Media Supuratif Kronik


b. Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan
kelanjutan OMA yang prosesnya sudah
berjalan lebih dari 2 bulan.
Beberapa faktor penyebab adalah
Terapi yang terlambat
Terapi tidak adekuat
Virulensi kuman tinggi
Daya tahan tubuh rendah
higiene buruk

Otitis Media Supuratif Kronik


b. Etiologi
Bila <2 bulan subakut.
Sebagian kecil perforasi membran timpani
terjadi akibat trauma telinga tengah.
Kuman penyebab biasanya Gram positif
aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat
kuman Gram negatif dan anaerob.

Letak perforasi
Letak perforasi penting u/ menentukan
jenis/tipe OMSK
Perforasi dpt ditemukan daerah sentral,
marginal, atau atik.
Perforasi sentral perforasi trdpt di pars
tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi
masih ada sisa membran timpani.
Perforasi marginal sebagian tepi
perforasi lgsg berhubungan dg anulus atau
sulkus timpanikum
Perforasi atik perforasi yg terletak di
pars flaksida

Otitis Media Supuratif Kronik


c. Klasifikasi
OMSK dibagi dalam 2 jenis :
OMSK Benigna atau Tipe Mukosa
Peradangan terbatas pada mukosa
saja
Tidak mengenai tulang
Perforasi terletak di sentral
Jarang menimbulkan komplikasi
berbahaya dan tidak terdapat
kolestatom

Otitis Media Supuratif Kronik


c. Klasifikasi
OMSK Maligna atau Tipe Tulang
Disertai dengan kolesteatom
Perforasi terletak marginal, subtotal
atau di atik.
Sering menimbulkan komplikasi yang
berbahaya atau fatal
Berdasarkan sekret yang keluar dari
kavum timpani, juga dikenal tipe aktif
dan tipe tenang.

Otitis Media Supuratif Kronik


d. Manifestasi Klinis
Otore
Vertigo
Tinitus
Rasa penuh di telinga
Gangguan pendengaran

Otitis Media Supuratif Kronik


e. Diagnosis
Berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan
THT terutama pemeriksaan otoskopi.
Pemeriksaan penala mengetahui gangguan
pendengaran.
Pemeriksaan audiometri nada murni ,
audiometri tutur (speech audiometry) dan
BERA (Brainstem Evoked Response
Audiometry) jenis dan derajat gangguan
pendengaran.
Foto rontgen mastoid
Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret
telinga

Otitis Media Supuratif Kronik


f. Terapi OMSK Benigna
Bila sekret keluar terus, diberikan obat cuci
telinga yaitu H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang -> obat tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid,
tidak lebih dari 2 minggu -> bersifat ototoksik.
Antibiotik oral : ampisilin atau eritromisin
sebelum hasil tes resistensi diterima.
Bila sekret telah kering namun perforasi tetap
ada setelah diobservasi selama 2 bulan
miringoplasti atau timpanoplasti. Sumber infeksi
harus diobati dulu

Otitis Media Supuratif Kronik


Terapi OMSK Maligna
Pembedahan yatu mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti.
Bila terdapat abses subperiosteal
retroaurikular, maka dilakukan insisi
abses tersendiri sebelum
mastoidektomi.

Otitis Media Supuratif Kronik


g.
1.

2.

Komplikasi
Telinga tengah
Perforasi membran timpani persisten
Erosi tulang pendengaran
Paralisis nervus fasialis
Telinga dalam
Fistula labirin
Labirinitis supuratifa
Tuli saraf (sensorineural)

Otitis Media Supuratif Kronik


g.
3.

4.

Komplikasi
Ekstradural
abses ekstradural
Trombosis sinus lateralis
Petrositis
SSP
meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis

Otitis Media Supuratif Kronik


Komplikasi Otitis Media :
Komplikasi Intratemporal
1. Komplikasi di telinga tengah

Paresis nervus fasialis


kerusakan tulang pendengaran
Perforasi membran timpani

2. Komplikasi ke rongga mastoid

Petrositis
Mastoiditis koalesen

3. Komplikasi ke telinga dalam

Labirinitis
Tuli saraf/sensorineural

Otitis Media Supuratif Kronik


Komplikasi ekstratemporal
1.Komplikasi intrakranial

Abses ekstradura
Abses subdura
Abses otak
Meningitis
Tromboflebitis sinus lateralis
Hidrosefalus otikus

2.Komplikasi ekstrakranial
Abses retroaurikular
Abses Bezolds
Abses zigomatikus

Otitis Media Supuratif Kronis


1. Komplikasi Telinga Tengah
hampir selalu berupa tuli konduktif.
Pada membran timpani yang masih
utuh, tetapi rangkaian tulang
pendengaran terputus tuli konduktif
berat.
Contoh :
Paresis nervus fasialis
Otitis media akut Penyebaran infeksi langsung
ke kanalis fasialis
Otitis media kronis erosi tulang oleh
kolesteatom atau jaringan granulasi infeksi ke
dalam kanalis fasialis.

