Anda di halaman 1dari 15

PELAYANAN TERPADU

SATU PINTU
Kelompok 7

PENGERTIAN
PPTSP Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PPTSP) adalah
kegiatan penyelenggaraan jasa perizinan
dan non-perizinan, yang proses
pengelolaannya di mulai dari tahap
permohonan sampai ke tahap penerbitan
izin dokumen, dilakukan secara terpadu
dalam satu tempat. Dengan konsep ini,
pemohon cukup datang ke satu tempat dan
bertemu dengan petugas front office saja..

Hal ini dapat


meminimalisasikan interaksi
antara pemohon dengan
petugas perizinan dan
menghindari pungutanpungutan tidak resmi jika ada
masyarakat yang ingin memiliki
izin tinggal.Misalnya pelayanan
pembuatan Bukti Pemilik
Kendaraan Bermotor (BPKB)
dan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK).

MAKSUD
Maksud diselenggarakannya Pelayanan
Perizinan Terpadu Satu Pintu adalah
sebagai upaya untuk mewujudkan
pelayanan perizinan dan non perizinan
yang cepat, efektif, efisien, transparan dan
memberikan kepastian hukum serta
mewujudkan hak-hak mesyarakat dan
investor untuk mendapatkan pelayanan
perizinan di bidang perizinan

TUJUAN

Mempercepat waktu pelayanan dengan


mengurangi tahapan-tahapan dalam pelayanan
yang kurang penting. Koordinasi yang lebih baik
juga akan sangat berpengaruh terhadap
percepatan layanan perizinan.
Menekan biaya pelayanan izin usaha, selain
pengurangan tahapan, pengurangan biaya juga
dapat dilakukan dengan membuat prosedur
pelayanan serta biaya resmi menjadi lebih
transparan.

Menyederhanakan persyaratan izin


usaha industri, dengan
mengembangkan sistem pelayanan
paralel dan akan ditemukan
persyaratan-persyaratan yang
tumpang tindih, sehingga dapat
dilakukan penyederhanaan
persyaratan. Hal ini juga berdampak
langsung terhadap pengurangan
biaya dan waktu.

Bentuk pelayanan terpadu ini bisa


berbentuk kantor, dinas, ataupun badan.
Dalam penyelenggaraannya, bupati/wali
kota wajib melakukan penyederhanaan
pelayanan atas permohonan perizinan dan non
layanan meliputi :

perizinan dilakukan oleh Penyelenggaraan Pelayanan


Terpadu Satu Pintu (PPTSP);
percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan
tidak melebihi standar waktu yang telah ditetapkan
dalam peraturan daerah;
kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari
ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan
daerah;

kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri


dan diketahui setiap tahapan proses pemberian
perizinan dan non perizinan sesuai dengan urutan
prosedurnya;
mengurangi berkas kelengkapan permohonan
perizinan yang sama untuk dua atau Lebih
permohonan perizinan;
pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM) yang ingin memulai
usaha baru sesuai dengan peraturan yang berlaku;
dan
pemberian hak kepada masyarakat untuk
memperoleh informasi dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan pelayanan Lingkup tugas PPTSP
meliputi pemberian pelayanan atas semua hentuk
pelayanan perizinan dan non perizinan yang
menjadi kewenangan Kabupaten / Kota.

ASAS

PENYELENGGARAAN PTSP

( K E P U T U S A N M E N PA N N O M O R 6 3 TA H U N 2 0 0 4 )

Transparan, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat


diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan
secara memadai serta mudah dimengerti oleh usaha jasa.
Akuntabel, yaitu dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan perizinan dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.Salah satu contoh dengan menggunakan jasa
urus perijinan yang resmi

Kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam


arti tidak membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender, dan status ekonomi.Dan juga
warga yang ingin memiliki surat ijin
membangun bangunan
Efisien, yaitu proses pelayanan perizinan
pariwisata hanya melibatkan tahap-tahap yang
penting dan melibatkan personil yang telah di
tetapkan.
Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban, yaitu
pemberi dan penerima pelayanan perizinan
harus memenuhi hak dan kewajiban masingmasing pihak.
Profesional,

pemprosesan perizinan melibatkan keahlian


yang diperlukan, baik untuk validasi administratif, verifikasi
lapangan, pengukuran dan penilaian kelayakan, yang masingmasing prosesnya dilaksanakan berdasarkan tata urutan dan
prosedur yang telah ditetapkan.

GAMBAR
ALUR

CONTOH LOKET PPTSP

KENDALA
Pertama, tidak semua kepala daerah/kepala dinas mau melimpahkan
kewenangannya ke kepala PTSP. BKPM (2013) mencatat baru 41 persen
pemerintah daerah yang mendelegasikan kewenangannya ke kepala
PTSP. Alasannya, beberapa izin terkait dinas spesifik, seperti kesehatan
dan lingkungan, yang dianggap perlu rekomendasi dinas terkait.
Kedua, keterbatasan sumber daya manusia. Idealnya PTSP memiliki
staf teknis, seperti ahli penilaian amdal, kesehatan, sipil, dan
transportasi. Namun, jumlah staf tersebut umumnya berada di
dinas/instansi asalnya dan bukan di PTSP.

Ketiga, status kelembagaan PTSP yang beragam. Ada yang


berbentuk badan, dinas, dan kantor, dengan implikasi
yang berbeda-beda. Jika berbentuk dinas dan badan
biasanya mudah berkoordinasi dengan dinas/badan lain
karena levelnya setara. Apabila dalam bentuk kantor
menjadi sulit berkoordinasi karena level yang berbeda.
Parahnya apabila PTSP masih bersifat unit yang
ditempelkan di kelembagaan lain.
Keempat, disharmoni regulasi PTSP dan ego sektoral.
Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan
Permendagri No 20/2008 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja Pelayanan Terpadu di Daerah. Setelah itu terbit
Perpres No 27/2009 tentang PTSP di Bidang Penanaman
Modal. Kedua peraturan tersebut membingungkan
pemerintah daerah mengingat banyak yang tumpang
tindih dalam kedua peraturan itu. Dampaknya, pemerintah
daerah seperti memiliki dua jenderal, yakni Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) dan Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) untuk koordinasi, pembinaan,
hingga pengawasan PTSP di daerah.

SARAN
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik
masih banyak hal yang masih harus dibenahi lagi guna
tercapainya kepuasaan bagi masyarakat. Oleh sebab itu
adanya kerjasama yang baik antara pihak pemerintah,
swasta serta peran serta masyarakat sangat dibutuhkan
dalam hal ini. Selain itu dari segi pemerintah seyogyanya
selain membuat program-program guna memperbaiki
kualitas pelayanan juga memperhatikan aspek sumber
daya aparaturnya sebagai pelaksana dari pemberian
pelayanan publik. Dari pihak masyarakat juga harus ikut
serta berperan aktif dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan publik, sehingga
dengan begitu dapat mengontrol pelaksanaannya

Anda mungkin juga menyukai