KROMATOGRAFI
Slamet Ibrahim S.
Sekolah Farmasi ITB
Sistem kromatograf
Fase diam (Kolom dan lempeng )
Pompa (KCKT)
Fase gerak (KC dan KG) atau Cairan
pengembang (KLT)
Detektor
Sistem elektronik
Analit
1. Keberulangan penyuntikan
Dari penyuntikan ulang larutan baku
pembanding, yang dinyatakan sebagai
Simpangan Baku Relatif (SBR)
(Xi
SBR(%) = ---------------------X)2
X
n1
100
2. Faktor ikutan/simetris
()
Untuk membatasi bentuk kromatogram
yg tdk simetris (untuk menguji
kesimetrisan puncak kromatogram)
= perbandingan jarak tepi muka
sampai belakang puncak yg diukur dari
titik yg ketinggiannya 5% dari puncak
maksimum (0,05 h)
Simetris ,bila =1,
tidak simetris, bila 1 ,
Berekor, bila > 1, melambung ke depan
<1
Puncak maksimum
h
f
W0.05
= W0.05 / 2
f
3. Resolusi (Rs)
Diuji untuk memastikan terpisahnya
komponen2 yg terelusi berdekatan dan
utk memastikan efisiensi sistem secara
umum atau bila digunakan baku
dalam/internal
:
t 2
R
Rs = 2 (tR2 tR1)/
W1+W2
tR1
R 1,5
W1
N=16 (tR/W)
W2
2
4. Jumlah lempeng
teoritis (N)
Diuji untuk memastikan effisiensi kolom
dalam pemisahan.
Makin besar nilai N makin effisien
pemisahan yang terjadi.
N=16
(tR2/W2)
tR2
tR1
W1
W2
tR=waktu retensi
komponen
W=lebar dasar puncak
5. Retensi Relatif ()
Untuk memastikan identitas senyawa
dibandingkan baku pembanding
= (tR tm) / (ti tm)
Kadang diuji untuk memastikan
keterpisahan komponen yg diuji dari
komponen lain yang ditetapkan
= t(R)A/t(R)B
dimana t(R)A waktu retensi komponen
utama dan t(R)B waktu retensi
komponen tertentu
Kriteria
Tekanan
Faktor kapasitas
2 < k < 5
Faktor selektivitas
>1
Efisiensi kolom
N 10.000/m
Resolusi
R 1,5
Faktor ikutan/simetris
Tf = 1
Laju aliran
1 2 mL/menit
Keberulangan penyuntikan
SBR< 2%
Waktu pemisahan
1- - 20 menit
Kromatogram
Penggunaan pelarut
minimal
Detektor Integral
Tanggapan berbanding lurus
dengan massa total komponen
dlm daerah yg dielusi
Fase gerak murni rekorder
menunjukkan garis lurus
Komponen menunjukkan
tingkatan
respo
n
t1
t2
t3
t4 wakt
u
Detektor Diferensial
Kromatogram berupa puncak2
Masing2 puncak menggambarkan
komponen yang terpisahkan oleh
sistem kromatografi yang digunakan.
AUC (Area Under Curve = luas
daerah) berbanding lurus dgn massa
total komponen yg terelusi dalam
rentang waktu t2 t1
Lebih umum dan banyak digunakan
karena kesesuaiannya yang tinggi
tR2
tR1
t3
t4
pembandin
g
Sampel+pembandi
ng
KROMATOGRAFI
Analisis Kualitatif/Identifikasi
Pada Kromatografi kolom :
kromatogram analit dibandingkan
dengan kromatogram senyawa
pembanding dengan menggunakan
Waktu retensi (tR), atau volum retensi
(vR) sebagai parameter identitas.
Pada Kromatografi lapis tipis: bercak
analit dibandingkan dengan bercak
senyawa pembanding dengan
menggunakan nilai Rf atau Rr sebagai
parameter identitas.
Cara identifkasi
Perkiraan identifikasi dapat dilakukan dengan
pengamatan bercak dan harga Rf zat uji yang identik
berukuran yang hampir sama dengan bercak bahan
pembanding serta bercak campuran zat uji dan bahan
pembanding.
Harga Rf sendiri tidak dapat langsung digunakan
sebagai dasar identifikasi karena nilainya sangat
tergantung pada kondisi percobaan yang dilakukan.
Faktor yang dapat berpengaruh pada nilai Rf
adalah: kualitas fase diam, komposisi larutan
pengembang, kejenuhan bejana pengembang, suhu,
jarak pengembangan dan jumlah sampel yang
ditotolkan.
Untuk menghindari hal ini, maka identifikasi dilakukan
dengan cara ko-kromatograf, yaitu dengan
menotolkan tiga bercak : zat uji, campuran (zat uji dan
bahan pembanding), serta bahan pembanding pada
lempeng yang sama.
Nilai/Harga Rf:
Senyawa A =
(a/S)
Senyawa B =
(b/S)
Instrumentasi Kromatograf
Gas
Filters/Traps
Data system
H
RESET
Regulators
Syringe/Sampler
Inlets
Detectors
Gas Carrier
Hydrogen
Air
Column
Cara identifkasi
Dengan menggunakan detektor diferensial
kromatogram akan memunculkan puncakpuncak yang menggambarkan komponen
yang terdapat dalam suatu sampel.