Otitis Media Supuratif Kronis


2. Komplikasi Telinga Dalam
Penyebaran oleh proses destruksi,
seperti oleh kolesteatoma (suatu kista
epiterial yang berisi deskuamasi epitel
atau keratin) atau infeksi langsung ke
labirin akan menyebabkan gangguan
keseimbangan dan pendengaran.
Terdiri dari :
a. Fistula labirin dan labirinitis
Otitis media supuratif kronis terutama yang dengan
koleosteatoma kerusakan pada bagian vestibuler
labirin fistula.
Pada keadaan ini infeksi dapat masuk, sehingga
terjadi labirinitis dan akhirnya akan terjadi
komplikasi tuli total atau meningitis.

Otitis Media Supuratif Kronik


b. Labirinitis
a. Definisi
infeksi pada telinga dalam (labirin) yang
disebabkan oleh bakteri atau virus.
= vestibular neuritis, vestibular neuronitis,
neurolabyrinthitis dan acute peripheral
vestibulopathy.
b. Gejala
akibat penyebaran infeksi ke ruang perilimfa.
Labirinitis umum (General) :

Vertigo berat dan tuli saraf berat

Labirinitis terbatas (Labirinitis sirkumskripta)

Vertigo saja atau tuli saraf saja

Otitis Media Supuratif Kronik


c. Klasifikasi
Labirinitis serosa
Labirinitis serosa difus
Labirinitis serosa sirkumskripta

Labirinitis supuratif
Labirinitis supuratif akut difus
Labirinitis supuratif kronik difus

d. Prognosis
Labirinitis serosa toksin disfungsi labirin
tanpa invasi sel radang.
Labirinitis supuratif sel radang
menginvasi labirin fibrosis dan osifikasi.

Otitis Media Supuratif Kronik


e. Penatalaksanaan
Operasi menghilangkan infeksi
dari telinga tengah.
Drenase nanah dari labirin
mencegah meningitis.
Antibiotika adekuat pada pengobatan
otitis media kronik dengan/tanpa
kolesteatoma.

Otitis Media Supuratif Kronik


g. Pemeriksaan Penunjang
Terlihat bayangan kolesteatom pada foto
mastoid.

Otitis media non supuratif


Keadaan terdapatnya sekret yang
nonpurulen di telinga tengah,
sedangkan membran timpani utuh
Efusi encer otitis media serosa,
efusi kental seperti lem otitis
media mukoid

Otitis media serosa adanya transudat


atau plasma yang mengalir dari pembuluh
darah ke telinga tengah perbedaan
tekanan hidrostatik
Otitis media mukoid timbul akibat
sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang
terdapat di dalam mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, dan rongga mastoid

Etiologi
Terganggunya fungsi
tuba eustachius
Adenoid hipertrofi
Adenoitis
Sumbing palatum
Tumor di nasofaring

Barotrauma
Sinusitis
Rinitis
Defisiensi
imunologik atau
metabolik

Klasifikasi
Otitis media serosa akut
Otitis media serosa kronik

Otitis media serosa akut


Keadaan terbentuknya sekret di
telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi
tuba

Etiologi
Sumbatan tuba karena tersumbatnya tuba

secara tiba-tiba seperti pada barotrauma


Virus berhubungan dengan dengan infeksi

pada jalan napas atas


Alergi keadaan alergi pada jalan napas atas
Idiopatik

Gejala
Pendengaran berkurang utama
Rasa tersumbat pada telinga
Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau
berbeda pada telinga yang sakit
Terasa cairan yang bergerak dalam telinga
Tinitus, vertigo, atau pusing ringan
Otoskopi membran timpani retraksi
Tuli konduktif garpu tala

Pengobatan
Medikamentosa
Obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung)
Antihistamin
Perasat valsava tanda-tanda infeksi jalan
napas atas
Pembedahan
Miringitomi gejala menetap
Pemasangan pipa ventilasi masih belum sembuh

Otitis media serosa kronik


Lebih sering pada anak-anak
Sekret kental seperti lem glue ear

Etiologi
Karena gejala sisa dari OMA
Infeksi virus
Keadaan alergi
Gangguan mekanis tuba

