Anda di halaman 1dari 45

PENYAKIT RADANG PANGGUL

Pembimbing

:
Dr. Andi Dharma Putra, Sp.OG
Disusun oleh :
Arum Linangkung

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau Penyakit


Radang Panggul (PRP) adalah proses peradangan
pada uterus, tuba falopi, dan struktur-struktur dekat
panggul.1 Faktor resiko PRP antara lain hubungan
seksual pertama pada usia sangat muda, pasangan
lebih dari seorang, pemakai IUD, dan perokok.1-4
Keterlambatan diagnosis dan pengobatan dapat
berakibat terjadinya sekuele permanen seperti
infertilitas tuba. Keterlambatan diagnosis dan
pengobatan dapat berakibat terjadinya sekuele
permanen seperti infertilitas tuba.

Patofisiologi
Pada

PRP, saluran genital bagian atas


perempuan terinfeksi oleh penyebaran
langsung mikroorganisme yang berasal dari
vagina dan serviks. Serviks memproduksi
mukus yang biasanya melindungi
penyebaran secara upward, tetapi bakteria
dapat menembus mukus tersebut dan
menyebabkan penyebarluasan infeksi. 1,2

Epidemiologi
Di

Amerika Serikat PRP diderita oleh 10%


perempuan usia reproduktif. Sedikitnya 1 juta
perempuan mengalami suatu episode PRP
setiap tahunnya, dan 20% dari perempuan
tersebut membutuhkan penanganan rawat
inap. Penyakit ini mengakibatkan 2,5 juta
kunjungan dan 125.000-150.000 rawat inap
per tahunnya. 1

Mortalitas dan Morbiditas

Keterlambatan diagnosis dan pengobatan dapat


berakibat komplikasi irreversibel pada sistem
reproduksi seperti infertilitas tuba. Setiap
pengulangan episode PRP melipatgandakan resiko
infertilitas tuba. Perempuan dengan riwayat PRP
memiliki 7-10 kali lipat resiko mendapat kehamilan
ektopik (kehamilan tuba) dibandingkan dengan
perempuan tanpa riwayat PRP. Nyeri panggul kronik
dapat juga timbul bersama PRP dan terjadi pada
25-75% perempuan. 1-4

Aktivitas Seksual
PRP

merupakan infeksi saluran genital


perempuan.

Usia
PRP

dapat terjadi lebih sering pada remaja


(usia 15-19 tahun), tetapi dapat juga timbul
pada pasien yang aktif secara seksual.
Distribusi usia bervariasi sesuai dengan
lokasi geografi dan penyebab. Usia dini saat
hubungan seksual pertama kali juga
meningkatkan resiko PRP. 1,2,4

MANIFESTASI KLINIS

Anamnesis

Pasien datang dengan berbagai macam keluhan, mulai dari nyeri perut
bagian bawah hingga disuria. Terdapat hubungan langsung antara
insiden STD dengan PRP pada beberapa populasi..
Nyeri timbul pada lebih dari 90 % kasus yang terdokumentasi dan
merupakan keluhan yang paling sering muncul.

Umumnya nyeri bersifat tumpul, menyakitkan, dan terus-menerus, timbul


pada beberapa hari setelah haid terakhir dan cenderung lebih terasa saat
bergerak, beraktivitas, dan senggama.
Nyeri biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, dan bila menetap lebih dari 3
minggu kemungkinan menyingkirkan diagnosis PRP.

Keputihan yang abnormal, muncul pada 70% kasus


Perdarahan per vaginam yang tidak diketahui, terdapat pada 40%
kasus
Suhu tubuh lebih dari 38oC (30% kasus), mual, dan muntah timbul
kemudian

Pemeriksaan fisik

Sensitivitas pemeriksaan fisik hanya 60%. Center of Disease


Control and Prevention (CDC) merekomendasikan kriteria klinis
minimal untuk mendiagnosis PRP pada perempuan muda yang
aktif seksual yaitu adanya nyeri daerah uterus/adneksa atau
nyeri goyang portio.
Kriteria tambahan dapat dipakai untuk meningkatkan spesifitas
dari kriteria minimal:
Suhu tubuh melebihi 101oF (38,3oC)
Keputihan yang abnormal dari serviks atau vagina (mukopurulen)
Adanya leukosit pada secret vagina secara mikroskopik
Kenaikan laju endap darah
Kenaikan C-reactive protein (CRP)
Adanya infeksi serviks oleh Neisseria gonorrhoeae atau
Chlamydia trachomatis

