Anda di halaman 1dari 66

REVIEW

COMPANY LOGO

SEJARAH PERTAMBANGAN
Pertambangan sesungguhnya merupakan salah satu aktivitas manusia
yang tertua yang memainkan peran penting dalam peradaban manusia
Penambangan bawah tanah mulai pada jaman Neolitik (3500
2000 SM) di beberapa lokasi di Eropa, antara lain Norfolk,
UK dan Spiennes, Belgia
Kegiatan pertambangan secara terorganisir semakin berkembang
pada jaman Perunggu (2000 600 SM), terutama
pertambangan tembaga dan timah
Momentum perkembangan industri pertambangan dimulai pada
masa revolusi industri yang meningkatkan secara signifikan
kebutuhan akan bahan-bahan tambang yang merupakan bahan
baku industri

SEJARAH PERTAMBANGAN SAMPAI ABAD XIX

Pada tahun 1850 konsesi pertambangan pertama diberikan kepada


Pangeran Hendrik dan Baron van Tuyll van Serooskerken, yang
kemudian membentuk perusahaan Billiton Maatschappij (sekarang
salah satu perusahaan tambang besar dunia BHPBilliton)
Hasil eksplorasi yang dilakukan oleh Jawatan Pertambangan
memberi hasil; pada tahun 1868 endapan batubara Ombilin
ditemukan. Untuk mempersiapkan pembukaan tambang ini
kemudian dibangun jaringan kereta api Padang-Sawahlunto, dan
tambang batubara tsb mulai berproduksi pada tahun 1892

PERKEMBANGAN PERTAMBANGAN PADA ABAD XX AWAL

Awal abad XX mencatat perkembangan yang penting


dunia pertambangan di Indonesia
Tambang batubara di Tanjung Enim dibuka tahun 1919,
tambang emas Cikotok tahun 1926
Perkembangan mencapai puncaknya pada tahun 1941,
sebelum balatentara Jerpang menyerbu Indonesia

PERKEMBANGAN DI MASA 1942 -1949

Tambang-tambang diambil alih oleh Jepang


Jepang juga mengembangkan tambang-tambang baru, seperti
batubara di Kalimantan Selatan
Setelah perang dunia II usai, beberapa tambang dikuasai
kembali oleh orangorang Belanda

PERKEMBANGAN DI MASA 1950-1966

Tambang-tambang Belanda dinasionalisasi


Masalahnya kekurangan tenaga ahli pertambangan yang
mampu mengelola perusahaan tambang, baik sisi teknologi
maupun modal
Kondisi perusahaan pertambangan memburuk atau tidak
berkembang, produksi umumnya menurun

PERKEMBANGAN PASCA 1967

Masa orde baru membuka peluang modal asing dibidang


pertambangan
Perusahaan milik negara (BUMN) menjadi persero dan
selanjutnya go public
Sistem kontrak karya untuk modal asing (Freeport, INCO, dll)
sampai generasi VII
PKP2B (perjanjian karya pengusahaan pertambangan
batubara) untuk batubara sampai generasi III
Indonesia menjadi produsen yang terkemuka untuk timah
(peringkat # 2), tembaga (# 2), nikel (# 4) dan batubara
(pengekspor # 2)

SEJARAH PERTAMBANGAN
INDONESIA

COMPANY LOGO

Lanjutan..

Lanjutan..

COMPANY LOGO

PERATURAN PERUNDANGAN PADA MASA SEBELUM 1967

Lanjutan..

Lanjutan..

Lanjutan..

Lanjutan..