Untuk identifikasi kromatogram senyawa uji
dibandingkan dengan kromatogram baku
pembanding yang dikromatografi dalam
kondisi yang tetap sama (tekanan, laju alir,
suhu, fase gerak dan kolom).
Sebagai parameter identitas digunakan
waktu retensi (tR ) atau retensi relatif
senyawa uji dibandingkan terhadap baku
pembanding.
2=A
suntik
3=B
4=C
6=D
8=E
1=?
5=?
suntik
7=?
Klasifkasi Pelarut
Kelas I : Pelarut-pelarut yang harus dihindari
dan tidak boleh ada pada sintesis obat atau
eksipien, dan pada proses formulasi obat jadi
karena bersifat karsinogenik pada manusia
dan sangat membahayakan lingkungan.
Kelas II: Pelarut-pelarut yang bersifat
karsinogenik pada hewan tetapi bersifat nongenotoksik atau menyebabkan kemungkinan
toksis seperti neurotoksik atau teratogenik.
Kelas III: Pelarut-pelarut kurang beracun atau
yang toksisitasnya rendah pada manusia
Bermacam-macam prosedur/metode
yang dilakukan dalam FI V adalah
Metode I hingga metode VI, dan metode
khusus untuk metilen klorida.
Teknik analisis KG : Headspace
analysis,
Dalam prosedur ini sampel ditempatkan
dalam vial yang bertutup karet kuat
bersama-sama pelarut yang tidak
menguap misalnya air. Vial dipanaskan
dan dikocok hingga setimbang dan
sebuah alat suntik diinjeksikan ke dalam
vial tsb lalu disedot sejumlah 1 ml gas
yang ada di atas campuran tsb.
Kemudian diinjeksikan ke kromatograf
gas.
Sifat
Noise
level
CN
Rentang
(g/cm3) Linear
Volume
Sel
( L)
1. UV-VIS
2. Fluoresensi
3. Konduktivit
as
4. Amperomet
ri
5. Indeks Bias
Selekti
f
Selekti
f
Selekti
f
Selekti
f
Umum
10-4 au
10-7 au
10-2 S/cm
0,1 nA
10-7 riu
10-8
10-12
10-7
10-10
10-6
18
8 25
15
0,5 5
5 - 15
10 4 105
103 - 104
103 104
104 105
103 - 104
7. Photoionization Detector
(PID)
8. Mass Selective Detector
(MSD)
9. Infra Red Detector (IRD)
10. Atomic Emission Detector
(AED)
11.Helium Ionization Detector
(HID)
12.Redox Chemiluminescence
Detector (RCD)
13.Thermionic Ionization
Detector (TID)
TCD
FID
NP- FID
ECD
FPD
PID
Analisis Kuantitatif
Diperlukan detektor yang harus tanggap
terhadap konsentrasi analit.
Secara umum berlaku persamaan R = k
C
Dimana R = Respon detektor
k = tetapan proporsionalitas
C = konsentrasi analit
Respon detektor dapat berupa luas
dibawah kurva (AUC), tinggi puncak
(H) atau ratio respon Ratio =
AUC1/AUC2 atau (H1/H2)
R = bC + a
R=respon instrumen utk parameter yg diukur
C=konsentrasi analit
b=tetapan proporsionalitas
a=tetapan empirik (sebagai nilai blangko yaitu larutan
yg
didalamnya tidak ada analit)
Rn
b = arah garis
= MN/LM
= (RnRn-1)/(Cn Cn-1)
b
Rn-1
M
L
a
C
Cn-1
Cn
x
x
x
x
C1
C2
Cu
C3
Koefsien
korelasi (r) = taksiran kelurusan/linier
Nilai r berada dlm rentang -1 r +1
Untuk analisis kurva yg baik r nya dlm rentang r
> 0,99
Modifkasi Perhitungan
kadar
1. Menggunakan larutan baku tunggal
. Asumsi :
. Kurva : R = bC + a,
bila C = 0 (blangko) maka R = a
bila a = 0, maka R = bC
. Maka konsentrasi larutan uji dapat dihitung
dengan :
Cu = (Ru/Rb) Cb = (Au/Ab) Cb =
(Hu/Hb)Cb
Ro = b . Cu
Ri = (Ro/Cu).Ci + Ro
Ri
Yo
Ci
Y = bC + a
Prosedur analisis :
Pembuatan kurva
Menaksir kadar sample uji
Menggunakan baku dalam tunggal
Baku
dalam
Ratio
(Ri/Rb
)
x
x
C=konsentrasi lar.baku
pembanding analit.
x
x
b=arah/lereng garis
x
C1
C3
C2
Cu
C4
TAHAPAN ANALISIS
SAMPEL
- Penyaringan
-
Penyiapa
n larutan
baku
Penyiapan
sampel
Pelarutan
- Pemisahan
Analitik
- Derivatisasi
- Clean up
Pengukuran
Perhitungan dan
statistika
Hasil analisis
- dan lain-lain
Terima kasih