Etiologi (1)

Pasien dengan resiko tinggi adalah perempuan muda berusia


kurang dari 25 tahun yang masih menstruasi, memiliki pasangan
seksual lebih dari satu, tidak menggunakan kontrasepsi, dan
tinggal di daerah dengan prevalensi STD yang tinggi. PRP juga
lebih sering terjadi di kalangan perempuan tidak menikah dan
individu yang melakukan hubungan seksual pertama saat usia
sangat muda. Pengguna IUD memiliki resiko relative 2.0-3.0
pada 4 bulan pertama pasca pemasangan, namun kemudian
menurun hingga nilai 0. Perempuan yang tidak aktif seksual
memiliki insiden sangat rendah mendapat infeksi saluran genital
atas, seperti juga perempuan yang menjalani sterilisasi tuba. 1

Etiologi (2)

C trachomatis: merupakan bakteri patogen intraselular dan organisme tersering penyebab


PRP. Secara klinis, infeksi oleh kuman ini menyebabkan servisitis mukopurulen.
Cytomegalovirus (CMV): CMV telah terbukti ditemukan di saluran genital atas perempuan
dengan PRP, memberi kesan adanya potensi CMV terhadap terjadinya PRP.
Mikroflora endogen: Pada infeksi iatrogenik, mikroflora endogen vagina mendominasi.
Gardnerella vaginalis
Haemophilus influenzae
Kuman enterik gram negatif (Escherichia coli)
Peptococcus species
Streptococcus agalactiae
Bacteroides fragilis: Kuman ini dapat menyebabkan destruksi tuba dan epitel.
Kehamilan: PRP jarang terjadi pada kehamilan.
N gonorrhoeae: Di Amerika Serikat peran kuman ini sebagai penyebab utama PRP sudah
berkurang.
Mycoplasma genitalium: M genitalium telah diketahui terdapat pada endometrium dan tuba
falopi perempuan penderita PRP.

DIAGNOSIS BANDING
Tumor

adneksa
Apendisitis
Kehamilan ektopik
Endometriosis

PENATALAKSANAAN

Pemeriksaan laboratorium

Kriteria tambahan yang mungkin diperlukan untuk meningkatkan


spesifisitas diagnosis adalah sebagai berikut.
Vaginal wet mount meningkatkan jumlah leukosit
Kenaikan laju endap darah (LED) tidak spesifik
Kenaikan C-reactive protein (CRP) tidak spesifik
Darah perifer lengkap kenaikan jumlah leukosit
Kultur kuman gonorrhea biasa digunakan untuk konfirmasi
diagnosis (sering negatif pada kondisi lanjut)
Kultur kuman klamidia biasa digunakan untuk konfirmasi
diagnosis (variabilitas yang lebar pada penyembuhan serviks, 556%)

Pemeriksaan pencitraan

Ultrasonografi transvaginal mungkin kurang bermanfaat untuk


menegakkan diagnosis PRP. USG transvaginal memiliki
sensitivitas (81%) dan spesifisitas (78%) yang rendah. Namun
pencitraan ini dapat dipakai untuk mendokumentasi adanya
massa pada adneksa atau menunjukkan tuba falopi yang terisi
penuh oleh cairan. 1,2
Meskipun spesifisitas (95%) dan sensitivitas (95%) MRI relatif
tinggi, namun biaya yang mahal menjadikan pemeriksaan ini
kurang diindikasikan pada PRP akut. MRI dapat menunjukkan
tuba yang menebal karena terisi penuh cairan dengan atau tanpa
cairan bebas pada panggul atau area tuba-ovarium. 1,2,4

Prosedur
Kuldosintesis:

Pemeriksaan ini menjadi


jarang dilakukan dengan adanya USG
transvaginal. Apabila USG tidak ada, caranya
adalah dengan melakukan penusukan pada
vagina menuju ke cul-de-sac menggunakan
jarum spinal ukuran 18. hasil yang diperoleh
adalah cairan purulen atau darah dari
peritoneum.

