Anda di halaman 1dari 46

HAK DAN KEWAJIBAN

WARGA NEGARA

Pengantar/Sasaran
5.1 WARGA NEGARA INDONESIA

Warga negara memiliki peran yang vital bagi keberlangsungan


sebuah negara. Oleh karena itu, hubungan antara warga negara dan
negara sebagai institusi yang menaunginya memiliki aturan atau
hubungan yang diatur dengan peraturan yang berlaku di negara
tersebut.
Agar dapat memiliki status yang jelas sebagai warga negara,
pemahaman akan pengertian, sistem kewarganegaraan serta hal-hal
lain yang menyangkut warga negara hendaknya menjadi penting
untuk diketahui.
Dengan memiliki status sebagai warga negara, orang memiliki
hubungan dengan negara. Hubungan ini nantinya tercermin dalam
peran, hak dan kewajiban secara timbal balik antara warga negara
dengan negaranya.

rakyat lebih merupakan konsep politis.


Rakyat menunjuk pada orang-orang
yang berada di bawah satu
pemerintahan dan tunduk pada
pemerintahan itu. Istilah rakyat
umumnya dilawankan dengan penguasa.

warga negara secara umum


mengandung arti peserta, anggota,
atau warga dari suatu negara, yakni
peserta dari suatu persekutuan yang
didirikan dengan kekuatan bersama,
atas dasar tanggung jawab bersama
dan untuk kepentingan bersama

Penduduk adalah orang-orang yang dengan


sah bertempat tinggal tetap dalam suatu
negara. Sah artinya tidak bertentangan dengan
dengan ketentuan-ketentuan mengenai masuk
dan mengadakan tempat tinggal tetap dalam
negara yang bersangkutan.
Orang yang berada di suatu wilayah negara
dapat dibedakan menjadi penduduk dan non
penduduk. Adapun penduduk negara dapat
dibedakan menjadi warga negara dan orang
asing atau bukan warga negara.

Warga negara memiliki peran dan


tanggung jawab yang sangat penting
bagi kemajuan dan bahkan kemunduran
sebuah bangsa. Oleh karena itu,
seseorang yang menjadi anggota atau
warga suatu negara haruslah ditentukan
oleh Undang-undang yang dibuat oleh
negara tersebut.

Pasal 26 ayat (1&2) UUD


1945

Warga Negara Indonesia, adalah orang-orang


bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan dengan undang-undang
sebagai warga negara.
Penduduk, yaitu warga negara Indonesia dan
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia
(orang-orang asing yang tinggal dalam negara
bersifat sementara sesuai dengan visa/surat izin
untuk memasuki suatu negara dan tinggal
sementara yang diberikan oleh pejabat suatu
negara yang dituju) yang diberikan negara melalui
kantor imigrasi.

Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa


orang-orang bangsa lain, misalnya orang
peranakan Belanda, peranakan Cina,
peranakan Arab, dan lain-lain yang
bertempat tinggal di Indonesia,
mengakui Indonesia sebagai Tanah
Airnya dan bersikap setia kepada Negara
Republik Indonesia dapat menjadi warga
negara.

Pembedaan rakyat berdasarkan hubungan daerah tertentu


didalam suatu negara adalah :

Penduduk
Adalah mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu
wilayah negara (menetap) Biasanya penduduk adalah mereka yang
lahir secara turun temurun dan besar didalam suatu negara tertentu

Bukan Penduduk
Adalah mereka yang berada dalam suatu wilayah negara hanya untuk
sementara waktu. Contohnya para turis

Antara penduduk dan bukan penduduk dapat dibedakan berdasarkan


hak dan kewajiban. Misalnya hanya penduduk saja yang berhak
memiliki KTP

PEMBEDAAN RAKYAT BERDASARKAN HUBUNGAN


DENGAN PEMERINTAH NEGARA

Warga Negara
Adalah mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan
anggota dari suatu negara atau dengan kata lain mereka yang
menurut undang-undang atau perjanjian diakui sebagai warga
negara atau melalui proses naturalusasi
Bukan Warga Negara
Adalah mereka yang berada dalam suatu negara tetapi secara
hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan,
namun tunduk pada pemerintahan dimana mereka berada
(orang asing), seperti Duta Besar, Konselor
Antara Warga Negara dan Bukan Warga Negara dapat
dibedakan berdasarkan hak dan kewajibannya, misalnya warga
negara dapat mengikuti pemilu sedangkan bukan warga
negara tidak

WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT


UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006

1.

Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundangan atau


berdasarkan perjanjian Pemerintah RI dengan negara lain
sebelum Undang-undang ini berlaku sudah menjadi WNI.

2.

Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
dan ibu WNI.

3.

Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
WNI dan ibu warga negara asing.

4.

Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah
warga negara asing dan ibu WNI.

5.

Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau
hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.

6.

Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari
setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah

Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang


ibu WNI.
8. Anak yang lahir di wilayah negara RI yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di Wilayah Negara
RI selama ayah dan ibunya tidak diketahuI.
10. Anak yang lahir di Wilayah Negara RI apabila ayah dan
ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak
diketahui keberadaannya.
11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara RI dari
seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari
negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
7.

12. Anak

dari seorang ayah atau. ibu yang telah


dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
13. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah,
belum berusia 18 (delapan betas) tahun atau belum
kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI.
14. Anak Warga Negara Indonesia yang belum berusia 5
(lima) tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh
warga negara asing berdasarkan penetapan
pengadilan tetap diakui sebagai WNI.

ASAS KEWARGANEGARAAN REPUBLIK


INDONESIA
1.

2.

3.
4.

Asas Ius Sanguinis (law of the blood) adalah asas yang


menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
Asas Ius Soli (law of the soil) adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan
negara tempat kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang
Asas Kewarganegaraan Tunggal adalah asas yang
menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas adalah asas
yang menentu-kan kewarganegaraan ganda bagi anakanak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang

5.

6.

7.

8.

Asas Kepentingan Nasional adalah asas yang menentukan bahwa


peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional
Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai
negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri.
Asas Perlindungan Maksimum adalah asas yang menentukan bahwa
pemerintah wajib memberikan perlidungan penuh kepada setiap Warga
Negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar
negeri.
Asas Non Diskriminatif adalah asas yang tidak membedakan
perlakuan dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga
negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan
gender.
Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM adalah asas
yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara
harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada
umumnya dan hak warga negara pada khususnya.

Asas Keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa


dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara harus dilakukan secara terbuka.
10.Asas Publisitas adalah asas yang menentukan bahwa
seseorang yang memperoleh atau kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya.
11.Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan
adalah asas yang menentukan bahwa setiap Warga Negara
Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum
dan pemerintahan. Asas Kebenaran Substantif adalah prosedur
pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif,
tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
9.

PROSES PEWARGANEGARAAN
KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN
(Pelajari ya....)

Sistem Kewarganegaraan

Sistem kewarganegaraan merupakan


ketentuan/pedoman yang digunakan
dalam menentukan kewarganegaraan
seseorang. Pada dasarnya terdapat tiga
sistem yang secara umum dipergunakan
untuk menentukan kriteria siapa yang
menjadi warga negara suatu negara,
yaitu kriteria yang didasarkan atas
kelahiran, perkawinan dan naturalisasi

Sistem Kewarganegaraan Berdasarkan


Kelahiran

Penentuannya dikenal dengan dua asas yaitu ius


soli dan ius sanguinis.
Ius berarti hukum, dalil atau pedoman. Soli
berasal dari kata solum yang berarti negeri,
tanah atau daerah, dan sanguinis berasal dari
kata sanguis yang berarti darah.
Dengan demikian ius soli berarti pedoman
kewarganegaraan yang berdasarkan tempat
atau daerah kelahiran, sedangkan ius sanguinis
adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan
darah atau keturunan atau keibubapakan.

Ilustrasi

Jika sebuah negara menganut ius soli, maka


seorang yang dilahirkan di negara tersebut
mendapatkan hak sebagai warga negara.
Begitu pula dengan asas ius sanguinis, jika
sebuah negara menganut ius sanguinis, maka
seseorang yang lahir dari orang tua yang
memiliki kewarganegaraan suatu negara
tertentu, Indonesia misalnya, maka anak
tersebut berhak mendapatkan status
kewarganegaraan orang tuanya, yakni warga
negara Indonesia.