KUASA PERTAMBANGAN VS KONSESI

LUAS WILAYAH KP

INDISCHE
MIJN WET

1899

Tanjung enim
produksi

CONTRACT
3A

1906

MIJN
ORDINANTE

1910

1910

EKSPLORASI
TANPA HRS
DGN UU

1919

cikotok
1926

MERDEKA
1941

Puncak
produksi
tambang
nusantara

1945

NASKAH
RUU
TAMBANG
1952

PP 37 PERPU
UU TAMBANG
PERTAMA

1959

PEMBATALAN
HAK-HAK
PERTAMBANG
AN SEBELUM
1949

1960

ORBA
1963

1966

1967

PP NO. 20

Undang-undang No. 1/1967 tentang


Penanaman Modal Asing
Undang-undang No. 11/1967 tentang
Ketentuan2 Pokok Pertambangan

PP 20 tahun 1963 tentang Pemberian Fasilitas bagi Proyek2 yang


dibiayai dengan Kredit Luar Negeri atas dasar Production Sharing
1966 pada masa orde baru TAP MPRS XXIII/MPRS/1966 ttg
Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan
Pembangunan :
Kekayaan potensial potensial yang terdapat dalam alam Indonesia
perlu digali dan diolah agar dapat dijadikan kekuatan ekonomi riil
Potensi modal, teknologi, dan keahlian dari luar negeri dapat
dimanfaatkan
Untuk memanfaatkan modal luarnegeri akan ditetapkan UU tentang
modal asing

+Desentralisas
i
+Dekonsentras
i

Penguasaan

Penyelenggara
an
Penguasaan
Pertambangan
(Mining Right)

Hak
Pengusahaan
(Economic Right)

BANGSA INDONESIA
NEGARA
PEMERINTAH
- Penetapan Kebijakan dan Pengaturan
- Penetapan Standar dan Pedoman
- Penetapan Kriteria Pembagian Urusan
Pusat dan Daerah
- Tanggungjawab Pengelolaan minerba
berdampak nasional dan lintas
provinsi
PROVINSI
Tanggungjawab pengelolaan lintas
Kabupaten dan/atau berdampak
regional
Perda
KABUPATEN/KOTA
Tanggungjawab pengelolaan di Wilayah
Kabupaten/Kota
Perda
PELAKU USAHA
Badan Usaha (BUMN/BUMD, Badan
Usaha Swasta) dan Perseorangan)

UndangUndang

Kepemilikan
(Mineral Right)

REGULASI SEKTOR PERTAMBANGAN


LANDASAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN

ng
UUD 1945
Pasal 33 ayat 3

UU No.4/2009
tentang
Pertambangan
Mineral dan
Batubara

Regulasi
Pendukung
(PP, Permen,
Kepmen,dll)

Tujuan : Memanfaatkan Sumber daya Alam ,khususnya


mineral dan batubara untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang sebesar-besarnya
COMPANY LOGO

HIERARKI
KONSTIT
USI
UUD
LEGISLAS

UUD 1945 PASAL 33


UU NO 4/2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara

I
UU

PP

1. PP NO 22 TAHUN 2010 Tentang Wilayah Pertambangan


2. PP NO 23 TAHUN 2010 Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Minerba
3. PP NO 55 TAHUN 2010 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara
4. PP NO 78 TAHUN 2010 Tentang Reklamasi Dan Pascatambang
5.
No 24ESDM
TAHUN
2012
Tentang
atas PP No. 23
Tahun
1. PP
PERMEN
NO 28
TAHUN
2009 Perubahan
Tentang Penyelenggaraan
Usaha
Jasa
2010
Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana telah diubah dengan
2.

Permen

Tindaklanjut Pelaksanaan UU No.4/2009

3.
4.
5.
6.