PENGOBATAN

Terapi medikamentosa (1)

Kebanyakan pasien saat ini ditatalaksana dengan rawat jalan, namun


dokter harus mempertimbangkan rawat inap untuk pasien dengan
kondisi sebagai berikut, meskipun belum ada data yang jelas yang
menyatakan bahwa rawat pasien tersebut cukup bermanfaat.

Diagnosis yang belum jelas


Abses panggul pada USG
Kehamilan
Gagal dengan pengobatan rawat jalan
Tidak dapat mentoleransi regimen per oral pada pengobatan rawat jalan
Penyakit yang parah atau mual muntah pada pasien rawat jalan
Imunodefisiensi (misalnya HIV dengan hitung CD4 rendah, mengkonsumsi
pengobatan imunosupresif)
Tidak ada perbaikan secara klinis setelah 72 jam pengobatan rawat jalan

Terapi medikamentosa (2)

Pasien rawat inap mendapat pengobatan sebagai berikut:

Regimen A: diberikan cefoksitin 2 g IV q6h atau cefotetan 2 g IV q12h +


doksisiklin 100 mg PO/IV q12h. Cefotetan saat ini sudah tidak beredar lagi di
Amerika Serikat. Lanjutkan regimen ini untuk 24 jam setelah pasien secara
klinis mendapat perbaikan, lalu mulai teruskan doksisiklin 100 mg PO bid
selama 14 hari. Pemberian doksisiklin bila mungkin PO, karena pemberian
melalui infus berakibat nyeri. Bioavailabilitas cara pemberian PO dan infus
tidak berbeda. Bila terdapat abses tuba-ovarium, gunakan klindamisin atau
metronidazol dengan doksisiklin untuk cakupan anaerob yang lebih efektif.
1,4
Regimen B: diberikan klindamisin 900 mg IV q8h + gentamisin 2 mg/kg
loading dose IV diikuti dengan dosis pemeliharaan 1,5 mg/kg q8h. Terapi IV
dapat dihentikan 24 jam pasca perbaikan secara klnis, dan terapi PO
dengan 100 mg bid doksisiklin harus diteruskan selama 14 hari. Bila
terdapat abses tuba-ovarium, gunakan klindamisin atau metronidazol
dengan doksisiklin untuk cakupan anaerob yang lebih efektif. 1,4

Terapi medikamentosa (3)

Pengobatan pada rawat jalan


Regimen A: diberikan ceftriakson 250 mg IM single dose +
doksisiklin 100 mg PO bid selama 14 hari, dengan atau
tampa metronidazol 500 mg PO bid selama 14 hari.
Metronidazol diberikan apabila terdapat bukti atau
kecurigaan adanya vaginitis atau instrumentasi ginekologis
dalam 2-3 minggu terakhir. 1
Regimen B: diberikan cefoksitn 2 g IM single dose dan
probenesid 1 g PO single dose, atau single dose generasi
ketiga sefalosporin (seftizoksim atau sefotaksim) +
doksisiklin 100 mg PO bid selama 14 hari dengan atau
tanpa metronidazol 500 mg bid selama 14 hari.
Metronidazol diberikan apabila terdapat bukti atau
kecurigaan adanya vaginitis atau instrumentasi ginekologis
dalam 2-3 minggu terakhir. 1

Terapi medikamentosa (4)

Pada April 2007, CDC meng-update petunjuk


penatalaksanaan infeksi gonokokal dan yang terkait.
Antibiotik fluorokuinolon sudah tidak direkomendasi
lagi
untuk
mengobati
gonorrhea
di
AS.
Rekomendasi ini berdasarkan analisis data baru
dari Gonococcal Isolate Surveillance Project (GISP)
yang
menyatakan
bahwa
proporsi
kasus
fluoroquinolone-resistant gonorrhea (QRNG) pada
laki-laki heteroseksual mencapai 6,7%, meningkat
11 kali dari 0,6 pada tahun 2001. 1

