Anda di halaman 1dari 22

RESPONSI KASUS

PENYAKIT GINJAL KRONIK

Oleh:
Josua (1202006068)
Komang Agus Triyana (1202006073)
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Raka Widiana, Sp.PD-KGH-FINASIM

PENDAHULUAN

Penyakit Ginjal Kronik


Proses patofosiologis dengan
etiologi beragam,
mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal progresif,
umumnya berakhir dengan
gagal ginjal
PGK stadium I-III umumnya
asimtomatik, manifestasi
klinis baru muncul pada
stadium IV-V
Saat ini jumlah pasien PGK
stadium V yang memerlukan
dialisis makin meningkat, akan
tetapi tidak semua pasien PGK
stadium V mendapatkan
pelayanan hemodialisis

Insiden dan prevalensinya


semakin meningkat dan
menjadi permasalahan
kesehatan global
PGK stadium V mutlak
memerlukan terapi
pengganti ginjal yang dapat
berupa hemodialisis,
peritoneal dialysis,
transplantasi ginjal
Peritoneal dialysis
dapat menjadi pilihan
utama

Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
Suwitra K, dkk. Chronic Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Dalam: Putra TR, Suega K, Artana IGNB, penyunting. Pedoman

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Kelainan struktural dan/atau kelainan fungsional


pada ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik:

Adanya bukti kerusakan ginjal yang dapat dideteksi


melalui pemeriksaan laboratorium (albuminuria (AER
30 mg/24jam; ACR 30 mg/g [3 mg/mmol]),
abnormalitas sedimen urin, gangguan elektrolit atau
yang lain oleh karena gangguan pada tubulus,
kelainan pada pemeriksaan histologi, kelainan
struktural yang terdeteksi melalui pencitraan, atau
riwayat transplantasi ginjal)
Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) (LFG < 60
ml/menit/1,73 m2)

Eknoyan G, Lameire N, Kasiske BL, Wheeler DC, Abboud OI, Adler S, dkk. KDIGO clinical
practice guideline for evaluation and management of CKD. 2012;3(1).

Klasifikasi

Didasarkan atas dua hal: derajat penyakit dan


dasar etiologi

Derajat penyakit: berdasarkan Laju Filtrasi


Glomerulus, dihitung menggunakan rumus Pada
perempua
Kockroft-Gault:
2
LFG (ml/menit/1,73m ) = (140 umur) x berat
n
n
dikalikan
0,85

badan (kg)

72 x kreatinin plasma (mg/dl)


Derajat
G1
G2
G3a
G3b
G4
K.G5
Penyakit

Suwitra
Ginjal Kronik. 2009. Buku
Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.

LFG

Penjelasan

(ml/menit/1,73m2)
90
60-89
45-59

Normal atau tinggi


Penurunan ringan
Penurunan
ringan-

30-44

sedang
Penurunan

15-29
< Ilmu
15 Penyakit
Ajar

Dalam Jilid II Edisi

sedang-

berat
Penurunan berat
ginjal
V. Gagal
Jakarta: Pusat
Penerbitan

Departemen Ilmu

Dasar etiologi:

Penyakit diabetes : DM tipe I dan II


Penyakit non diabetes :

Penyakit glomerular (autoimun, infeksi sistemik, obat,


neoplasia)
Penyakit vaskular (pembuluh darah besar, hipertensi,
mikroangiopati)
Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis kronik, batu,
obstruksi, keracunan obat)
Penyakit ginjal polikistik

Penyakit pada transplantasi :

Rejeksi kronik
Keracunan obat (siklosporin/takrolimus)
Penyakit reccurent (glomerular)
Transplant glomerulopathy

Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.

Epidemiologi

Prevalensi di negara maju 10-13% dari


populasi
PERNEFRI: 12,5% populasi di Indonesia
mengalami penurunan fungsi ginjal
Insiden di AS (1995-1999): 100 kasus per satu
juta penduduk per tahun, angka meningkat
8% tiap tahun
Malaysia: 1800 kasus baru gagal ginjal per
tahun
Insiden di negara berkembang lain: 40-60
kasus per satu juta penduduk per tahun

Suhardjono. Penyakit ginjal kronik, suatu epidemiologi global baru: protect your kidney save your heart. Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (PERNEFRI); 2010.

Etiologi

PERNEFRI -> Penyebab gagal ginjal pada


pasien yang menjalani hemodialisis di
Indonesia:

glomerulonefritis (46,39%)
diabetes mellitus (18,65%)
obstruksi dan infeksi (12,85%)
hipertensi (8,46%)
sebab-sebab lain: nefritis lupus, nefropati urat,
intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, tumor
ginjal, dan penyebab yang tidak diketahui
(13,65%)

Suhardjono. Penyakit ginjal kronik, suatu epidemiologi global baru: protect your kidney save your heart. Perhimpunan Nefrologi
Indonesia (PERNEFRI); 2010.

Glomerulonefritis kronis:

Penyebab gagal ginjal terbanyak nomor dua di


Jepang
Penyebab gagal ginjal terbanyak nomor tiga pada
pasien hemodialisis baru di Indonesia
Insidennya lebih tinggi pada usia < 40 tahun

Uchida S. Differential diagnosis of chronic kidney diasease (CKD): by primary diseases. Japan Medical Association Journal. 2011; 54(1):
22-26.
th

Patofisiologi

Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.

