Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL DISKUSI

PBL Blok Klinik


Skenario Monitor Apa Ya ?
Minggu XI
Tanggal 01 Desember s.d 03
Desember 2015

ANGGOTA KELOMPOK G
Elok Duwita Pratiwi
135070301111061
Nelly Widhaswara
135070301111062
Oktoviani Tri Handini
135070301111063
Delvy Rizqotul Ahadah
135070307111009
Atik Faizatitin
135070307111010
Rizqy Amanatul Husna
135070307111011
Devi Eka Nur Indah Sari
135070301111029
Arunia Kemala Putri
135070301111030
Caecilia Cita Sakti A.
135070301111031
Dwi Rahmat Putra Kurniawan 135070301111064
Sita Miyasa Purwati
135070301111065
Rachmi Mufida
135070301111066
Dea Nur Farida
135070301111068
Dwi Ayu Anggraini
135070301111069
Saila Nur Siti Khodijah
135070307111001

Kompetensi Yang Akan


Dicapai

1. Mengetahui monitoring dan evaluasi


dengan menggunakan indicator yang
sesuai dengan skenario.
2. Membuat rencana tindak lanjut asuhan gizi.

Skenario
Tn WW, 51 tahun, didiagnosa CVA thrombosis + DM Type 2 + HT st II,
MRS tanggal 20 April 2015 MRS dengan keluhan susah menggerakkan
anggota badan bagian kanan terutama tangan dan kaki serta
penglihatan menurun. LILA pasien 30 cm dan TL = 47 cm. KU: lemah,
kesadaran CM, nadi: 84x/menit, RR: 22x/menit, suhu: 36 oC, TD = 160/100
mmHg, sulit menelan (-), sulit mengunyah (+). Istri pasien yang
memberikan makanan selama pasien dirawat inap.
Diagnosa yang ditegakkan ahli gizi tanggal 20 April 2015 antara lain:
NI-5.1 Peningkatan kebutuhan protein disebabkan oleh adanya proteinuria
dan hipoalbumin ditandai
dengan kadar albumin 3,36 mg/dl dan
protein urin 2+.
NI-5.4 Penurunan kebutuhan purin disebabkan oleh gangguan metabolism
purin ditandai dengan kadar asam urat 9,2 mg/dl.
NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (peningkatan kadar glukosa
darah dan serum lipid) disebabkan oleh gangguan fungsi endokrin
ditandai dengan glukosa urin 3+, GDS 289 mg/dl, kolesterol total 255
mg/dl, trigliserida 672 mg/dl, LDL 127 mg/dl.
NB-1.7 Ketidaksesuaian dalam pemilihan bahan makanan disebabkan oleh
kurangnya dukungan keluarga ditandai dengan telur rebus @2 buah,
setiap makan selalu dengan kerupuk aci @2-3 keping.
NI-5.4 Penurunan kebutuhan natrium disebabkan oleh peningkatan tekanan
darah ditandai dengan tekanan darah 160/100 mmHg dan hasil recall
natrium 155% kebutuhan.
Intervensi yang diberikan adalah modifikasi jumlah dan jenis diet terkait
dengan penyakit pasien dengan memberikan makanan saring I + rendah
lemak + rendah garam untuk pagi hari serta makanan saring II + rendah
lemak + rendah garam untuk siang dan sore hari. Konsultasi sudah
diberikan kepada pasien dan keluarga. Ahli gizi juga sudah berkolaborasi
dengan dokter dan perawat terkait keadaan fisik-klinis pasien. Pasien
CVA dengan riwayat DM memiliki risiko mengalami malnutrisi sehingga
ahli gizi perlu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan

Daftar Unclear Terms


1. CVA (Cerebro Vasculer Accident) Trombosis
CVA atau Stroke merupakan kelumpuhan organ tubuh
tertentu karena kematian sel saraf pada otak yang
mengendalikan daerah tersebut karena kekurangan
oksigen sebagai akibat dari penyumbatan pembuluh
darah karena thrombosis, aterosklerosis, atau
perdarahan. Risiko terjadinya stroke adalah hipertensi
dan hiperkolesterolemi. (Kamus Gizi, 2010)
Trombosis adalah pembentukan endapan darah dalam
dinding pembuluh darah. (Kamus Gizi, 2010)
2. DM Tipe 2
Penyakit diabetes melitus ini umumnya disebabkan
oleh obesitas, tubuh dapat menghasilkan insulin
tetapi sel-sel lemak menolak insulin. Diabetes
mellitus tipe 2 lebih umum dibandingkan tipe 1.
Penyakit ini berkembang perlahan dan timbul setelah
usia diatas 40 tahun. Kelebihan berat badan
merupakan factor resiko, dapat dikontrol dengan
pengaturan berat badan dan olahraga. (Kamus Gizi,
2010)

3. Proteinuria
Proteinuria adalah adanya protein serum yang
berlebihan dalam urin, seperti pada penyakit ginjal
atau setelah latihan fisik yang berat. (Kamus Dorland
Edisi 28)
4. HT stage II
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah meningkat melebihi batas normal. Dengan cutoff
menurut JNC-7 sistole 160 mmHg dan diastole 100
mmHg dan menurut WHO dan ISHWG hipertensi stage
II tergolong sedang yaitu dengan cutoff systole 160179 mmHg dan diastole 100-109 mmHg.
(Wahyuningsih, 2013)
5. Endokrin
Endokrin merupakan sekresi internal atau berkenan
dengan sekresi internal atau hormonal. (Kamus
Dorland Edisi 28)
6. Hipoalbumin
Hipoalbumin merupakan rendahnya kadar protein
utama (albumin) di dalam darah. (Kamus Dorland Edisi

7. GDS (Gula Darah Sewaktu)


Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa pemperhatikan waktu
makan terakhir. (Widiyanti, 2006 dalam Khudin, 2014)
8. Purin
Purin merupakan senyawa C5H4N4, tidak terdapat
bebas di alam tetapi mengalami berbagai bentuk
substitusi untuk menghasilkan kelompok senyawa,
purin atau basa purin yang mencakup adenine dan
guanine yang ditemukan dalam asam nukleat serta
hipoxantin dan xantin. (Kamus Dorland Edisi 28)
9. Makanan saring
Makanan saring adalah makanan yang dimasak
dengan menggunakan lebih banyak air dan diberikan
sesudah disaring terlebih dahulu. (Kamus Gizi, 2010)

10. Metabolisme
Metabolism merupakan rangkaian proses transformasi
dalam tubuh yang mengubah senyawa kimia termasuk
zat gizi dalam makanan seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, mineral. Metabolism dibagi menjadi 2
yaitu anabolisme yaitu proses untuk membentuk
senyawa yang lebih besar dan kompleks dari zat gizi
dan senyawa yang lebih sederhana, dan katabolisme
yaitu proses memecah senyawa kimia dari molekul
besar menjadi lebih kecil yang umumnya berupa
reaksi oksodasi untuk menghasilkan energy. (Kamus
Gizi, 2010)
Metabolisme merupakan hasil gabungan semua proses
fisik dan kimiawi untuk menghasilkan dan
mempertahankan substansi hidup yang terstruktur
(anabolisme), dan juga transformasi untuk
menyediakan energi yang digunakan organisme
(katabolisme). (Kamus Dorland Edisi 28)