Permen ESDM Nomor 24 Tahun 2012


PERMEN ESDM NO 34 TAHUN 2009 Tentang Pengutamaan Pasokan
Kebutuhan Mineral Dan Batubara Untuk Kepentingan Dalam Negeri
PERMEN ESDM NO 17 TAHUN 2010 Tentang Tata Cara Penetapan Harga
Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara
PERMEN ESDM NO 12 TAHUN 2011 Tentang Tata Cara Penetapan WUP
PERMEN ESDM NO 7 TAHUN 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral sebagaimana telah diubah dengan Permen Nomor 11 Tahun 2012
PERMEN ESDM No 02 Tahun 2013 ttg Pengawasan thp Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemda

PASAL PENTING UU 4/2009 (CHAPTER I)


NO

POKOK BAHASAN

Klarifikasi wewenang dan ruang lingkup urusan Pemerintah Pusat,


Propinsi dan Kabupaten/Kota (Ps. 6, 7, dan 8)

Desentralisasi perizinan IUP diberikan oleh Menteri, Gubernur, Bupati


sesuai dengan kewenangannya (Ps. 6, 7, 8)

Ditetapkan Wilayah Pertambangan (WP) sebagai bagian dari Tata Ruang


(Ps. 9 s/d Ps. 13)

Sistematika perizinan pertambangan sistem lelang dan permohonan


Wilayah Izin Usaha Pertambangan (Ps. 51, 54, 57, dan Ps. 60)

Penyederhanaan sistem perizinan: IUP Eksplorasi dan IUP Operasi


Produksi (Ps. 36)

Penegakan hukum dan mekanisme sanksi yang lebih jelas, termasuk bagi
pejabat yang menerbitkan izin di luar ketentuan undang-undang (Ps. 165)

Perjanjian/kontrak yang sudah ada tetap dihormati (Ps. 169)

Kewajiban pengolahan pemurnian di dalam negeri (Ps. 103)

925 Penetapan DMO untuk mineral dan batubara (Ps. 5)

PASAL PENTING UU 4/2009 (CHAPTER 2)


NO

POKOK BAHASAN

10

Pengalihan dan Divestasi saham (Ps. 97 s.d ps. 99 PP 23/2010)

11

Pegembangan dan pemberdayaan masyarakat (Pasal 108 s.d Ps. 109)

12

Peningkatan nilai tambah pertambangan (Ps. 102 s.d ps. 104)

13

Usaha jasa pertambangan (Ps. 124 s.d Ps. 127)

14

Penggunaan hak atas tanah (Pasal 134 s.d Ps. 138)

15

Kewajiban-Kewajiban pemegang IUP (Ps. 90 s.d Ps. 112)

16

Status KK/PKP2B Existing (Ps. 169)

26

MINERAL DAN BATUBARA

HARUS DAPAT DIMANFAATKAN


SERACA OPTIMAL

EKSPLOITASI M & BB:


BB:
DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK
NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN
KONFLIK PENGGUNAAN LAHAN

PERLU DIBUAT
WILAYAH PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
YANG MEMPERTIMBANGKAN
KESEIMBANGAN DAN
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN

DEPOSIT
SUMBER DAYA MINERAL
DAN BATUBARA

DIUSULKAN UNTUK DIJADIKAN


WILAYAH PERTAMBANGAN
DALAM RTRW

27

RTRWN
WILAYAH PERTAMBANGAN
Kawasan Lindung

Kawasan Budidaya
Kawsn Peruntukkan
Pertambangan

WPN WUP
(dalam hutan lindung dengan
pola penambangan tertutup
sesuai UU 41/1999
dan PP 15 Tahun 2010)

WUP

WPR

WPN

Peruntukkan lain

WP
28

1.
2.
3.
4.
5.

WP ditetapkan oleh Pemerintah (Menteri ESDM)


setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan
berkonsultasi dengan DPR RI
Penetapan WP dilaksanakan secara transparan,
terpadu, dengan mempertimbangkan aspek ekologiekonomi-sosial budaya-serta berwawasan lingkungan
WP dapat ditinjau kembali 1 kali dalam 5 tahun
Gubernur atau Bup/Walikota sesuai kewenangan dapat
mengusulkan perubahan WP kepada Menteri
berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian
WP terdiri atas:
a. Wilayah Usaha Pertambangan (WUP),
b. Wilayah Pencadangan Negara (WPN) dan
c. Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)
29

REKOMENDASI PENERBITAN WP/WUP


MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
1.

Pemerintah telah mengajukan permohonan rekomendasi penerbitan


WP/WUP untuk Mineral Bukan Logam dan Batuan kepada Komisi VII DPR
dalam beberapa kesempatan, dintaranya dalam RDP bulan Januari 2013
dan bulan Maret 2013;

2.

Dasar permohonan rekomendasi adalah sebagai berikut:

a.

Permohonan dispensasi yang diajukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota


kepada KESDM cq. Ditjen Minerba;

b.

Kebutuhan mineral bukan logam dan batuan tidak dapat disuplai oleh IUP
yang eksisting untuk memenuhi pembangunan insfrastruktur di daerah
termasuk untuk bahan baku semen, keramik, pembangunan rel kereta api,
jalan, dan bandara serta pembangunan sipil lainnya.

c.

Dalam rangka menghindari PETI dan meningkatkan PAD daerah karena


mineral bukan logam merupakan pajak daerah.

d.

Penerbitan izin mineral bukan logam dan batuan tidak melalui lelang, tetapi
melalui permohonan wilayah

e.

WIUP bukan logam dan batuan sudah diakomodir dalam RTRW


Prov/Kab/Kota

MEKANISME EVALUASI PERMOHONAN


DISPENSASI
2

Alasan pengajuan :

Ketidaktersediaan komoditas mineral bukan


logam dan batuan

Pembangunan infrastruktur

Penyerapan tenaga kerja (tenaga kerja dan


kontraktor lokal)

Pengaturan pengelolaan IUP pada suatu


wilayah yang sudah ditetapkan sehingga
PETI dan kerusakan lingkungan dapat
dicegah.

Sesuai

4
Kriteria Pemberian Rekomendasi:
Tidak
Terdapat pembangunan berskala nasional Sesuai
(MP3EI, Prioritas Nasional)
Pembangunan infrastruktur setempat
Ketimpangan supply-demand
Sesuai dengan RTRW Provinsi dan/atau
Kabupaten/Kota

a.
b.

(PP NOMOR 23 TAHUN 2010)


IUP Eksplorasi

PU

EKSPLORASI

IUP Operasi Produksi (OP) *)

FS

Kontruksi

Penambangan

pengolahan/
pemurnian

Pengngkutan/
Penjualan

pengolahan/
pemurnian

Pengangkutan/
Penjualan

Kegiatan
Usaha

Pengangkutan/
Penjualan

**)

*) Penambangan atau Pengolahan/Pemurnian dapat dilakukan


terpisah
**) Apabila Pengolahan/Pemurnian terpisah, harus kerjasama dengan
pemegang IUP OP Penambangan

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal :


1. Penerbitan IUP/IUPK Operasi Produksi yaitu Kepemillikan serta letak/lokasi wilayah tambang,
pelabuhan dan unit pengolahan, serta faktor lingkungan (dampak kegiatan
2. Penerbitan IUP Khusus Angkut-Jual yaitu lokus/cakupan dari kegiatan angkut-jual
32
3. Penerbitan IUP Khusus Olah-Murni yaitu asal dari komoditas tambang yang diolah

IZIN USAHA PERTAMBANGAN


(BAB I Pasal 3, 4 - BAB II Pasal 6,7,8,10,11,12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 BAB III 47, 48 - BAB IV 51, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60,
62, 63, 64, 65, 66, 67, PP No. 23 Tahun 2010 )

Usaha pertambangan dilakukan


berdasakan IUP, IUPK atau IPR dan
terletak pada WP

UU No. 11 Thn 1967


KP PU
KP EKSPLORASI
KP EKSPLOITASI
KP ANGKUT-JUAL
KP OLAH-MURNI

IUP/K EKSPLORASI &


OPERASI PRODUKSI

Dalam 1 WUP/K dapat terdiri atas 1 atau lebih WIUP


Setiap pemohon hanya dapat diberikan 1 WIUP/K
Bagi yang terbuka (go public) dapat lebih dari 1
WIUP