Asas Ius Sanguinis

Kewarganegaraan dari orang tua yang


menurunkannya menentukan kewarganegaraan
seseorang, artinya kalau orang dilahirkan dari
orang tua yang berwarganegara Indonesia, ia
dengan sendirinya juga warga negara Indonesia.

Asas Ius sanguinis atau Hukum Darah (law of


the blood) atau asas genealogis (keturunan)
atau asas keibubapakan, adalah asas yang
menetapkan seseorang mempunyai
kewarganegaraan menurut kewarganegaraan
orang tuanya, tanpa melihat di mana ia
dilahirkan.

Asas ini dianut oleh negara yang tidak dibatasi oleh


lautan, seperti Eropa Kontinental dan China. Asas ius
sanguinis memiliki keuntungan, antara lain:
Akan memperkecil jumlah orang keturunan asing
sebagai warga negara;
Tidak akan memutuskan hubungan antara negara
dengan warga negara yang lahir;
Semakin menumbuhkan semangat nasionalisme;
Bagi negara daratan seperti China dan lain-lain, yang
tidak menetap pada suatu negara tertentu tetapi
keturunan tetap sebagai warga negaranya meskipun
lahir di tempat lain (negara tetangga).

Asas Ius Soli

Asas ius soli atau asas tempat kelahiran


atau hukum tempat kelahiran (law of the
soil) atau asas teritorial adalah asas
yang menetapkan seseorang
mempunyai kewarganegaraan menurut
tempat di mana ia dilahirkan. Asas ini
dianut oleh negara-negara imigrasi
seprti USA, Australia, dan Kanada.

Tidak semua daerah tempat seseorang dilahirkan


menentukan kewarganegaraan. Misalnya, kalau orang
dilahirkan di dalam daerah hukum Indonesia, ia
dengan sendirinya menjadi warga negara Indonesia.
Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan
anggota tentara asing yang masih dalam ikatan dinas.
Di samping dan bersama-sama dengan prinsip ius
sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di Amerika,
Inggris, Perancis, dan juga Indonesia. Tetapi di Jepang,
prinsip ius solis ini tidak berlaku. Karena seseorang
yang tidak dapat membuktikan bahwa orang tuanya
berkebangsaan Jepang, ia tidak dapat diakui sebagai
warga negara Jepang.

Untuk sementara waktu asas ius soli menguntungkan, yaitu dengan


lahirnya anak-anak dari para imigran di negara tersebut maka putuslah
hubungan dengan negara asal. Akan tetapi dengan semakin tingginya
tingkat mobilitas manusia, diperlukan suatu asas lain yang tidak hanya
berpatokan pada tempat kelahiran saja. Selain itu, kebutuhan terhadap
asas lain ini juga berdasarkan realitas empirik bahwa ada orang tua yang
memiliki status kewarganegaraan yang berbeda. Hal ini akan bermasalah
jika kemudian orang tua tersebut melahirkan anak di tempat salah satu
orang tuanya (misalnya di tempat ibunya). Jika tetap menganut asas ius
soli, maka si anak hanya akan mendapatkan status kewarganegaraan
ibunya saja, sementara ia tidak berhak atas status kewarganegaraan
bapaknya. Atas dasar itulah, maka asas ius sanguinis dimunculkan,
sehingga si anak dapat memiliki status kewarga-negaraan bapaknya.
Dalam perjalanan banyak negara yang meninggalkan asas ius soli, seperti
Belanda, Belgia, dan lain-lain. Selain kedua asas tersebut, beberapa
negara yang menggabungkan keduanya misalnya Inggris dan Indonesia.

Sistem Kewarganegaraan
Berdasarkan Perkawinan
A. Asas Kesatuan Hukum
Asas kesatuan hukum berdasarkan pada
paradigma bahwa suami-istri ataupun
ikatan keluarga merupakan inti
masyarakat yang meniscayakan suasana
sejahtera, sehat dan tidak berpecah.
Dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, suami-istri ataupun ikatan
keluarga yang baik perlu mencerminkan
adanya suatu kesatuan yang bulat.

Menurut asas kesatuan hukum, sang istri akan


mengikuti status suami baik pada waktu
perkawinan dilangsungkan maupun kemudian
setelah perkawinan berjalan.
Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat, melalui proses hemogenitas dan
asimilasi bangsa. Lebih-lebih istri memiliki tugas
memelihara anak yang dilahirkan dari perkawinan,
maka akan diragukan bahwa sang ibu akan dapat
mendidik anak-anaknya menjadi warga negara
yang baik apabila kewarganegaraannya berbeda
dengan sang ayah anak-anak.

B. Asas Persamaan Derajat

Suatu perkawinan tidak menyebabkan


perubahan status kewarganegaraan masingmasing pihak (suami atau istri). Baik suami
ataupun istri tetap berkewarganegaraan asal,
atau dengan kata lain sekalipun sudah menjadi
suami-istri, mereka tetap memiliki status
kewarganegaraan sendiri, sama halnya ketika
mereka belum diikatkan menjadi suami istri.
Negara-negara yang menggunakan asas ini
antara lain: Australia, Canada, Denmark, Inggris,
Jerman, Israel, Swedia, Birma dan lainnya

Asas ini dapat menghindari terjadinya


penyelundupan hukum. Misalnya, seseorang
yang berkewarganegaraan asing ingin
memperoleh status kewarganegaraan suatu
negara dengan cara atau berpura-pura
melakukan pernikahan dengan perempuan
di negara tersebut. Setelah melalui
perkawinan dan orang tersebut memperoleh
kewarganegaraan yang diinginkannya, maka
selanjutnya ia menceraikan istrinya.

C. Sistem Kewarganegaraan
Berdasarkan Naturalisasi

Walaupun tidak dapat memenuhi status kewarganegaraan


melalui sistem kelahiran maupun perkawinan, seseorang
masih dapat mendapatkan status kewarganegaraan melalui
proses pewarganegaraan atau naturalisasi.
Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif ada pula yang
pasif. Dalam pewarganegaraan aktif, seseorang dapat
menggunakan hak opsi untuk memilih atau mengajukan
kehendak menjadi warga negara dari suatu negara.
Sedangkan dalam pewarganegaraan pasif, seseorang yang
tidak mau diwarganegarakan oleh sesuatu negara atau
tidak mau diberi atau dijadikan warga negara suatu negara,
maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak
repudiasi, yaitu hak untuk menolak pemberian
kewarganegaraan tersebut

5.2 Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak-hak dan kewajiban warga negara


tercantum dalam Pasal 27 sampai
dengan Pasal 34 UUD 1945. Beberapa
hak dan kewajiban tersebut antara lain:

Hak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.


Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 berbunyi Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal
ini menunjukkan asas keadilan sosial dan
kerakyatan
Hak membela negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan Setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Selain itu, dalam Pasal 30 ayat (1) juga dinyatakan
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Hak

berpendapat, berserikat dan berkumpul, seperti


yang tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945 yang
berbunyi Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Hak kebebasan beragama dan beribadat sesuai
dengan kepercayaannya, sesuai dengan Pasal 29
ayat (1) dan (2) UUD 1945, di Pasal 29 ayat (2)
dinyatakan Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.

Hak

untuk mendapatkan pengajaran, seperti


yang tercantum dalam Pasal 31 ayat (1) dan (2)
UUD 1945.
1)
2)

Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan


pengajaran.
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan UUD 1945.

)Hak

mendapatkan jaminan keadilan sosial.


Dalam Pasal 34 UUD 1945 dijelaskan bahwa
Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara.

Hak

ekonomi atau hak untuk mendapatkan kesejahteraan


sosial. Pasal 33 ayat (1), (2), (3), (4), dan (5) UUD 1945
berbunyi:
1)
2)
3)

4)

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas


kekeluargaan
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya bagi kemakmuran rakyat
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar asas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatuan ekonomi nasional.

Selanjutnya hak-hak setiap warga negara


warga negara yang tertuang dalam UUD 1945
dinamakan hak konstitusional. Warga negara
berhak menggugat bila ada pihak-pihak lain
yang berupaya membatasi atau
menghilangkan hak-hak konstitusionalnya.
Secara garis besar, hak dan kewajiban warga
negara yang tertuang dalam UUD 1945
mencakup berbagai bidang, yakni bidang
politik dan pemerintahan, sosial, keagamaan,
pendidikan, ekonomi, dan pertahanan.

Kewajiban warga negara terhadap negara Indonesia,


antara lain:

Kewajiban menaati hukum dan


pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi: Segala warga negara
bersamaan kedudukannya dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
Kewajiban membela negara, seperti yang
tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 yang telah ditulis sebelumnya.