Hipotesis
LAPORAN\HIPOTESIS Week XI.doc
x

Daftar Learning Objecive


1. a. Bagaimana patofisiologi, etiologi, epidemiologi, sign dan
symptom, faktor resiko dan dampak dari penyakit CVA
Trombosis dan fase makanan untuk penyakit CVA?
Patofisiologi dari penyakit CVA
Stroke termasuk penyakit cerebrovaskular yang ditandai dengan
kamatian jaringan otak (infark cerebral) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO mendefinisikan
stroke sebagai gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan
oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain (WHO,
2011). Stroke adalah sebuah kondisi penurunan fungsi dan
kemampuan saraf akibat menurunya suplay darah ke otak yang
disebabkan oleh bebrapa faktor, diantaranya emboli, thrombus,
hipertensi, arterioschlerosis, ateroma, hiperlipidemia, diabetes
molitus, dan berbagai gangguan sirkulasi darah pada umumnya.
Pada intinya stroke disebabkan oleh ketidak adekuatnya aliran darah
ke otak sehingga oksigen yang diangkut oleh hemo globin menjadi
menurun, sementara oksigen berperan dalam proses pemecahan
glukosa menjadi energi. Akibat dari menurunnya suplay makanan
tersebut sel-sel otak berpotensi mengalami kematian. Kematian selsel otak berpengaruh terhadap penurunan fungsi dan kinerja dari
otak itu sendiri, otak memiliki dua fungsi yaitu sensorik dan motorik.
Akibat awal atau hal yang sering menjadi tanda awal stroke adalah
hemiparesiskontra lateral (kelumpuhan separuh anggota xtremitas

Kelumpuhan separuh ini ibarat sebuah rumah menyebabkan


ketimpangan karena sisi yang kuat harus menopang sisi lemah,
kesulitan yang muncul pertama kali tentu saja gangguan mobilitas fisik
atau ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari. (Wahyuningsih,
2013)
Etiologi dari penyakit CVA
Penyebab dari CVA adalah adanya bekuan atau koagulasi yang dapat
menghambat aliran darah menuju otak. Pada penderita CVA lansia ,
penyebab dari CVA dikarenakan adanya atherosklerosis. Dan pada
penderita CVA bukan lansia <55 tahun disebabkan adanya
hiperkoagulasi dan nonaterosklerosis vaskulopati. Aterosklerosis itu
sendiri diawali dengan tingginya lemak darah yang lama kelamaan akan
menjadi bekuan plak yang akan menyumbat aliran darah.
(Setyopranoto, 2011)
Epidemiologi dari penyakit CVA
Berdasarkan Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional
tahun 2007 presentase kejadian stroke di indonesia sebesar 72.3% dan
untuk wilayah jawa tengah sebesar 7.6 %. Data lain mengatakan bahwa
kejadian stroke di rsup dr. Kariadi semarang pada tahun 2005 sebanyak
574 kasus dan pada tahun 2006 sebanyak 631 kasus hal ini menunjukan
adanya peningkatan terhadap kejadian stroke di semarang (RISKESDAS ,
2007 dalam Sukmawati leny dkk, 2012)
Hasil survey yang dilakukan di US Amerika Serikat didapat data bahwa
stroke berada pada urutan ketiga teratas sebagai penyebab kematian
setelah penyakit jantung dan kanker. (Indahono, 2014

175.000 orang mengalami kematian (Victor & Ropper, 2001). Di


Indonesia penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh Survey ASNA
di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada
penderita stroke akut yang dirawat di Rumah Sakit (hospital based
study), dan dilakukan survey mengenai faktor-faktor risiko, lama
perawatan mortalitas dan morbiditasnya. Penderita laki-laki lebih
banyak dari perempuan dan profil usia di bawah 45 tahun cukup banyak
yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan di atas usia 65
tahun 33,5% (Misbach dkk., 2007).
Sign dan symptom dari penyakit CVA
1. Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan berbahasa (afasia) dan
gangguan fungsi intelektual
2. Buta separuh (hemianopsia)
3. Defisit batang otak
4. Tiba tiba mengalami mati rasa atau kelemahan pada bagian wajah,
tangan, atau tungkai. Istilah ini dikenal dengan hemiparesis,
monoparesis, atau yang jarang terjadi adalah quadriparesis
5. Tiba tiba mengalami kebingungan atau kesulitan dalam hal berbicara.
Lidah terasa lemah dan kaku
6. Tiba tiba kehilangan pengelihatan, menjadi kabur, gangguan lapangan
pandang, diplopia
7. Tiba tiba merasa pusing atau kehilangan keseimbangan dan koordinasi,
vertigo atau ataxia
8. Tiba tiba mengalami sakit kepala yang parah