Diagnosis

Gambaran klinis:

Sesuai penyakit dasar


Sindrom uremia (lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia,
kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikaarditis, kejang, koma)
Gejala dari komplikasi (hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit)

Laboratorium:

Sesuai penyakit dasar


Peningkatan ureum dan kreatinin serum
Kelainan pada kadar biokimawi darah (penurunan kadar
hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia,
hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia,
hipokalsemia, asidosis metabolik)
Kelaian pada urinalisis (proteinuria, hematuria, leukosuria, cast,
isostenuria)

Mackenzie Hs, Brenner BM. Chronic renal failure and its systemic manifestasions. Dalam:
Brady HR, Wilcox CS, penyunting. Theraphy in nephrology and hypertension.

Radiologi:

Foto polos abdomen: batu radioopaque


USG: ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya
hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, atau kalsifikasi
Pielografi antegrad atau retrogad
Renografi

Biopsi dan histopatologi ginjal:

Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih


mendekati normal
Tujuan: mengetahui etiologi, menetapkan terapi, prognosis, dan
mengevaluasi hasil terapi yang telah diberikan
Kontraindikasi: ukuran ginjal yang sudah mengecil (contracted
kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak terkendali, infeksi
perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal napas, dan
obesitas

Mackenzie Hs, Brenner BM. Chronic renal failure and its systemic manifestasions. Dalam:
Brady HR, Wilcox CS, penyunting. Theraphy in nephrology and hypertension.

Penatalaksanaan
Terapi penyakit dasar
Pencegahan dan terapi kondisi
komorbid
Pencegahan dan terapi penyakit
kardiovaskuler
Menghambat perburukan fungsi
ginjal
Pencegahan dan terapi
komplikasi
Terapi pengganti ginjal

PGK derajat
G1

PGK derajat
G2

PGK derajat
G3
Mulai dipersiapkan pada
PGK derajat G4, mutlak
diperlukan pada PGK
derajat G5
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi

Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar


Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.

V.

Hemodialisis

Rahardjo P, Susalit E, Suhardjono. Hemodialisis. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1050-1052.

Hemodialisis

Indikasi dilakukannya hemodialisis pada PGK


selain sudah memasuki derajat G5 adalah:

pasien dengan keadaan umum buruk dan gejala


klinis nyata,
kalium serum > 6 mEq/L,
ureum darah > 200 mg/dL,
pH darah < 7,1,
anuria berkepanjangan (> 5 hari), dan
overload cairan

Rahardjo P, Susalit E, Suhardjono. Hemodialisis. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1050-1052.

Peritoneal dialysis

Goldstein M, Carrilo M, Ghai S. Continuous ambulatory peritoneal dialysis: a guide to


imaging appearances and complications. Insights Imaging. 2013; 4: 85-92.

Peritoneal dialysis

Indikasi dimulainya PD adalah PGK stadium 5 yang


memerlukan dialisis
Kontraindikasi absolut dilakukannya PD adalah:

kesulitan teknik operasi,


luka yang luas di dinding abdomen,
perlekatan yang luas dalam rongga peritoneum (akibat
operasi daerah abdomen atau riwayat inflamasi
sebelumya),
tumor atau infeksi di dalam rongga abdomen (adneksitis),
riwayat ruptur divertikel,
hernia berulang yang tidak dapat dikoreksi,
fistel antara peritoneum dan rongga pleura, dan
tidak dapat melakukan PD secara mandiri dan tidak ada
yang membantu dalam melakukan PD.

Suwitra K, dkk. Chronic Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Dalam: Putra TR, Suega K, Artana IGNB, penyunting.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Denpasar: Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/RSUP Sanglah; 2013.

Peritoneal dialysis

Keuntungan utama dari CAPD adalah penggunaannya


cepat dan mudah, relatif tidak mahal, tidak
memerlukan operator khusus, dan tidak terlalu
memerlukan antikoagulasi
CAPD lebih dipertimbangkan penggunaannya pada
pasien yang pemasangan akses vaskulernya agak sulit
atau pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler
Kerugian yang dapat ditimbulkan mencakup berbagai
macam komplikasi:

komplikasi medis (ketidakseimbangan asam-basa/elektrolit


atau infeksi)
komplikasi surgikal atau mekanikal yang berkaitan dengan
kateter

Goldstein M, Carrilo M, Ghai S. Continuous ambulatory peritoneal dialysis: a guide to


imaging appearances and complications. Insights Imaging. 2013; 4: 85-92.

Prognosis

Prognosis PGK yang tidak ditangani adalah


buruk
Mortality rate untuk pasien yang menjalani
dialisis adalah sebesar 20%
jika disertai dengan gangguan kardiovaskular,
mortality rate dapat meningkat menjadi 30%
Prognosis berdasarkan LFG dan kategori
albuminuria:

Eknoyan G, Lameire N, Kasiske BL, Wheeler DC, Abboud OI, Adler S, dkk. KDIGO clinical
practice guideline for evaluation and management of CKD. 2012;3(1).

LAPORAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai