Tujuan Pembelajaran
Hidung & Tenggorokan
1.
2.
5.
Klasifikasi
6.
Patofisiologi
7.
Manifestasi Klinis
8.
9.
Tatalaksana
10.
Anatomi
Fisiologi
4.
Etiologi
ANATOMI
HIDUNG & TENGGOROKAN
Cavum Nasi
Sinus Paranasalis
1.
Sinus maksilaris
2.
Sinus frontalis
3.
Sinus ethmoidalis
4.
Sinus sphenoidalis
Sinus Maksila
Terbesar, piramid
Sinus Frontal
Sinus Ethmoid
Batas-batasnya:
- Lateral : lamina papirasea (mata)
- Superior : lamina kribosa
- Posterior : m. sinus sphenoid
Sinus Sphenoid
Batas-batas :
- Superior : fossa cerebri media
- Inferior : atap nasofaring
- Lateral : sinus cavernosus & a. carotis interna
- Posterior : pons / fossa cerebri posterior
Faring
1.
2.
3.
Laring
FISIOLOGI
HIDUNG & TENGGOROKAN
1. Sel reseptor
olfaktorius
2. Sel pununjang
3. Sel basal
Proses Penciuman
Udara
inspirasi
Larut dalam
mukus
terikat oleh
protein )
mengaktiva
si enzim
Adenyl
Siklase
menghantar
sinyal listrik
ke
glomeruli
(bulbus
olfaktorius)
Depolarisasi
potensial
aksi
membuka
saluran ion
Na+
mempercep
at konversi
ATP kepada
cAMP
akson
mengadaka
n kontak
dengan
dendrit selsel mitral
menghantar
sinyal ke korteks
piriformis (area
untuk
mengidentifikasi
bau)
ETIOLOGI RHINITIS
Rhinitis Alergi
Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
A.Immediate Phase Allergic Reaction,berlangsung sejak
kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.
B.Late Phase Allergic Reaction,reaksi yang berlangsung
pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam
setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga
24 jam.
Sekunder,reaksi
yang
terjadi
spesifik,
yang
kedua
system
terebut,
jika
antigen
berhasil
dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada,
karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka
berlanjut ke respon tersier.
c.Respon Tersier,reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.
diketahui,
diduga
akibat
gangguankeseimbangan
yang
menekan
dan
menghambat
kerja
saraf
2.Rinitis Medikamentosa
Akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes
hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama
dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan
hidung
yang
disebabkan
menetap.Dapat
oleh
dikatakan
pemakaian
berlebihan(Drug Abuse).
obat
hal
ini
yang
3.RhinitisAtrof
Beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya
seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies
Klebsiella, yang seringKlebsiella ozanae,kemudian
stafilokok,
sreptokok,Pseudomonas
aeruginosa,
KLASIFIKASI RHINITIS
Klasifikasi Rhinitis
Berdasarkan :
1.
Gejala
2.
Beratnya Gejala
3.
Sifat Berlangsungnya
1. Gejala
a)
b)
b)
b)
2. Beratnya Gejala
a)
b)
Gangguan Tidur
b)
GangguanAktivitas Harian
c)
3. Sifat Berlangsungnya
a)
b)
PATOFISIOLOGI RHINITIS
Perbedaan Kondisi
Normal & Rhinitis
Patogenesis
Alergen
masuk
Rhinitis
Respon
involunti
r
Sekresi
mukus
Infeksi
Vasodilat
asi area
nasal
GEJALA RINORE
A.
B. Rinitis Kronis
Rinitis Alergi (RA)
Gejala: rinore encer, gatal hidung, bersinbersin yang sering, hidung buntu.
Pembagian:
Sedang-berat : ganguan tidur, gangguan aktivitas seharihari, berolah raga, pekerjaan dan sekolah dirasakan sangat
mengganggu
Gejala klinis:
Hidung tersumbat,
allergic Crease
Allergic salute
allergic shiner
Rinosinusitis
KELAINAN PENGHIDU
Gangguan bersifat konduktif atau sensorineural.
Konduktif :
1.
2.
3.
4.
Sensorineural
1.
2.
3.
Gangguan endokrin
4.
Trauma kepala
5.
6.
7.
Sekret Mukopurulen
Reaksi radang ditandai dengan edema
pada KOM
Mukosa yang berhadapan saling bertemu
Silia tidak dapat bergerak & ostium
tersumbat
Akumulasi sekret
Media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri, sekret mukopurulen
Reaksi
inflamasi
Peningkata
n produksi
lendir yang
berlebihan
Post nasal
drip
Post nasal
drip
Mengandun
g bakteri
Faring
hiperemis &
bergranul
DIAGNOSIS KERJA
Anamnesis :
Pemeriksaan Jasmani :
1.
Sakit kepala
1.
2.
2.
Konka edema
3.
Hidung tersumbat
3.
Hiperemis
4.
Banyak menghasilkan
ingus atau mukus
4.
Secret mukopurulen
5.
Suara sengau
5.
6.
Demam
6.
7.
Sakit gigi
DIAGNOSIS BANDING
Rhinosinusit Sinusitis
Simptom
is
akut
Ada, tidak
Nyeri
terlalu
wajah
dominan
Ada, berat
Common
Migrai
Rinitis alergi
cold
ISPA bakteri
n
Jarang
Tidak ada
Waktu
Lebih dari 12
Tidak pasti,
minggu,
kambuh bila
biasanya 10 - 14 hari,
terpajan
hilang timbul <4minggu pajanan alergen 7-10 hari
Sekret
Kental, tebal,
banyak,
Kental,
putih-kuningputihhijau
kuning-hijau
Ada karena
Ada karena
sekret
Post
sekret sangat
sangat
nasal dip
kental
kental
Tidak ada
Kadang
10-14 hari
Bervari
asi
Agak
encer,
bening
-putih
Jarang
Jarang
Ada
Tidak
ada
Encer, tipis,
bening
Demam
Kadang
Ada
Tidak ada
Kadang
Ada
Batuk
Kronik
Kronik
Kadang
Ada
Ada
Kadang
Tidak
ada
TATALAKSANA RHINITIS
PENATALAKSANAAN RHINITIS
ALERGI
* Tatalaksana
Rhinitis Alergi
menurut WHO,
ARIA 2001(dewasa)
intermiten
ringan
Presisten/menetap
Sedang/berat
AH oral/topikal
Atau
AH +
dekongestan
oral
ringan
AH
oral/topikal,
arau
AH +
dekongestan
oral, atau
KS topikal
Gejala presisten
Sedang/berat
th gagal: maju 1
langkah
th berhasil: lanjutkan 1
bulan
Presisten/menetap
ringan
Sedang/berat
KS
Evaluasi setelah 2-4 minggu topikal
Tidak
ada
- Salah diagnosis
th mundur 1
- Nilai kepatuhan
langkah , diteruskan
pasien
untuk 1 bulan
- Komplikasi
- Faktor kelainan
anatomis
Gatal
Sumbatan
KS topikal
Rinore
hidung
hidung
ditingkatka
menetap
n
Ipratropiu
KS topikal
Dekongestan (3-5
m bromida
+ AH
hari)
membaik
Konkoto
mi
PENATALAKSANAAN
RHINOSINUSITIS
2. Mencegah komplikasi
Tindakan Operasi
Komplikasi Rhinitis
Alergi
Sinusitis infektif
Sinusitis Infektif
Sering didiagnosis
bersamaan dengan
rhinitis -> Rhinosinusitis
Gejala:
Tergantung pada
lokasi infeksi,
terdapat rasa tidak
nyaman
Kepala sakit dan
suara sengau
Hidung tersumbat
Penurunan Kualitas
Hidup
Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
Paulsen, Friedrich. 2010. Sobotta 23rd Edition. Jakarta.
Buku Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2010. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke
Sistem 6th Edition. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Longo, Dan. 2010. Harrisons Principles of Internal
Medicine. USA. The McGraw-Hill Companies, Inc.