Anda di halaman 1dari 47

SKENARIO 4 - KEJANG

KELOMPOK 5B
5b.fkuki2014@gmail.com

MIND MAPPING

TUJUAN PEMBELAJARAN
FISIOLOGI DAN BIOKIMIA
NEUROTRANSMITER
MEMBEDAKAN KEJANG DENGAN
STATUS EPILEPSI
TATALAKSANA FARMAKO DAN NON
FARMAKO
EDUKASI

Neurotransmitter

Otak terdiri dari sekian


milyar sel neuron yang
satu dengan lainnya
saling berhubungan.
Hubungan antar
neuron tersebut
terjalin melalui impuls
listrik dengan bahan
perantara kimiawi
yang dikenal sebagai
neurotransmiter.

. Apabila mekanisme yang


mengatur lalu-lintas antar
neuron menjadi kacau
dikarenakan breaking system
pada otak terganggu maka
neuron-neuron akan bereaksi
secara abnormal.

Neurotransmiter
senyawa organik
endogenus
membawa sinyal di
antara neuron.
Neurotransmiter
terbungkus oleh
vesikel sinapsis,
sebelum dilepaskan
bertepatan dengan
datangnya
potensial aksi.

Metabolisme serotonin

Acethycolin (Ach)
Merupakan neurotransmitter
yang tidak diproduksi dalam
otak
Ditransportasikan ke otak dan
ditemukan pada seluruh
bagian otak
Memiliki konsentrasi tinggi di
basal ganglia dan korteks
motorik
Fungsi utama Acethylcolin
adalah mengatur atensi,
memori, rasa haus, mood,
tidur REM, memfasilitasi
perilaku seksual dan tonus
otot

Biokimia acetylcholine

Katekolamin

Katekolamin secara prinsip terdiri


dari norepinephrine, epinephrine dan
dopamine.
Bahan-bahan ini dibentuk dari
phenylalanine dan tirosin.

Metabolisme katekolamin

GABA

Beberapa asam amino mempunyai


efek eksitasi dan inhibisi yang
berbeda pada sistem saraf.
Derivat asam amino, aminobutyrate, disebut juga 4aminobutyrate (GABA) adalah
inhibitor yang cukup dikenal dari
transmisi presynaptic pada CNS, dan
juga retina.
Neuron yang mensekresikan GABA
disebut GABAergic.

GABA (GammaAminobutiric acid)


Merupakan produk
reaksi
dekarboksilasi asam
glutamat oleh
vitamin pyridoksal.

Biokimia GABA

Perbedaan Kejang dengan


Status Epileptikus

Pendahuluan

Dari seluruh kunjungan emergency, 1 % diantaranya adala kasus kejang .


Kejang merupakan tanda awal penyakit yang serius dan dapat berkembang
menjadi status epileptikus

Definisi
Kejang

Status
Epileptik
us

Perubahan fungsi otak mendadak


& sementara sebagai akibat dari
aktivitas neural yang abnormal &
pelepasan listrik serebral yang
berlebihan dengan/ tanpa
penurunan kesadaran
Onset : < 5 menit ,sebagian
besar berhenti sendiri

Bangkitan Kejang yang terjadi


terus menerus tanpa adanya
pemulihan kesadaran diantara
kejang atau aktivitas kejang yang
berlangsung lebih dari 30 menit

Catatan :
Untuk Onset
<5 menit :
Kejang ,
sebagian besar
berhenti sendiri
> 5 menit :
Kemungkinan
menjadi status
epileptikus
< 30 menit :
Kejang lama
>30 menit :
Status
Epileptikus
>60 menit :
Status
Epileptikus

Membedakan Kejang Biasa dengan


Status Epilepsi
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang
berlangsung secara intermitten dapat
berupa gangguan kesadaran, tingkah laku,
emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom
yang disebabkan oleh lepasnya muatan
listrik yang berlebihan di neuron otak.
Status epileptikus adalah kejang yang terjadi
lebih dari 30 menit
atau kejang berulang lebih dari 30 menit
tanpa disertai pemulihan kesadaran.

Perbedaan antara status epilepsy dan serangan yang


menyerupai kejang

Keadaan

Onset
Lama serangan

Kesadaran

Sianosis
Gerakan ekstremitas
Stereotipik serangan
Lidah tergigit atau luka lain
Gerakan abnormal bola
mata
Fleksi pasif ekstremitas

Dapat diprovokasi
Tahanan terhadap gerakan
pasif

Status
Epilepsi

Menyerupai
kejang

Tiba-tiba
Detik/menit
Sering
terganggu
Sering
Sinkron
Selalu
Sering

Mungkin gradual
Beberapa menit
Jarang terganggu
Jarang
Asinkron
Jarang
Sangat jarang

Selalu
Gerakan tetap
ada
Jarang

Jarang

Gerakan hilang
Hampir selalu

Jarang

Sumber:
Selalu Smith dkk (1998

TATALAKSANA

Pedoman Tatalaksana
Kegawatdaruratan dari Kelompok
Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI)
Stadium I (0-10 menit)
Pada kondisi ini, perbaikan fungsi kardiorespirasi adalah yang paling utama.
Harus dipatikan bahwa jalan napas
pasien tidak terganggu. Dapat pula
diberikan oksigen. Jika diperlukan
resusitasi dapat dilakukan

Stadium II (1-60 menit)


Pada stadium ini, perlu dilakukan pemeriksaan status
neurologis dan tanda vital. Selain itu, perlu juga
dilakukan monitoring terhadap status metabolik,
analisa gas darah dan status hematologi.Pemeriksaan
EKG jika memungkinan juga perlu dilakukan .
Selanjutnya dilakukan pemasangan infus dengan NaCl
0,9%. Bila direncakanan akan digunakan 2 macam
obat anti epilepsi, dapat dipakai 2 jalur infus. Darah
sebanyak 50-100 cc perlu diambil untuk pemeriksaan
laboratorium (AGD, glukosa, fungsi ginjal dan hati,
kalsium, magnesium, pemeriksaan lengkap
hematologi, waktu pembekuan dan kadar AED).
Pemberian OAE emergensi berupa:
Diazepam 0,2 mg/kg dengan kecepatan pemberian
5 mg/menit IV > evaluasi kejang 5 menit> masih
kejang (?) > ulangi pemberian diazepam.