9. Gangguan menelan (dysfagia)


10. Peningkatan reflek muntah dikarenakan adanya gangguan menelan
(dysfagia)
11. Penurunan kesadaran
12. Mendadak terjadi kejang
13. Terjadinya penurunan daya ingat
(Setyopranoto, 2011 ; CDC, 2011)
Faktor resiko dari penyakit CVA
Pada lansia. Penuaan yang dialami lansia menyebabkan pembuluh
darah mengeras dan menyempit (ateriosklerosis) dan adanya lemak
yang menyumbat pembuluh darah (aterosklerosis)
Pada bukan lansia. Pada golongan ini penyebab utama adalah stress,
penyalahgunaan narkoba, alcohol, faktor keturunan, dan gaya hidup
yang tidak sehat
Konsumsi makanan dengan LDL tinggi secara terus menerus (terutama
pada makanan siap saji)
Kebiasaan malas berolah raga dan bergerak, kebiasaan minum alcohol,
merokok, penggunaan narkotika dan zat aditif, waktu istirahat yang
kurang dan stress yang berkepanjangan
Tekanan darah tinggi kronik. (Wahyuningsih, 2013)

Pada faktor resiko terdapat faktor resiko yang bisa dikendalikan, faktor
resiko yang berpotensial bisa dikendalikan dan faktor resiko yang
tidak bisa dikendalikan sebagai berikut :
-

Bisa dikendalikan
Hipertensi
Penyakit jantung
Fibrasi atrium
Endolarditis
Stenosis mitralis
Infark jantung
Merokok
Anemia sl sabit
Transient
ischemic attac
(TIA)
Stenosis karotis
asimptomatik

Potenisal bisa dikendalikan


Diabetes mellitus
Hiperhomositemia
Hipertrofi ventrikel kiri

Tidak bisa dikendalikan


Umur
Jenis kelamin
Herediter
Ras dan ethnis
geografi

(Setyopranoto, 2011)
Dampak dari penyakit CVA
Stroke menimbulkan manifestasi klinis antara lain:
- Hemiparesis yakni kelemahan otot tungkai dan lengan pada satu sisi
yang berseberangan dengan sisi yang mengalami trombus.

- Hemiparestesia yakni rasa seperti kesemutan.


- Disfagia yakni mengalami gangguan menelan akibat adanya trombus
pada corpus callosum
- Disartria yakni kurang jelasnya dalam berbicara akibat melemahnya
atau melumuhnya otot lidah
- Afasia yakni gangguan dalam berkomunikasi.
(Mahan,2008)(Ismail,2010)
Fase makanan untuk pasien CVA
Berdasarkan tahapannya diet stroke dibagi menjai dua fase yaitu :
Fase akut (24-48 jam)
Fase akut adalah keadaan tidak sadarkan diri atau kesadaran umum
menurun. Pada fase ini diberikan makanan parenteral (nothing per
oral/NPO) dan di lanjutkan dengan makanan enteral (naso gastric
tube/NGT). Pemberian makanan parenteral total perlu dimonitor
dengan baik. Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema serebral.
Kebutuhan energi pada NPO total adalah AMB x 1 x 1.2 ; protein 1.5
g/kg BB; lemak maksimal 2.5 g/kg BB; dekstrosa maksimal 7 g/kg BB.
Fase pemulihan
Fase pemulihan adalah fase dimana pasien sudah sadar dan tidak
mengalami gangguan fungsi menelan (disfagia). Makanan diberikan
peroral secara bertahap dalam bentuk makanan cair makanan saring
makanan lunak dan makanan biasa.