Gambaran klinik
Perasaan tuli lebih menonjol (40-50
dB)
Otoskopi membran timpani utuh,
retraksi, suram, kuning kemerahan,
atau keabu-abuan

Pengobatan
Mengeluarkan sekret dengan miringitomi
dan memasang pipa ventilasi
Pada kasus baru dekongestan tetes
hidung serta kombinasi anti histamindekongestan per oral kadang bisa
berhasil

Pemeriksaan
Otoskopi
Pneumatic otoscope
Meniupkan udara secara perlahan ke gendang
telinga, dan melihat pergerakannya

Tympanometry.
Mengukur gerakan membran timpani dengan
mengubah tekanan di dalam telinga

Acoustic reflectometry.
Menggunakan alat yang menghasilkan suara
dalam berbagai frekuensi

Otitis media adhesiva


Keadaan terjadinya jaringan fibrosis di telinga
tengah sebagai akibat proses radang yang
berlangsung lama
Komplikasi dari otitis media supuratif atau otitis
non supuratif rusaknya mukosa telinga tengah
Waktu penyembuhan terbentuk jaringan fibrotik
yang menimbulkan perlekatan
Kasus berat angkilosis pada tulang-tulang
pendengaran

Gambaran klinik
Pendengaran berkurang dengan riwayat
infeksi telinga
Otoskopi gambaran membran timpani
bervariasi mulai dari sikatriks minimal,
suram sampai sikatriks berat, disertai
bagian-bagian yang atrofi atau
timpanosklerosis plaque

Otitis media adhesiva

PERFORASI MEMBRAN
TIMPANI

PERFORASI MEMBRAN
TIMPANI
Definisi:
Perforasi: lubang
Membran timpani: gendang telinga
Hilangnya sebagian jaringan dari membrane
timpani yang menyebabkan hilangnya
sebagian atau seluruh fungsi dari membrane
timpani.

ETIOLOGI PERFORASI
MEMBRAN TIMPANI
Infeksi akut pada telinga tengah
Trauma fisik dari telinga, yang tersering
adalah pukulan yang keras kearah telinga
dalam, tenaga yang timbul dapat
memecahkan atau merobek membran timpani.
Beberapa trauma yang lain adalah, perubahan
tekanan pada telinga yang berubah secara
mendadak, pada contohnya sering pada
penyelam, yang didahului dengan gangguan
pada saluran telinga dan mulut, peradangan
ataupun infeksi.

GEJALA KLINIS PERFORASI


MEMBRAN TIMPANI
Gejala klinis yang timbul pada perforasi membran
timpani adalah:
Penurunan pendengaran
Sensasi mendengar suara siulan saat meniup telinga
atau bersin
Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus
Tanda-tanda infeksi telinga tengah (demam, nyeri,
telinga berdenging)
Hilangnya fungsi pendengaran (test pendengaran),
hal ini menentukan apakah penderita membutuhkan
alat bantuan pendengaran atau tidak.

PEMERIKSAAN PERFORASI
MEMBRAN TIMPANI
Pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan biasanya adalah:
Otoskopi
Timpanometri
Test pendengaran (Audiologi)
(Swabach, Webber, dan Rinne)

NORMAL

PENGOBATAN PERFORASI
MEMBRAN TIMPANI
Terapi pengobatan pada perforasi membran timpani
ditujukan untuk mengendalikan infeksi pada telinga
tengah.
Penggunaan anti bacterial (Antibiotik oral atau tetes
telinga) sebaiknya digunakan jika hasil kultur dan
resistensi sudah didapatkan.
Penyumbatan pada lubang baik dengan lemak atau
bahan sintetis yang tidak menimbulkan reaksi tubuh
penerima (timpanoplasty).
Pengobatan ini memiliki tingkat keberhasilan 80
hingga 90 % tergantung dari besarnya perforasi
maupun komplikasi yang timbul.
Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri yang
timbul

PROGNOSIS PERFORASI
MEMBRAN TIMPANI
Adanya perforasi atau robekan pada
membran timpani menimbulkan rasa
tidak nyaman, tetapi biasanya akan
sembuh dengan sendirinya dalam
waktu 2 bulan.
Hilangnya fungsi pendengaran
biasanya untuk sementara waktu.