Stadium III (0-60/90 menit)


Jika kejang masih saja berlangsung, dapat
diberikan:
Fenitoin IV 15-20 mg/kg dengan kecepatan
<50 mg/menit (tekanan darah dan EKG perlu
dimonitor selama pemberian fenitoin).Jika masih
kejang, dapat diberikan fenitoin tambahan 5-10
mg/kgbb.Bila kejang berlanjut, berikan
phenobarbital 20 mg/kgbb dengan kecepatan
pemberian 50-75 mg/menit (monitor pernapasan
saat permberian phenobarbital).Pemberian
phenobarbital dapat diulang 5-10
mg/kgbb.Pada pemberian phenobarbital,
fasilitas intubasi harus tersedia karena resikonya
dalam menimbulkan depresi napas.Selanjutnya,
dapat dipertimbangkan apakah diperlukan
pemberian vasopressor (dopamin).

Stadium IV (30-90 menit)


Bila selama 30-60 menit kejang tidak dapat
diatasi, penderita perlu mendapatkan
perawatan di ICU. Pasien diberi propofol
(2mg/kgBB bolus IV) atau midazolam
(0,1 mg/kgBB dengan kecepatan
pemberian 4 mg/menit) atau tiopentone
(100-250 mg bolus IV pemberian dalam 2o
menit dilanjutkan bolus 50 mg setiap 2-3
menit), dilanjutkan hingga 12-24 jam setelah
bangkitan klinik atau bangkitan EEG
terakhir, lalu lakukan tapering off. Selama
perawatan, perlu dilakukan monitoring
bangkitan EEG, tekanan intrakranial serta
memulai pemberian OAE dosis rumatan.

Tatalaksana Farmakologi

(Patofisiologi, Volume 2; Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson, 2014).

Edukasi

Jenis Informasi

Rincian informasi

Epilepsi secara umum

Definisi
Penyebab
Prognosis

Pengobatan

Pilihan terapi dan efek sampingnya


Pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum
obat

First Aid

Pertolongan pertama pada bangkitan

Gaya hidup

Olahraga, pola makan dan tidur yang tepat


Pengaruh alkohol

Kemungkinan
konsekuensi psikososial

Kecemasan
Stigma masyarakat
Rasa rendah diri

Epilepsi secara umum :

Epilepsi adalah suatu kondisi ketika


loncatan listrik saraf pada otak tidak
normal sehingga memicu kejang atau
kehilangan
kesadaran
yang
terjadi
beberapa kali.

Kelelahan, tekanan emosional, demam, dll


merupakan pencetus kejang.

Namun jangan khawatir, sebab kejang


dapat dicegah dan penderita epilepsi tetap
dapat menjalani hidup normal seperti
seusianya.

Pengobatan:

Pengobatan epilepsi bersifat jangka


panjang, dan penderita epilepsi memiliki
potensi suatu saat terjadi serangan
berulang. Karena itulah penting untuk
mengkonsumsi obat anti epilepsi secara
teratur.

Adapun efek samping obat seperti . . .


(bergantung pada pilihan terapi). Bila efek
samping sangat mengganggu, diharapkan
agar datang kembali, sebab penghentian
obat secara tiba-tiba dapat meningkatkan
risiko berulangnya kejang.

First Aid: (kepada


keluarga atau yang
mendampingi korban)

Ketika mengadapi pasien kejang:


Tetap tenang dan tidak panik
Kendorkan pakaian pasien yang ketat
Posisikan pasien terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di
mulut atau hidung. Jangan memasukkan
sesuatu ke dalam mulut.
Ukur suhu dan catat lama kejang.
Tetap bersama pasien selama kejang
Berikan diazepam melalui anus. Dan jangan
diberikan bila kejang telah berhenti.
Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih

Gaya Hidup:

Coba atasi stress dan lakukan olahraga


ringan (jogging, berenang)

Makan yang teratur dan istirahat yang


cukup

Hindari alkohol dan narkotika

Hindari pencahayaan yang terlalu terang


secara tiba-tiba, atau stimulus visual
seperti TV, komputer atau video game

Kemungkinan
konsekuensi psikososial:

Keluarga cobalah untuk tidak overproteksi


maupun menunjukkan reaksi penolakan
terhadap pasien.
Sebab penderita epilepsi akan memiliki
kendala dalam kehidupan sosialnya.
Mengenai persepsi masyarakat misalnya
epilepsi adalah kutukan tidaklah benar.
Oleh karena itu pasien jangan rendah diri
maupun cemas.
Pasien tidak seharusnya dihindari tetapi
dihindarkan dari hal-hal yang mampu
mencetuskan kejang itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

HIPOTESIS
Adanya hubungan riwayat tidak
minum obat fenitoin dan kejang sejak
usia 4 tahun dengan keluhan pasien
saat ini

Anda mungkin juga menyukai