Terapi bedah

Kegunaan laparoskopi adalah memungkinkan


visualisasi panggul secara langsung. Diagnosis
akan lebih akurat bila dilakukan kultur. Namun
demikian, laparoskopi tidak selalu tersedia untuk
PRP akut. Sebagai tambahan prosedur ini cukup
mahal dan membutuhkan anastesi umum.
Pemeriksaan ini harus dilakukan apabila diagnosis
belum dapat ditegakkan. Tetapi, bila laparoskopi
dapat dikerjakan lebih awal, irigasi dan pemisahan
perlengketan dengan diseksi tumpul dapat
mencegah komplikasi lebih lanjut.

Diet
Pasien

sebaiknya tidak mengkonsumi


apapun melalui mulut ( nothing by mouth
NPO) bila diagnosis belum jelas atau bila
pasien direncanakan untuk operasi.

PENGOBATAN

Kategori obat : Antibiotik (1)


Terapi

harus dilakukan secara komprehensif


dan mencakup seluruh kuman patogen yang
dicurigai.

Kategori obat : Antibiotik (2)


Nama Obat

Seftriakson (Rocephin)

Deskripsi

Generasi ketiga sefalosporin dengan aktivitas berspektrum luas terhadap gram negatif.
Efektivitas rendah pada kuman gram positif dan efektivitas tinggi pada kuman
yang resisten. Menghentikan pertumbuhan bakteri dengan mengikat 1 atau lebih
protein pengikat penisilin.

Dosis dewasa

250 mg IM single dose

Dosis anak

50-75 mg/kg/hari IV/IM q12h; tidak melampaui 2g/hari

Kontraindikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Probenesid dapat menaikkan efektivitas, pemberian bersama dengan ethacrynic acid,


furosemid, atau aminoglikosida dapat meningkatkan nefrotoksisitas

Kehamilan

B resiko terhadap janin belum diuji coba pada manusia

Catatan

Sesuaikan dosisnya pada gangguan ginjal, hati-hati pada ibu menyusui dan pasien
dengan alergi penisilin

Kategori obat : Antibiotik (3)


Nama Obat

Cefoksitin (Mefoxin)

Deskripsi

Generasi kedua sefalosporin diindikasikan untuk infeksi bakteri kokus gram positif
dan kuman batang gram negatif. Infeksi oleh kuman gram negatif resisten
terhadap sefalosporin atau penisilin mungkin dapat berespon terhadap cefoksitin.

Dosis dewasa

2 g IV q6h

Dosis anak

80-160 mg/kg/hari IV dibagi q4-6h; dosis lebih tinggi sesuai beratnya infeksi, jangan
melampaui 12 g/hari

Kontraindikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Probenesid dapat menaikkan efektivitas, pemberian bersama aminoglikosida atau


furosemid dapat meningkatkan nefrotoksisitas (lakukan monitor fungsi ginjal
bila perlu)

Kehamilan

B Resiko tehadap janin belum diuji coba pada manusia

Catatan

Pertumbuhan bakteri atau jamur dapat timbul pada penggunaaan jangka panjang atau
berulang, hati-hati pada pasien dengan riwayat kolitis

Kategori obat : Antibiotik (4)


Nama Obat

Cefotetan (Cefotan)

Deskripsi

Generasi kedua sefalosporin diindikasikan untuk infeksi bakteri kokus gram positif
dan kuman batang gram negatif. Dosis dan cara pemberian tergantung keadaan
pasien, beratnya infeksi, dan kecurigaan organisme penyebab.