Tympanosclerosis
Tympanosclerosis adalah suatu kondisi di
mana terdapat kalsifikasi jaringan di telinga
tengah yg jika meluas dapat mempengaruhi
pendengaran.
Tympanosclerosis dapat diklasifikasikan
sebagai:
Myringosclerosis - hanya melibatkan membran
timpani
Intratympanic tympanosclerosis mempengaruhi
bagian telinga tengah lain: the ossicular chain,
atau yg lebih jarang mastoid cavity

Patofisiologi
Tympanosclerosis
Terdapat deposit kalsifikasi pd membran
timpani, ossicular chain, tympanic cavity
dan mastoid
Diperkirakan merupakan hasil dari
inflamasi persisten dan biasanya
berhubungan dgn infeksi kronik telinga
tengah
Terdapat proliferasi fibroblast
penumpukan serat kolagen dlm jumlah yg
byk hyaline mass formation
penumpukan kalsium

Etiologi Tympanosclerosis
Etiologi masih belum jelas, mungkin
disebabkan suatu bentuk jaringan parut
yang terkait dengan peradangan kronis
telinga tengah
Faktor penyebab dan yg berkaitan :

Chronic otitis media


Grommet (tympanostomy tube) insertion
Systemic slerosis
Carotid atheroma atau atherosclerosis
cholesteatoma

Tanda & Gejala


Tympanosclerosis
Karakteristik
chalky white
patches pada
eardrum
Pd bbrp kasus ,
tuli konduktif

Pemeriksaan Penunjang
Tympanosclerosis
Otoscopic examination
Pure tone audiometry - defines
extent and type of hearing loss
Tympanometry - the tympanogram
result can be affected by
tympanosclerosis
CT - may help with diagnosis of
disease within the middle ear cavity

Tympanosclerosis
Diagnosa Banding
Auditory canal
obstruction due to wax or
debris
Otosclerosis
Tympanic perforation
Chronic otitis media
(chronic suppurative otitis
media and otitis media
with effusion or 'glue ear')
Cholesteatoma
Glomus tumours (rare)

Manajemen
Hearing aids
Surgery

CHOLESTEATOMA
Definisi: kista epitelial yg berisi deskuamasi
epitel (keratin) terbentuk terus +
menumpuk
(Gray) kolesteatoma: ep. Kulit yg berada pada
tempat yg salah

Klasifikasi:
Kongenital
Kolesteatoma didapat primer (paling sering)
Kolesteatoma didapat sekunder

Teori patogenesis:
teori invaginasi (primer), teori migrasi & metaplasi
(sekunder)

Fs t. eustachius terggg

Inflamasi kronik t.
tengah cth: chronic
otitis media

Tekanan negatif retraksi


area lemah di m.timfani (pars
flacida)
Akumulasi keratin ok efek
retraksi
FR infeksi (pseudomonas,
proteus, coccus) + inflamasi

proliferasi sel keratinosit &


aktivitas osteoclastic+
cholesteatoma

Kolesteatoma merupakan media


pertumbuhan yang baik untuk mikroba
( Proteus sp. Dan Pseudomonas sp. )
Gejala tanda yang berbahaya :
Abses / fistel retroaurikuler
Polip / granulasi pada liang telinga luar
Kolesteatoma yang terlihat
Sekret nanah dan berbau khas
Tampak bayangan kolesteatoma pada
rontgen mastoid

Kolesteatoma akuisital
Terbentuk setelah anak lahir
Terbagi atas :
a. Kolesteatom akuisital primer

Terbentuk tanpa di dahului oleh perforasi


membran timpani
Patogenesis : teori invaginasi

b. Kolesteatom akuisital sekunder

Terbentuk setelah adanya perforasi membran


timpani
Patogenesis : teori imigrasi atau teori metaplasi

Dasar terapi
Untuk tipe aman dapat dilakukan terapi
konservatif ataupun medikamentosa
Pemberian obat cuci telinga ( H2O2 3% )
Antibiotik & kortikosteroid tetes
Antibiotik oral ( ampicillin atau eritromycin )
Miringoplasti / timpanoplasti

Untuk tipe berbahaya umumnya surgikal


Mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti

Penyulit terapi
Perforasi membran timpani
Sumber infeksi dari faring,
nasofaring, hidung, sinus paranasal
Terbentuk jaringan patologis yang
irreversibel pada rongga mastoid
Gizi dan higien yang kurang

Prognosis

Daftar Pustaka
Sherwood L. Human physiology. 5th ed.
Belmont: Thomson Learning, 2004.
Junqueira LC, Cerneiro J, Kelley RO.
Basic histology. 8th ed. Connecticut:
Appleton & Lange, 1995.
Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna
DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007.

Anda mungkin juga menyukai