b. Bagaimana hubungan antara ketiga penyakit yang ada dalam


scenario?
Jika dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes, pasien dengan
diabetes memeiliki resiko terkena stroke dua kali lebih besar serta 20%
pasien dengan diabetes mellitus meninggal diakibatkan stroke/CVA.
Pada Pasien Diabetes Mellitus terjadi kondisi hiperglikemi dimana
keadaan tersebut akan menyebabkan meningkatnya resiko kejadian
ischemic stroke. Diabetes Mellitus juga mempengaruhi pembuluh
darah, sehingga jika terjadi hiperglikemi pada kampanya ini, maka akan
menyebabkan dyslipidemia, terutama atherosclerosis dyslipidemia.
(Hewitt, 2012)
Sebuah studi menemukan bahwa sebanyak 54% penderita stroke pasti
juga terkena hipertensi. (State of Nation Strooke Statistics, 2015).
Sedangkan hipertensi yang merupakan bagian dari metabolic syndrome
pada pasien dengan diabetes mellitus. Sementara hipertensi
merupakan salah satu resiko terjadinya atherosclerosis. Hipertensi yang
terus menerus kemudian menyebabkan respon injury yang akan terjadi
mekanisme re-modelling sehingga pembuluh darah dapat tersumbat
dan meningkatkan resiko terkena thrombus dan rupture. (Jehangir
Khan, 2006)
Hipertensi merupakan salah satu komponen sindroma metabolik dan
komorbid diabetes mellitus yang sering dijumpai, dan sebaliknya
penderita dengan hipertensi mempunyai resiko mengidap diabetes
mellitus lebih tinggi dibandingkan dengan populasi yang normotensi.
Hipertensi pada penderita populasi dengan diabetes mellitus memiliki
sifat yang khas seperti adanya ekspansi volume, meningkatnya
sensitifitas terhadap garam, hipertensi sistolik terisolasi dan albuminria

c. Bagaimana hubungan ketiga penyakit yang ada dalam scenario


dengan status gizi?
Pasien CVA biasanya mengalami kondisi disfagia, yaitu kondisi di
mana pasien mengalami kondisi yang sulit untuk menelan. Karena itu,
pasien CVA sangatlah rawan untuk mengalami malnutrisi karena sulit
untuk menelan, maka intake akan tidak memenuhi kebutuhan. Selain
membawa resiko malnutrisi, kodisi disfagia juga rawan menyebabkan
pasien untuk mengalami dehidrasi dan beberapa komplikasi seperti
pneumonia yang membutuhkan enteral feeding. (Sukmawati, 2012)
Apabila hubunganny dibalik, status gizi juga bisa menjadi salah satu
factor resiko dari CVA. Seperti yang diketahui bahwa pada pasien
obesitas tingkat kolestrol, tekanan darah dan gula darah nya biasanya
tinggi. Selain itu, akan banyak factor pro inflamasai seperti TNF a
dan IL 6 yang memicu pembentukan plak pada endothel pembuluh
darah. Kondisi ini akan semakin meningkatkan resiko dari CVA. Selain
itu, pada pasien dengan gula darah yang tinggi biasanya darahnya
membeku secara tiba tiba baik di jantung maupun di otak. Apabila
terjadi di otak maka terjadilah kondisi CVA. (Wijayanti, 2012)
2. Bagaimana tahapan dalam melakukan monitoring dan
evaluasi?
Agar dapat melakukan monitoring dan evaluasi gizi yang tepat,
terdapat beberapa cara berfikir kritis dalam membuat perencanaan
monitoring dan evaluasi gizi yaitu:
- Memilih indicator yang sesuai dengan tanda dan gejala yang terdapat
pada diagnose gizi
- Menggunakan standar yang sesuai dengan indicator yang diukur

