8 Akadmusyarakah
8 Akadmusyarakah
Shabrina 052
Afiqalisya 339
Dasar Syariah
Al Quran
Maka mereka berserikat pada sepertiga. (QS.an-Nisa:12)
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada
sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal shaleh. QS.Shad:24
As Sunnah
Hadits Qudsi dari Abu Hurairah: Aku (Allah) adalah pihak
ketiga dari dua orang yang berserikat, sepanjang salah
seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya.
Apabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku
keluar dari keduanya. (HR.Abu Dawud dan al-Hakim dari Abu
Hurairah).
Rukun Musyarakah
1. Pelaku (para mitra)
2. Obyek musyarakah
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
4. Nisbah keuntungan
Ketentuan Syariah
1. Pelaku
a) Para mitra harus cakap hukum dan baligh
b) Setiap mitra dianggap sebagai wakil dari
mitra lain dan dari usaha kerjasama
2. Obyek Musyarakah
a) Modal
b) Kerja
1. Modal
Modal yang diberikan harus tunai.
Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak,
atau aset perdagangan
Jika modal dalam bentuk non kas, maka harus menggunakan
nilai tunainya
Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur.
Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola
aset kemitraan.
Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah,
demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga
Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri
Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan
modal,
Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai
proyek atau investasi yang dilarang oleh syariah.
2. Kerja
c)
d)
Nisbah
Penentuan Nisbah
1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal
Menurut pendapat ini, keuntungan harus dibagi di
antara para mitra secara proporsional sesuai modal
yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah
pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama
ataupun tidak sama. Apabila salah satu pihak
menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut
akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar.
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan
modal
Menurut pendapat ini, dalam penentuan nisbah yang
dipertimbangkan bukan hanya modal yang disetorkan,
tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi
atau waktu kerja yang lebih panjang.