33

1. PELELANGAN WIUP MINERAL LOGAM DAN BATUBARA


a. Pemerintah/PEMDA mengumumkan pelelangan serta membentuk panitia lelang

Panitia Lelang :
1) Anggota panitia terdiri dari KESDM-Provinsi-Kabupaten/Kota
2) Tugas dan wewenang
3) Prosedur penentuan pemenang
4) Penunjukan pemenang berdasarkan harga dan pertimbangan teknis
5) Kesempatan sanggahan
b. Persyaratan lelang
1) Persyaratan administratif (a.n akta perusahaan dan NPWP)
2) Persyaratan teknis (pengalaman di bidang pertambangan, tenaga ahli, dll)
3) Persyaratan finansial (a.n Lap Keuangan dan Jaminan kesungguhan lelang
10% dari Kompensasi Data Informasi)
c. Usulan pemenang lelang berserta dokumen lelang diserahkan kepada
Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota u/ penerbitan IUP
d. Penerbitan IUP
e. Pemegang IUP/KK/PKP2B setelah habis masa perpanjangan ke II, akan
mendapatkan hak menyamai (right to match) pada saat wilayah eks nya dilelang.
35

2. PERMOHONAN WIUP MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN


(BAB II Pasal 20,21,31,32 PP No. 23 Tahun 2010)

a. Pemohon mengajukan permohonan kepada


pemerintah/Gubernur/Bupati/Walikota (sesuai kewenangan)
b. Memenuhi persyaratan yaitu administrasi, finansial, teknis , dan lingkungan
c. First Come first services
d. Penerbitan IUP
WPR ditetapkan oleh Bupati/Walikota
IPR diberikan oleh Bupati/Walikota (dapat dilimpahkan kepada Camat)
Dalam hal pada lokasi WIUP ditemukan komoditas tambang lainnya yang bukan
asosiasi mineral pertama, maka:
pemegang IUP/IUPK pertama mendapat prioritas untuk mengusahakannya dengan
membentuk badan usaha baru
Apabila pemegang pertama tidak berminat kesempatan diberikan kepada pihak lain
3. PERMOHONAN IUP
a. Pemenang lelang WIUP mineral logam dan batubara atau Pemohon WIUP
mineral bukan logam dan batuan yang telah mendapatkan peta WIUP
menyampaikan permohonan IUP kepada Menteri, Gub, Bupati/Walikota dalam
waktu 5 hari kerja dengan melengkapi persyaratan adm, teknis, finansial)
b. Jika IUP tidak diajukan maka dianggap mengundurkan diri

(Pasal 37 dan Pasal 48 UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba)

PEMERINTAH

PEMERINTAH DAERAH / PEMERINTAH

Wilayah
Kerja
dlm Kab/Kota

BUPATI / WALIKOTA

LOKAL

BUPATI

Wilayah
Kerja
lintas Kab/Kota

GUBERNUR

REGIONAL

GUBERNUR

Wilayah
Kerja
lintas Provinsi

PEMERINTAH

NASIONAL

PEMERINTAH

37

IUP EKSPLORASI

MINERAL

BATUAN

RADIO AKTIF

PROD

Max.
100.000
Min. 5.000

20 + (2x10)

Max. 25.000

Max.
50.000
Min. 5.000

20 + (2x10)

Max. 15.000

10 + (2x5)

EXPL

FS

LUAS

3 + (2X1)

1+(1)

2 + (2X1)

BATUBARA

BUKAN
LOGAM

KONS
T

PU

LOGAM

IUP OPERASI PRODUKSI

Max.
25.000
Min. 500

Jenis
ttn
1

Jenis
tertentu
3 + (1X1)

Jenis
tertent
u
1+(1)

Max. 5.000
Min. 5

3+(1x1)