- Menjelaskan berbagai kemungkinan dari hasil yang diharapkan


- Menentukan faktor-faktor yang dapat membantu atau menghalangi hasil
yang diharapkan
- Menentukan keberlanjutan dari intervensi yang telah dilakukan
(ADA 2009 dalam Kusumastuty 2014, dalam Handayani 2014)
Sedangkan dalam pelaksanaannya, ada beberapa tahapan yang
dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Monitor perkembangan
Monitoring secara rinci untuk menentukan apakan tujuan dan hasil
yang diharapkan oleh klien dan ahli gizi benar-benar tercapai. Kegiatan
spesifik yang berkaitan dengan monitoring perkembangan meliputi:
a. Mengecek pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap
intervensi gizi
b. Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan/diimplementasikan
sesuai dengan preskripsi gizi yang telah ditetapkan.
c. Memberikan bukti/fakta bahwa intervensi gizi telah atau belum
merubah perilaku atau status gizi pasien/klien.
d. Mengidentifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif.
e. Mengumpulkan informasi yang menyebabkan tujuan asuhan tidak
tercapai.
f . Membuat kesimpulan yang harus di dukung dengan data/fakta.

Monitoring perkembangan memerlukan informasi tambahan mengenai


penyebab yang mungkin dapat menyebabkan gagalnya intervensi.
Diagnosa gizi dapat direvisi dan/atau rencananya diubah sesuai
dengan hasil informasi yang telah dikumpulkan. Oleh karena itu,
sangat memungkinkan jika Nutrition Care Process (NCP) dilakukan
lebih dari satu kali selama melakukan terapi/treatment gizi.
2. Mengukur hasil
Dalam melakukan pengukuran hasil dibutuhkan pengumpulan data
dalam jangka waktu tertentu. Hal ini adalah komponen kritis dalam
NCP. Kunci dalam melakukan pengukuran hasil adalah mengetahui apa
yang perlu untuk diukur. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
tahap ini yaitu:
a) Memilih indikator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan
b) Menggunakan indikator asuhan yang terstandar untuk meningkatkan
validitas dan reliabilitas pengukuran perubahan.
Hasil spesifik yang akan diukur sesuai dengan diagnosa gizi
yang ditegakkan, etiologi, tanda dan gejala yang diperoleh secara
langsung pada tahap assessment. Sehingga bentuk terstandar dalam
monev akan sesuai dengan bentuk assessment. Terdapat 4 domain
yang digunakan dalam monev yaitu Food/Nutrition Related History,
Anthropometric Measurements, Biochemical Data dan NutritionFocused Physical Findings.

ahap monitoring kemudian dievaluasi untuk menentukan apa saja perubahan yang terjadi sebagai hasil dari intervensi. Hal-hal ya

3. Evaluasi hasil
Hasil yang telah didapatkan pada tahap monitoring kemudian
dievaluasi untuk menentukan apa saja perubahan yang terjadi
sebagai hasil dari intervensi. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam
evaluasi hasil yaitu:
a) Membandingkan data yang di monitoring dengan tujuan preskripsi
gizi atau standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan
menentukan tindakan selanjutnya
b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil
kesehatan pasien secara menyeluruh.
Jenis dampak dapat dibagi menjadi:
- Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai
pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
- Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan
dan/atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,
minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.
- Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu
pengukuran terkait antropometri, biokimia dan parameter
pemeriksaan fisik/klinis.
- Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan
pada kualitas hidupnya.
- Setelah dilakukan evaluasi hasil, sangat memungkinkan adanya
diagnosa, tujuan dan intervensi gizi tambahan atau revisi dari yang
telah dilakukan sebelumnya.
(Kemenkes RI, 2014 dan Nelms, 2015)

4. Pencatatan Laporan (Dokumentasi)


Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk
pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi.
Terdapat berbagai cara dalam dokumentasi antara lain Subjective
Objective Assessment Planning (SOAP) dan Assessment Diagnosis
Intervensi Monitoring & Evaluasi (ADIME). Format ADIME merupakan
model yang sesuai dengan langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT).
(Kemenkes RI, 2013)
3. Apa saja komponen yang ada dalam monitoring dan evaluasi?
Hal yang perlu dicatat atau komponen yang terdapat dalam
monitoring dan evaluasi gizi adalah:
- Tanggal (WRHA,2012)
- Indikator spesifik yang diukur dan hasilnya
a. Indikator yang akan dimonitor untuk menentukan keberhasilan
intervensi
b. Umumnya berdasarkan gejala dan tanda dari diagnosis gizi antara
lain erat badan, asupan ,hasil lab dan gejala klinis yang berkaitan
Pada kunjungan ulang mengkaji:
- Monitoring :
a. Asupan total Energi, persentase Asupan KH , Protein, Lemak dari total
Energi , dan asupan zat gizi terkait diagnosis gizi pasien.
b. Riwayat diet dan perubahan BB/status gizi