Dosis dewasa

2 g IV q12h

Dosis anak

20-40 mg/kg/dosis IV/Im q12h selama 5-10 hari

Kontraindikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Konsumsi alkohol dalam 72 jam dapat berakibat reaksi disulfiramlike, dapat


meningkatkan efek hipoprotombinemik antikoagulan, pemberian bersama
diuretik kuat atau aminoglikosida dapat meningkatkan nefrotoksisitas

Kehamilan

B resiko terhadap janin belum diuji coba pada manusia

Catatan

Turunkan dosis menjadi setengahnya bila bersihan kreatini 10-30 mL/min dan
seperempatnya bila bersihan kreatini <10 mL/min, pertumbuhan bakteri atau
jamur dapat timbul pada penggunaaan jangka panjang atau berulang

Kategori obat : Antibiotik (5)


Nama Obat

Doksisiklin (Vibramycin)

Deskripsi

Menghambat sintesis protein selanjutnya menghentikan pertembuhan bakteri dengan


mengikat subunit ribosom 30S atau juga 50S dari bakteri yang dicurigai

Dosis dewasa

100 mg PO/IV q12h

Dosis anak

<8 tahun : tidak direkomendasi


>8 tahun : 2-5 mg/kg/hari PO/IV qd atau dibagi bid, tidak melampaui 200 mg/hari

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, disfungsi hati berat

Interaksi obat

Bioavailabilitas menurun dengan antasid yang berisi aluminium, kalsium, magnesium,


besi atau bismuth subsalisilat; tetrasiklin dapat meningkatkan efek
hipoprotrombinemik antikoagulan; tetrasiklin dapat menurunkan efektivitas
kontrasepsi oral, menyebabkan perdarahan dan meningkatkan terjadinya
kehamilan

Kehamilan

D resiko terhadap janin sudah terbukti pada manusia, penggunaan hanya bila
manfaat jauh lebih besar dari efek terhadap janin

Catatan

Fotosensitivitas dapat timbul dengan adanya paparan terhadap sinar matahari atau
fasilitas tanning, turunkan dosis pada gangguan ginjal, pertimbangkan level obat
serum pada penggunaan jangka panjang, penggunaan tetrasiklin selama masa
pertumbuhan gigi (<8 tahun) dapat mengakibatkan diskolorisasi permanen;
sindrom Fanconi dapat timbul bila mengkonsumsi tetrasiklin kadaluarsa

Kategori obat : Antibiotik (6)


Nama Obat

Klindamisin (Cleocin)

Deskripsi

Linkosamid untuk pengobatan infeksi stafilokokus pada kulit dan jaringan lunak.
Efektif juga pada infeksi streptokokus aerob dan anaerob (keculai enterokokus).
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat disoasiasi dari peptidil
tRNA dari ribosom mengakibatkan terhentinya sintesis protein RNA-dependent

Dosis dewasa

900 mg IV q8h; bila diberikan dengan ofloksasin, 450 mg PO qid selama 14 hari

Dosis anak

8-20 mg/kg/hari PO sebagai hidroklorida dan 8-25 mg/kg/hari sebagai palmitat tid/qid
20-40 mg/kg/hari IV/IM tid/qid

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, enteritis, kolitis ulseratif, gangguan hati, kolitis terkait antibiotik

Interaksi obat

Meningkatkan durasi blokade neuromuskular akibat tubokurarin dan pankuronium;


eritromisin dapat berefek antagonis, antidiare dapat memperlambat penyerapan

Kehamilan

B- resiko terhadap janin belum diuji coba pada manusia

Catatan

Sesuaikan dosisnya pada disfungsi hati yang berat, tidak perlu penyesuaian pada
insufisiensi ginjal, berhabungan dengan beratnya kolitis dengan memungkinkan
pertumbuhan Clostridium difficile

Kategori obat : Antibiotik (7)


Nama Obat

Metronidazol (Flagyl)

Deskripsi

Antibiotik jenis cincin imidazol aktif terhadap beberapa bakteri anaerob dan protozoa. Digunakan
dalam kombinasi dengan antimikroba lain (kecuali untuk enterokolitis C. difficile

Dosis dewasa

Dosis awal : 15 mg/kg, atau 1 g untuk dewasa-70 kg, IV di atas 1 jam


Pemeliharaan : 6 jam setelah dosis awal, infus 7,5 mg/kg IV atau 500 mg untuk dewasa-70 kg, IV di
atas 1 jam, q6-8h; tidak melampaui 4 g/hari
Bila diberikan bersama ofloksasin PO: 500 mg PO bid selama 14 hari

Dosis anak

Diberikan sesuai dosis dewasa

Kontraindikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Dapat meningkatkan toksisitas antikoagulan, litium, dan fenitoin; simetidin dapat meningkatkan
toksisitas; reaksi disulfiraminlike dapat terjadi dengan etanol PO

Kehamilan

B resiko terhadap janin belum diuji coba pada manusia

Catatan

Sesuaikan dosis pada penyakit hati, awasi terjadinya kejang atau neuropati perifer

Kategori obat : Antibiotik (8)


Nama Obat

Gentamisin (Gentacidin, Garamycin)

Deskripsi

Antibiotik aminoglikosida untuk cakupan gram negatif. Digunakan dengan kombinasi agen cakupan gram
positif dan anaerob. Regimen dosis bervariasi. Penyesuaian dosis berdasarkan bersihan kreatinin dan
perubahan volume distribusi. Ikuti tiap regimen sekurang-kurangnya hingga melewati level drawn
pada dosis ketiga atau keempat (0,5 jam sebelum mendosiskan); dapat tercapai level p uncak 0,5 jam
setelah 30 menit pemberian per infus

Dosis dewasa

Dosis awal : 2 mg/kg IV/IM


Pemeliharaan : 1,5 mg/kg IV/IM q8h

Dosis anak

<5 tahun : 2,5 mg/kg dosis IV/IM q8h


>5 tahun : 1,5-2,5 mg/kg per dosis IV/IM q8h atau 6-7,5 mg/kg/hari dibagi q8h; tidak melampaui 300
mg/hari

Kontraindikasi

Hipersensitivitas; insufisiensi ginjal nondialysis-dependent

Interaksi obat

Pemberian bersama aminoglikosida lain, sefalosporin, penisilin dan amfoterisin B dapat meningkatkan
nefrotoksisitas, aminoglikosida menaikkan efek agen pemblok neuromuskular; sehingga depresi
pernafasan dapat terjadi lebih lama, pemberian bersama diuretik kuat dapat meningkatkan toksisitas
auditorik, kehilangan pendengaran irreversibel dengan berbagai variasi derajat dapat terjadi (awasi
lebih teratur)

Kehamilan

C resiko terhadap janin belum diuji coba pada manusia, namun telah diuji pada hewan, penggunaan hanya
bila manfaat jauh lebih besar dari resiko

Catatan

Indeks terapi yang sempit (tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang); hati-hati pada gagal ginjal
(tidak dalam dialisis), miastenia gravis, hipokalsemia, dan kondisi yang menurunkan transmisi
neuromuskular, sesuaikan dosis pada gangguan ginjal

Kategori obat : Antibiotik (9)


Nama Obat

Meropenem (Merrem)

Deskripsi

Antibiotik karbapenem berspektrum sangat luas yang menghambat pembentukan dinding sel. Efektif untuk
melawan hampir seluruh kuman gram positif dan negatif.

Dosis dewasa

1 g IV q8h

Dosis anak

40 mg/kg IV q8h

Kontraindikasi

Hipersensitivitas

Interaksi obat

Probenesid dapat menghambat ekskresi ginjal meropenem, meningkatkan level meropenem serum

Kehamilan

B resiko terhadap janin belum diuji coba pada manusia

Catatan

Kolitis pseudomembran dan trombositopenia dapat terjadi, diperlukan penghentian pengobatan segera

Kategori obat: agen urikosurik (1)


Menurunkan

bersihan beberapa jenis


antibiotik, sehingga meningkatkan level
dalam plasma.

Kategori obat: agen urikosurik (2)


Nama Obat

Probenesid

Deskripsi

Menghambat sekresi tubular dari penisilin dan meningkatkan level dalam plasma antibiotik
bagaimanapun cara pemberiannya. Adjuvan terapi penisilin, ampisilin, methisilin, oksasilin,
kloksasilin, atau nafsilin. Dua hingga empat kali peningkatan terjadi pada level plasma.

Dosis dewasa

1 g PO single dose

Dosis anak

<2 tahun : tidak direkomendasi


>2 tahun : belum ditentukan

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, diskrasia darah; batu ginjal asam urat; pemberian bersama ketorolac

Interaksi obat

Salisilat dosis tinggi dan nitrofurantoin dapat menurunkan efek; meningkatkan level/toksisitas
metrotreksat, antibiotik beta laktam, asiklovir, tiopental, klofibrat, difilin, asam pantotenat,
ketorolac, benzodiazepin, rifampin, sulfonamid, dapson, zidovudin, sulfonilurea

Kehamilan

B resiko terhadap janin belum diuji coba pada manusia

Catatan

Melewati sawar plasenta, hati-hati pada riwayat tukak peptik

TINDAK LANJUT

Lanjutan penatalaksanaan
pasien rawat jalan
Sebagian

besar pasien berespon secara


klinis dalam 48-72 jam pasca terapi
medikamentosa. Bila pasien tetap mengalami
demam, nyeri pada daerah uterus dan
adneksa, dan nyeri goyang portio positif,
pertimbangkan penyebab yang lain dan
laparoskopi diagnostik.

Lanjutan penatalaksanaan
pasien rawat inap

Lakukan pemeriksaan follow up dalam 48-72 jam


pasca terapi rawat jalan untuk meyakinkan
perbaikan klinis. Bila pasien tetap mengalami
demam, nyeri pada daerah uterus dan adneksa, dan
nyeri goyang portio positif, pertimbangkan
pengobatan rawat inap.
Pasangan seksual laki-laki perempuan dengan PRP
harus dilakukan pemeriksaan dan diobati apabila
terjadi kontak seksual dengan pasien dalam 60 hari
sebelum gejala pada pasien timbul.

Pencegahan

Uji RCT menyarankan dengan mencegah infeksi


klamidia akan menurunkan insiden PRP. Cara lain
untuk mencegah PRP dan STD termasuk
mengurangi pasangan seksual, meenghindari
praktek seksual tidak aman, dan menggunakan
kondom dengan spermisida. Penggunaan barier
mekanis dengan spermisida juga menurunkan
resiko mendapat STD.
Penjelasan pada pasangan perempuan dari laki-laki
yang terinfeksi C.trachomatis sangat dianjurkan.

Komplikasi
Abses

tuba-ovarium adalah komplikasi


terberat pada PRP akut, dan terjadi hingga
15-30% perempuan dan memerlukan
pengobatan rawat inap. 1

Prognosis

Terapi menggunakan monoterapi antibiotik berhasil pada 33-75


kasus. Bila terapi bedah dapat dilakukan, tren saat ini adalah
konservasi fungsi reproduksi dengan drainase, adesiolisis, dan
irigasi berulang atau adneksektomi unilateral, bila mungkin.
Terapi bedah selanjutnya diperlukan pada 15-20% kasus. 1
Nyeri panggul kronik timbul pada 25% pasien dengan riwayat
PRP. Nyeri tersebut dipikirkan berhubungan dengan perubahan
siklus menstruasi. Namun demikian dapat juga terjadi akibat
adesi atau hidrosalping. 1,2,4
Gangguan fertilitas menjadi perhatian utama pada perempuan
dengan riwayat PRP. Kehamilan ektopik adalah akibat langsung
kerusakan pada tuba falopi.

Edukasi
Menyuruh

pasien untuk menghindari


kebiasaan seksual beresiko tinggi
Memotivasi tes skrinning pada perempuan
yang beresiko
Meyakinkan partner seksual laki-laki untuk
melakukan evaluasi dan pengobatan
Menjelaskan kepada pasien mengenai
praktek seksual yang aman

DAFTAR PUSTAKA

Hill JB. Pelvic Inflammatory Disease. December 2007.


Diunduh dari
http://www.emedicine.com/med/topic3221.htm. pada 3
Mei 2008.
Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novaks Gynecology.
Maryland: William & Wilkins, 1996.
Penyakit Radang Panggul. Dalam : Mansjoer A, Triyanti
K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, editor. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius, 2000. hal. 267-70.
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor.
Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1994.

Anda mungkin juga menyukai