Tergantung
Penugasan

LUAS

Max. 5.000

Jenis
tertentu
20 +(2x10)

5 + (2x5)
Tergantung
Penugasan

Max.1000
Tergantung
Penugasan

PP 55 Tahun 2010
RUANG LINGKUP:
A. Pembinaan pemerintah kepada pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota;
B. Pembinaan pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota kepada pemegang IUP,
IPR, atau IUPK;
C. Pengawasan Pemerintah kepada pemerintah
provinsi, kabupaten/kota;
D. Pengawasan pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota kepada pemegang IUP,
IPR, atau IUPK.
39

39

A.

Pembinaan pemerintah kepada pemerintah provinsi dan


pemerintah kabupaten/kota, meliputi:
1) Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan
2) Bimbingan, supervisi, dan konsultasi
3) Pendidikan dan pelatihan teknis manajerial, teknis
pertambangan, pengawasan di bidang mineral dan batubara.
4) Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan
evaluasi

B.

Pembinaan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah


kabupaten/kota kepada pemegang IUP, IPR, atau IUPK;
Administrasi pertambangan
2) Teknis operasional
3) Standar kompetensi profesi tenaga kerja
1)

40

A. Pengawasan Pemerintah kepada pemerintah provinsi,


kabupaten/kota;
1. Penetapan WPR
2. Penetapan dan pemberian WIUP mineral non logam /batuan
3. Pemberian WIUP mineral logam dan batubara
4. Penerbitan IPR
5. Penerbitan IUP
6. Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan kegiatan yang
dilakukan oleh pemegang IPR dan IUP
B. Pengawasan pemerintah/Pemprov, Pemkab/Kota kepada
pemegang IUP, IPR, atau IUPK
1. Pengawasan oleh Inspektur Tambang yang diangkat oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan ketentuan peraturan
41
perundang-undangan

PERMEN ESDM NO. 02


THN 2013
Permen ESDM Nomor 02 Tahun 2013 tentang

Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan


Usaha Pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah merupakan amanat dari Pasal 35 PP Nomor 55
Tahun 2010
Permen ESDM Nomor 02 Tahun 2013 (11 Januari 2013),
a.n mengatur tentang:
a.
b.
c.
d.

Pengawasan Pemerintah terhadap penerbitan IUP dan


IPR;
Pemberian WIUP mineral logam dan WIUP Batubara
Penetapan dan Pemberian WIUP mineral bukan logam dan
batuan
Pengawasan yang dilakukan Pemerintah terhadap KP/IUP
yang diterbitkan oleh Pemda dalam bentuk pengumuman
CNC dan Sertifikat CNC tetap berlaku

Dasar hukum: 124 s.d 127 UU Minerba jo.

Permen ESDM No 28 Tahun 2009


Beberapa isu penting:
Kegiatan inti pertambangan (penambangan serta

pengolahan/pemurnian) tidak dapat dijasakan


Perusahaan jasa pertambangan harus memiliki
IUJP atau SKT dari Menteri, Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai denggan kewenangannya
Perusahaan jasa pertambangan yang melakukan
kegiatan penambangan dapat dikenai Pidana dalam
Ps 158 UU Minerba

43

(Permen ESDM No. 28 Tahun 2009)

44

WILAYAH PERTAMBANGAN
&
IZIN USAHA
PERTAMBANGAN

WP merupakan bagian dari tata ruang nasional merupakan


landasan bagi penetapan kegiatan pertambangan. Ditetapkan
oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah
daerah dan berkonsultasi dengan DPR.

Dilaksanakan
secara

Transparan, partisipatif, dan


bertanggungjawab
Terpadu dengan memperhatikan pendapat dari instansi
pemerintah terkait,
masyarakat, dan dengan
mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial
budaya, serta berwawasan lingkungan
Memperhatikan Aspirasi Daerah

Wilayah Usaha Pertambangan (WUP)


Bagian dari WP yang telah memiliki
ketersediaan data, potensi, dan/atau
informasi geologi

WP TERDIRI ATAS

Wilayah Pencadangan Nasional (WPN)


Bagian dari WP yang dicadangkan
untuk kepentingan strategis nasional.

Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)


Bagian dari WP tempat dilakukan
kegiatan usaha pertambangan rakyat.

WUP
Satu WUP terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP yang berada pada lintas wilayah
provinsi, lintas wilayah kabupaten/kota, dan/atau dalam 1 (satu) wilayah
kabupaten/kota.
Luas dan batas WIUP mineral logam dan batubara ditetapkan oleh
Pemerintah
berkoordinasi dengan pemerintah daerah berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh
Pemerintah.
Kriteria untuk menetapkan 1 (satu) atau beberapa WIUP dalam 1 (satu) WUP adalah
sebagai berikut:

letak geografis;
kaidah konservasi;
daya dukung lindungan lingkungan;
optimalisasi sumber daya mineral dan/atau batubara; dan
tingkat kepadatan penduduk

WPN
Untuk kepentingan
Perwakilan Rakyat
daerah menetapkan
tertentu dan daerah
dan lingkungan.

strategis nasional, Pemerintah dengan persetujuan Dewan


Republik Indonesia dan dengan memperhatikan aspirasi
WPN sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas
konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem

WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diusahakan sebagian luas wilayahnya dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
WPN yang ditetapkan untuk konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan batasan waktu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.
Wilayah yang akan diusahakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
berubah statusnya menjadi WUPK.

WPR

Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR.


WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ditetapkan oleh bupati/walikota
setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota.
Kriteria untuk menetapkan WPR adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara
tepi dan tepi sungai;
2. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman Maksimal 25
(dua puluh lima) meter;
3. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
4. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektare;
5. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
6. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah

USAHA PERTAMBANGAN DIKELOMPOKKAN ATAS


PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM
PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM
PERTAMBANGAN MINERAL
PERTAMBANGAN MINERAL RADIOAKTIF
PERTAMBANGAN BATUAN

PERTAMBANGAN BATUBARA

IZIN USAHA PERTAMBANGAN

IUP terdiri atas dua tahap:


IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi
kelayakan;
IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.
Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan
sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

IUP Diberikan Oleh:


Bupati/Walikota
kabupaten/kota;

apabila

WIUP

berada

di

dalam

satu

wilayah

Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam 1


(satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota
setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
MENTERI apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah
mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

IUP Diberikan Kepada:

BADAN USAHA

KOPERASI;

PERSEORANGAN.

IUP EKSPLORASI / Keterangan Lain

Nama perusahaan;

Lokasi dan luas wilayah;


Rencana umum tata ruang;
Jaminan kesungguhan;
Modal investasi;
Perpanjangan waktu tahap kegiatan;
Hak dan kewajiban pemegang IUP;
Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan;
Jenis Usaha Yang Diberikan;
Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
Pertambangan;
Perpajakan;
Penyelesaian perselisihan;
Iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
AMDAL.

IUP OPERASI PRODUKSI / Keterangan Lain

nama perusahaan;
luas wilayah;
Lokasi penambangan;
lokasi pengolahan dan pemurnian;
pengangkutan dan penjualan;
modal investasi;
jangka waktu berlakunya IUP;
jangka waktu tahap kegiatan;
penyelesaian masalah pertanahan;
lingkungan hidup termasuk reklamasi dan pascatambang;
dana jaminan reklamasi dan pascatambang;
perpanjangan IUP;
hak dan kewajiban pemegang IUP;

rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar


wilayah pertambangan;
perpajakan;
penerimaan negara bukan pajak yang terdiri atas iuran tetap dan
iuran produksi;
penyelesaian perselisihan;
keselamatan dan kesehatan kerja;
konservasi mineral atau batubara;
pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi dalam negeri;
penerapan kaidah keekonomian dan keteknikan pertambangan
yang baik;
pengembangan tenaga kerja Indonesia;
pengelolaan data mineral atau batubara; dan
penguasaan,
pengembangan,
dan
penerapan
teknologi
pertambangan mineral atau batubara.

IUP
Diberikan untuk 1 jenis mineral atau batubara
Prioritas untuk jenis mineral lain jika akan diusahakan harus minta IUP baru
Jangka waktu IUP Eksplorasi:

Mineral logam
Mineral bukan logam
Mineral non logam jenis tertentu
Batuan
Batubara

- 8 tahun
- 3 tahun
- 7 tahun
- 3 tahun
- 7 tahun

Setiap pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi
sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya.
IUP Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan
atas hasil pelelangan WIUP mineral logam atau batubara yang telah mempunyai data
hasil kajian studi kelayakan

IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral logam dapat


diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral bukan logam dapat
diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.
IUP Operasi Produksi untuk pertambangan mineral bukan logam jenis
tertentu dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10
(sepuluh) tahun.
IUP Operasi Produksi untuk pertambangan batuan dapat diberikan
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.
IUP Operasi Produksi untuk Pertambangan batubara dapat diberikan
dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun

Pemegang IUP Eksplorasi mineral logam diberi WIUP dengan luas paling
sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak 100.000 (seratus ribu)
ha.
Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi mineral logam dapat
diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda.
Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral logam
diberi WIUP dengan luas paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) ha

Pemegang IUP Eksplorasi mineral bukan logam diberi WIUP dengan luas
paling sedikit 500 (lima ratus) hektare dan paling banyak 25.000 (dua
puluh lima ribu) ha.
Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi mineral bukan logam
dapat diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain
yang keterdapatannya berbeda.
Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral bukan logam diberi WIUP
dengan luas paling banyak 5.000 (lima ribu) ha.

Pemegang IUP Eksplorasi batuan diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5
(lima) hektare dan paling banyak 5.000 (lima ribu) ha.
Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi batuan dapat diberikan
IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain yang
keterdapatannya berbeda.
Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pemegang IUP Operasi Produksi batuan diberi WIUP dengan luas paling
banyak 1.000 (seribu) ha.

Pemegang IUP Eksplorasi Batubara diberi WIUP dengan luas paling


sedikit 5.000 (lima ribu) hektare dan paling banyak 50.000 (lima puluh
ribu) hektare.
Pada wilayah yang telah diberikan IUP Eksplorasi batubara dapat
diberikan IUP kepada pihak lain untuk mengusahakan mineral lain
yang keterdapatannya berbeda.
Pemberian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah
mempertimbangkan pendapat dari pemegang IUP pertama.
Pemegang IUP Operasi Produksi batubara diberi WIUP dengan luas
paling banyak 15.000 (lima belas ribu) ha.

IUP EKSPLORASI

MINERAL

PU

EXPL

FS

3 + (2X1)

1+(1)

2 + (2X1)

LOGAM

BATUBARA

BUKAN LOGAM

KONST

PROD

Max.
100.000
Min. 5.000

20 + (2x10)

Max. 25.000

Max. 50.000
Min. 5.000

20 + (2x10)

Max. 15.000

10 + (2x5)

Max. 25.000
Min. 500

Jenis
ttn
1

Jenis
tertentu
3 + (1X1)

Jenis
tertentu
1+(1)

Max. 5.000
Min. 5

3+(1x1)

Tergantung
Penugasan

BATUAN

RADIO AKTIF

LUAS

IUP OPERASI PRODUKSI

LUAS

Max. 5.000

Jenis tertentu
20 +(2x10)

5 + (2x5)

Tergantung
Penugasan

Max.1000

Tergantung
Penugasan

KESIMPULAN

WP

IUP

TERIMA KASIH..

COMPANY LOGO

Anda mungkin juga menyukai