c. Biokimia : Kadar Gula darah, ureum, lipida darah, elektrolit, Hb, dll
d. Kepatuhan terhadap anjuran gizi
e. Memilih makanan dan pola makan
(PGRS, 2013)
f. Peningkatan pengetahuan gizi
g. Data subjektif dan perkembangan keluhan pasien/klien (buku saku
asuhan gizi di puskesmas, 2012)
3. Perkembangan terhadap target/ tujuan
- Evaluasi :
Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh
pada asupan makanan dan zat gizi
Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan
atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman,
suplemen, dan melalui rute oral, enteral maupun parenteral
Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi. Pengukuran yang
terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan
fisik/klinis
Dampak terhadap pasien/klien terkait gizi pengukuran yang terkait dengan
persepsi pasien/klien terhadap intervensi yang diberikan dan dampak
pada kualitas hidupnya
(PGRS,2013)

4. Faktor pendorong maupun penghambat dalam pencapaian tujuan


5. Hasil/dampak positif atau negatif
6. Waktu. Yang dimaksud adalah waktu monitoring, seperti setiap hari,
satu minggu sekali, dan lain-lain (PAGT, 2014)
7. Rencana tindak lanjut intervensi gizi, monitoring, terapi dilanjutkan atau
dihentikan
8. Tanda tangan petugas (WRHA, 2012). Membubuhkan tanda tangan dan
nama jelas setiap kali menulis pada catatan medik (Wijayanti, 2012)
Perbedaan antara monitoring dan evaluasi

(UNICEF)

Bisa dibuat dalam bentuk tabel


Tangg
al

Domai
n
indikat
or dan
indikat
or
yang
diukur

Target
dan
cara
pengam
bilan
data

Hasil
pengu
kuran

Perkemba
ngan
terhadap
target

Identfika
si faktor
yang
mempen
garuhi

Hasil
dampa
k +/-

Wakt
u

Rencan
a
tindak
lanjut

Tand
a
tang
an

4. Bagaimana indicator, target pencapaian, waktu untuk mencapai


target, dan cara pengambilan data dalam monitoring dan
evaluasi yang sesuai dengan scenario?
LAPORAN\Nomer 4.docx

KESIMPULAN
Mahasiswa mampu memperoleh pengetahuan yang lebih luas dengan
mereview materi yang berhubungan dengan penyakit system saraf
khususnya CVA Trombosis atau stroke mengenai epidemiologi,
patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala, klasifikasi dan dampak dari
penyakit tersebut serta keterkaitan antara penyakit CVA trombosis
dengan penyakit lain yang ada pada skenario serta keterkaitannya
dengan status gizi. Dan mengetahui tahapan dalam melakukan
monitoring dan evaluasi dan mengetahui komponen yang ada dalam
monitoring dan evaluasi. Serta mengetahui monitoring dan evaluasi
dengan indicator, target pencapaian, waktu untuk mencapai target
serta cara pengambilan data yang sesuai dengan sKenario.

REKOMENDASI
Skenario yang diberikan sudah sangat baik dengan batasan permasalahan
yang jelas dan tepat sasaran, karena mahasiswa dapat belajar sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan.Untuk PBL pada pekan-pekan
selanjutnya mahasiswa diharapkan mampu lebih kritis lagi dalam
menyampaikan pendapatnya sehingga mampu meningkatkan
pengetahuan mahasiswa terkait topik-topik yang ada.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai