Bimbingan 2
Bimbingan 2
DERMATITIS ATOPIK,
DERMATITIS KONTAK ALERGIKA
(DKA),
DERMATITIS SEBOROIK, GONORE,
HERPES ZOSTER
Oleh
Dr.Rizqa Haerani S,SpKK,MKes
27 Mei 2014
KUSTA
DIAGNOSIS
Tanda Patognomonis
Tanda-tanda pada kulit
Perhatikan setiap bercak,
bintil
(nodul),
Bercak
berbentuk plakat dengan
kulit mengkilat atau kering
bersisik.
Kulit
tidak
berkeringat dan berambut.
Terdapat baal pada lesi
kulit, hilang sensasi nyeri
dan suhu, bercak putih.
Pada kulit dapat pula
ditemukan nodul.
DIAGNOSIS
Tanda Patognomonis
Tanda-tanda pada saraf
Penebalan nervus perifer,
nyeri tekan dan atau
spontan
pada
saraf,
kesemutan,
tertusuktusuk dan nyeri pada
anggota
gerak,
kelemahan
anggota
gerak dan atau wajah,
adanya deformitas, ulkus
yang sulit sembuh.
Tanda Lain
Bercak keputihan atau
kemerahan
Mati rasa/ kurang rasa
Bercak berbatas tegas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
mikroskopis
kuman
BTA pada sediaan
kerokan
jaringan
kulit.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tandatanda utama atau cardinal (cardinal signs), yaitu:
Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi
saraf
Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan
jaringan kulit (slit skin smear)
Sebagian besar pasien kusta diDiagnosis berdasarkan
pemeriksaan klinis
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Berikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini,
serta pengobatan serta pentingnya kepatuhan untuk
eliminasi penyakit.
Higiene diri dan pola makan yang baik perlu
dilakukan.
Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga
selesai terapi dilaksanakan.
Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT).
Salah satu obatnya adalah rifampisin.
Terapi PB lebih pendek daripada terapi MB
Penatalaksanaan
DERMATOFITOSIS
Definisi
Dermatofitosis: infeksi jamur dermatofita
mencernakan keratin di jaringan yang
mengandung zat tanduk str korneum pd
epidermis,rambut,kuku
Penularan --kontak langsung
Sumber penularan:
manusia (jamur antropofilik)
binatang (jamur zoofilik)
tanah (jamur geofilik).
Keluhan
Bercak merah bersisik yang gatal.
Adanya riwayat kontak dengan orang
yang mengalami dermatofitosis.
Faktor Risiko
Pemeriksaan Fisik
Gambaran umum:
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas
tegas, dengan bagian tepi lebih aktif, dan
konfigurasi polisiklik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan KOH: hifa panjang
dan artrospora.
Penegakan Diagnosis
(Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Bila diperlukan dilakukan
pemeriksaan penunjang.
Klasifikasi Dermatofitosis
Berdasarkan lokasi:
Tinea kapitis -- pd kulit dan rambut kepala
Tinea barbe -- pada dagu dan jenggot
Tinea kruris -- genitokrural, sekitar anus, bokong, perut
bawah.
Penatalaksanaan
Hygiene diri
Topikal :
Antifungal topikal seperti krim klotrimazol,
mikonazol, atau terbinafin
Pengobatan sistemik dengan:
Griseofulvin : dosis 0,5-1 g untuk orang dewasa
dan 0,25 0,5 g untuk anak-anak sehari atau
10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
Golongan azol, seperti:
Ketokonazol: 200 mg/hari,
Itrakonazol: 100 mg/hari, atau
Terbinafin: 250 mg/hari
Pengobatan diberikan 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan.
DERMATITIS ATOPIK
Keluhan
Gatal yang bervariasi - hilang timbul sepanjang
hari, (lebih hebat pada malam hari).
Pasien biasanya mempunyai riwayat juga sering
merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau
merasa tertekan.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Kulit penderita DA
Perabaan Kering,
Pucat/redup,
Jari tangan teraba dingin.
Terdapat papul, likenifikasi, eritema,
erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta
pada lokasi predileksi.
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan:
anamnesis dan
Pemeriksaan fisik : 3 kriteria mayor dan
3 kriteria minor dari kriteria Williams
(1994)
Kriteria Mayor:
1. Pruritus
2. Dermatitis di muka atau
ekstensor pada bayi dan
anak
3. Dermatitis di fleksura
pada dewasa
4. Dermatitis kronis atau
berulang
5. Riwayat atopi pada
penderita atau keluarganya
Kriteria minor:
1. Xerosis.
2. Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau
virus herpes simpleks).
3. Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris.
4. Pitriasis alba.
5. Dermatitis di papilla mamae.
6. White dermogrhapism dan delayed
blanchresponse.
7. Kelilitis.
8. Lipatan infra orbital Dennie-Morgan.
9. Konjunctivitis berulang.
10. Keratokonus.
11. Katarak subskapsular anterior.
12. Orbita menjadi gelap.
13. Muka pucat atau eritem.
14. Gatal bila berkeringat.
15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak.
16. Aksentuasi perifolikular.
17. Hipersensitif terhadap makanan.
18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh factor
lingkungan dan atau emosi.