Prinsip utama dalam penentuan hak dan kewajiban


warga negara adalah terlibatnya warga (langsung atau
perwakilan) dalam setiap perumusan hak dan
kewajiban tersebut sehingga warga sadar dan
menganggap hak dan kewajiban tersebut sebagai
bagian dari kesepakatan mereka yang dibuat sendiri.
Di samping itu, setiap penduduk yang menjadi warga
negara Indonesia, diharapkan memiliki karakteristik
yang bertanggung jawab dalam menjalankan hak dan
kewajibannya. Karakteristik adalah sejumlah sifat atau
tabiat yang harus dimiliki oleh warga negara Indonesia,
sehingga muncul suatu identitas yang mudah dikenali
sebagai warga negara.

Sifat dan karakter warga negara


Indonesia
Memiliki rasa hormat dan tanggung jawab
Sifat ini adalah sikap dan perilaku sopan santun, ramah
tamah, dan melaksanakan semua tugas dan fungsinya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai negara yang
dikenal murah senyum dan ramah, identitas tersebut
sepatutnya dijaga dan dipelihara.
2. Bersikap kritis
Sifat ini adalah sikap dan perilaku yang berdasarkan data dan
fakta yang valid (sah) serta argumentasi yang akurat. Sifat
kritis ini diperlukan oleh setiap warga negara guna
menyaring segala informasi dan aktivitas baik mengenai
perorangan, pihak-pihak tertentu maupun aparat
pemerintahan, sehingga dapat mencegah segala
pelanggaran maupun eksploitasi yang mungkin terjadi.
1.

3. Melakukan diskusi dan dialog


Sifat ini adalah sikap dan perilaku dalam
menyelesaikan masalah (problem solving).
Hendaknya dilakukan dengan pola diskusi dan
dialog untuk mencari kesamaan pemikiran
terhadap penyelesaian masalah yang dihadapi.
4. Bersikap terbuka
Keterbukaan akan mencegah
pelanggaran/penyimpangan dan mampu
membangun sikap mental yang positif dan lebih
profesional.

5. Rasional
Sifat ini adalah pola sikap dan perilaku yang berdasarkan
rasio atau akal pikiran yang sehat. Sifat rasional ini identik
dengan tingkat pendidikan warga negara. Semakin banyak
warga yang berperilaku rasional, maka tingkat pendidikan
warga negara juga meningkat.
6. Adil
Sifat ini adalah sikap dan perilaku menghormati persamaan
derajat dan martabat kemanusiaan. Adil merupakan kata
yang mudah diucapkan , namun pelaksanaannya
menghadapi berbagai kendala. Perilaku adil harus dipupuk
dan dilatih sejak dini kepada generasi muda, karena
keadilan akan membawa kedamaian di kemudian hari.

7. Jujur
Kejahatan korupsi yang telah mengakar di
Indonesia merupakan contoh ketidakjujuran
yang sangat terlihat, dan telah banyak
menyengsarakan rakyat banyak dan
menyebabkan ketakutan investor dari
negara lain masuk ke Indonesia. Kejujuran
merupakan barang yang mahal saat ini.
Warga negara yang jujur akan membawa
negaranya menjadi bangsa yang besar.

Hak dan Kewajiban Negara atau


Pemerintah
Hak negara atau pemerintah meliputi:
1.

2.
3.

Menciptakan peraturan dan undang-undang yang


dapat mewujudkan ketertiban dan keamanan bagi
keseluruhan rakyat;
Melakukan monopoli terhadap sumber daya yang
menguasai hajat hidup orang banyak;
Memaksa setiap warga negara untuk taat pada
hukum yang berlaku.

Kewajiban Negara atau Pemerintah


1.

2.
3.
4.

5.

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan


seluruh tumpah darah Indonesia;
Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa;
Ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial;
Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
memeluk agama dan kepercayaannya;

6.

7.

8.

9.

Membiayai pendidikan, khususnya pendidikan


dasar;
Mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional;
Memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
belanja negara dan belanja daerah;
Memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia;

10.

11.
12.

13.

Menguasai bumi, air, dan kekayaan alam demi


kemakmuran rakyat;
Memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar;
Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan;
Bertanggung jawab atas persediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.

Anda mungkin juga menyukai