19. Tes kulit alergi tipe dadakan positif.
20. Kadar IgE dalam serum meningkat.
21. Mulai muncul pada usia dini.
DERMATITIS KONTAK
ALERGIKA (DKA)
Company
Logo
Keluhan
gatal.
bercak kemerahan.
riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal
yang pernah digunakan, obat
sistemik, kosmetik, bahan yang
dapat menimbulkan alergi,
riwayat alergi di keluarga
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis
Lokalisasi dan pola kelainan kulit: seperti di ketiak
oleh deodorant, di pergelangan tangan oleh jam
tangan, dst.
Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap
suatu bahan yang bersifat iritan.
Pemeriksaan Penunjang
patch test/ tes tempel
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
DERMATITIS
SEBOROIK
Company
Logo
Keluhan
bercak merah dan kulit kasar.
ketombe ringan pada kulit kepala
(pitiriasis sika) -- keluhan lanjut
berupa keropeng yang berbau tidak
sedap dan terasa gatal
Tanda Patognomonis
1. Papul sampai plak eritema.
2. Skuama berminyak agak kekuningan.
3. Berbatas tidak tegas
Penatalaksanaan
Perhatikan faktor predisposisi: stres
emosional dan kurang tidur.
Diet : makanan rendah lemak.
Topikal
Bayi:
a. lesi di kulit kepala bayi: as salisilat 3% dlm
miny kelapa atau vehikulum yang larut air atau
kompres minyak kelapa hangat 1x/hari slm
bbrp hr
b. Dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1%
atau lotion selama beberapa hari.
c. Selama pengobatan, rambut tetap dicuci
Dewasa:
a. Pada lesi di kulit kepala : shampo selenium sulfida 1.8 (Selsun-R) atau
ketokonazol 2% shampo, zink pirition (shampo anti ketombe), atau pemakaian
preparat ter (liquor carbonis detergent) 2-5 % dalam bentuk salep dengan
frekuensi 2-3 kali seminggu selama 5-15 menit per hari.
b. Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0.05%
(catatan:
bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0.025%) selama
maksimal 2 minggu.
c. Pada kasus dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat diberikan
kortikosteroid kuat (betametason valerat krim 0.1%).
d. Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian krim
ketokonazol 2% topikal.
Oral sistemik
a. Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2
minggu,
atau
b. Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu
Gonore
Pada wanita :
Gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir
tidak pernah didapati kelainan obyektif.
Wanita umumnya datang setelah terjadi
komplikasi atau pada saat pemeriksaan antenatal
atau Keluarga Berencana (KB).
Keluhan yang sering adalah keluarnya cairan
hijau kekuningan dari vagina, disertai dengan
disuria, dan nyeri abdomen bawah.
Keluhan selain di daerah genital yaitu : rasa
terbakar di daerah anus (proktitis), mata merah
pada neonates dan dapat terjadi keluhan sistemik
(endokarditis, meningitis, dan sebagainya pada
gonore diseminata 1% dari kasus gonore)
Pada pria :
keluhan tersering adalah kencing nanah.
Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal
uretra, disusul dengan disuria, polakisuria dan
keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang
disertai darah.
Selain itu, terdapat perasaan nyeri saat terjadi ereksi.
Gejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak seksual.
Apabila terjadi prostatitis, keluhan disertai perasaan
tidak enak di perineum dan suprapubis, malaise,
demam, nyeri kencing hingga hematuri, serta retensi
urin, dan obstipasi.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Tanda Patognomonis :
Tampak eritem, edema dan ektropion
pada orifisium uretra eksterna, terdapat
duh tubuh mukopurulen, serta
pembesaran KGB inguinal uni atau
bilateral.
Apabila terjadi proktitis, tampak daerah
anus eritem, edem dan tertutup pus
mukopurulen
Diagnosis
Pada pria:
Pemeriksaan rectal toucher dilakukan untuk
memeriksa prostat: pembesaran prostat dengan
konsistensi kenyal, nyeri tekan dan bila terdapat
abses akan teraba fluktuasi.
Pada wanita:
Pemeriksaan in speculo dilakukan apabila
wanita tesebut sudah menikah. Pada
pemeriksaan tampak serviks merah, erosi dan
terdapat secret mukopurulen
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikroskopis sediaan
langsung duh tubuh dengan pewarnaan
gram untuk
menemukan kuman gonokokus gram
negatif, intra atau ekstraseluler.
Pada pria sediaan diambil dari daerah
fossa navikularis, dan wanita dari uretra,
muara kelenjar bartolin, serviks dan
rektum.
Diagnosis
Pemeriksaan lain bila diperlukan:
1. Kultur
2. Tes oksidasi dan fermentasi
3. Tes beta-laktamase
4. Tes Thomson dengan sediaan urine
Herpes Zooster
Keluhan
Nyeri radikular dan gatal terjadi
sebelum erupsi.
Keluhan dapat disertai dengan gejala
prodromal sistemik berupa demam,
pusing, dan malaise.
Setelah itu timbul gejala kulit kemerahan
yang dalam waktu singkat menjadi vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan
edema.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Sekelompok vesikel dengan dasar
eritem yang terletak unilateral
sepanjang distribusi saraf spinal
atau kranial.
Lesi bilateral jarang ditemui, namun
seringkali, erupsi juga terjadi pada
dermatom di dekatnya
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Bila diperlukan, pemeriksaan
mikroskopis dengan menemukan
sel Tzanck yaitu sel datia berinti
banyak
Terima kasih