Anda di halaman 1dari 20

Assalamualaikum

Selamat Pagi
Salam Sejahtera

Kelompok 2
Nada Soraya
Putri
Raudya Tuz Zahra
Rike Pujiarti
Zamiyati Waheni

Obat Susunan Saraf Otonom

Yang akan dibahas

Pengertian

Penggolongan

Indikasi

Kontra
Indikasi

Mekanisme
Kerja

Efek Samping

Apa itu saraf otonom ???


Sistem Saraf

Susunan Saraf Perifer


Saraf aferen

Susunan Saraf Pusat


Saraf eferen

Saraf Otonom
(otot polos)
Parasimpatis (SP)
(kolinergis)

Saraf Motoris
(otot lurik)

Ortosimpatis (SO)
(adrenergis)

Susunan Saraf Otonom = Susunan saraf vegetatif


Saraf-saraf

ganglia = simpul saraf

Yang tersebar luas diseluruh tubuh seperti lambung, pembuluh


darah jantung, usus, kelenjar keringat dan sebagainya. Susunan
saraf otonom bekerja menurut aturannya sendiri (otonom / tidak
kita sadari.

Fungsinya antara lain :

Mengatur secara otomatis keadaan atau keseimbangan


fisiologi organisme seperti suhu badan, tekanan dan
peredaran darah, serta pernapasan

Saraf simpatis (adrenergik)


Saraf otonom
Saraf parasimpatis (kolinergik)

Yang bekerja secara antagonis, bila salah satu sistem


menghambat fungsi tertentu yang lain justru menstimulasi.
Contoh perangsangan saraf simpatis pada pembuluh darah arteri
akan menyebabkan vasokontiksi, sedangkan perangsangan saraf
parasimpatis akan menyebabkan vasodiloatasi arteri

Penerusan impuls pada saraf otonom


Pada saraf otonom, impuls disalurkan ke organ tujuan secara tidak
langsung.
Saraf otonom terkumpul dibeberapa tempat di sel-sel ganglion
(kumpulan sel-sel saraf diluar SSP), dimana terdapat sinaps (celah
diiantara 2 neuron).
ganglia
SSP
preganglioner

postganglioner

Organ ujung / efektor

Neuron/saraf preganglioner yaitu saraf yang meneruskan impuls dari


SSP ke ganglia.
Neuron postganglioner yaitu saraf antara ganglia dan organ ujung /
efektor.
Impuls dari SSP dalam sinaps diteruskan dari satu neuron ke neuron
lain secara kimiawi melalui neurotransmitter / neurohormon.

Obat-obat Otonom

Merupakan obat-obat yang dapat mempengaruhi


penerusan impuls dalam SSO dengan jalan menuju
sintesa, penimbunan, pembebasan, dan penguraian
neurotransmiter atau mempengaruhi kerja
neurotransmiter terhadap reseptor khusus. Akibatnya
adalah dipengaruhinya fungsi organ seperti otot polos,
jantung, dan kelenjar

Penggolongan obat otonom menurut khasiat


1. Zat zat yang bekerja terhadap saraf simpatis
Simpatomimetika (adrenergika)
Simpatolitika (adrenolitika)
2. Zat zat yang bekerja terhadap saraf parasimpatis
Parasimpatomimetika (kolinergika)
Parasimpatolitika (antikolinergika)
3. Zat-zat perintang ganglion

Adrenergika (simpatomimetika)
Adrenergika dibagi dua kelompok menurut titik kerjanya,
yaitu reseptor alfa () dan reseptor beta (). Perbedaan kedua
reseptor didasarkan pada kepekaan terhadap adrenalin, noradrenalin
(NA) dan isoprenalin / isoproterenol.
Reseptor lebih peka terhadap NA
Reseptor lebih peka terhadap isoprenalin

Berdasarkan efek fisiologinya, reseptor & dibagi menjadi sub


tipe : alfa-1 & alfa-2 ; beta-1 & beta-2.
Stimulasi/aktivasi masing-masing reseptor menghasilkan efek,
seperti :
alfa-1 : menimbulkan vasokontriksi otot polos (kecuali otot
polos usus : vasodilatasi) dan menstimulasi sel-sel kelenjar
(meningkatkan sekresi liur dan keringat).
Alfa-2 : menghambat pelepasan NA pada saraf saraf
adrenergik dengan turunnya tekanan darah, mungkin juga
pelepasan Ach pada saraf kolinergis pada usus terhambat
sehingga turunnya periltastik
Beta-1 : memperkuat daya dan kontraksi otot jantung (efek
inotrop dan kronotrop)
Beta-2 : bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan
lemak.

Lokasi reseptor ini umumnya adalah :


Alfa-1 dan beta-1 pada postsinapsis, artinya lewat sinaps di
organ efektor
Alfa-2 dan beta-2 pada presinapsis dan ekstrasinaps antara lain
di kulit otak, rahim dan pelat pelat darah (trombosit).

Pengolongan adrenergika
Adrenergika dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
Zat-zat yang bekerja langsung pada reseptor organ
tujuan (adrenalin, NA, isoprenalin), efedrin dan dopamin
bekerja langsung & tak langsung.
Zat-zat yang bekerja tidak langsung, yaitu dengan cara
merangsang pengeluaran NA dari tempat penyimpanannya
(di ujung saraf adrenergik/simpatik),contoh : efedrin,
amfetamin, guanetidin,dan reserpin.

Penggunaan adrenergika
1. Pada shock guna memperkuat kerja jantung (beta-1) dan
melawan hipotensi (alfa-1), contoh : adrenalin dan
noradrenalin(NA)
2. asma untuk broncodilatasi (beta-2), contoh : salbutamol dan
turunannya, adrenalin dan efedrin
3. Pada hipertensi , menurunkan ketahanan perifer & dinding
pembuluh dg memblok pelepasan NA (alfa-2) & alfa-1.
contoh : propranolol
4. Sebagai vasodilator perifer (beta-2) di betis, contoh :
buflomedil pd penyakit claudicatio intermittens
5. Pada pilek guna menciutkan mukosa yang bengkak (alfa),
contoh : turunan imidazol, efedrin dan adrenalin
6. Sebagai midriatikum guna melebarkan pupil (alfa), contoh :
fenilefrin dan nafazolin
7. Pada obesitas yaiu untuk menekan nafsu makan, contoh :
fenfluramin dan mazindol
8. Pada nyeri haid & menghambat kontraksi untuk relaksasi otot
rahim (beta-2), contoh : ritodrin

Efek samping adrenergika


1. Pada dosis biasa, adrenergika menimbulkan efek samping pada
jantung dan SSP yaitu jantung berdebar,nyeri kepala, gelisah dsb.
Untuk itu perlu hati-hati jika diberikan pada penderita yang
mengindap infark jantung , hipertensi dan hipertirosis.
2. Tachyfylaxis, bila digunakan lama. Efek ini semacam resistensi yang
terjadi jika diberikan berulang pada waktu yang singkat. Contoh :
efedrin & adrenergik kerja tak langsung karena habisnya cadangan
NA.

Adrenolitika / simpatolitika
Dikelompokkan menjadi tiga :
1. Alfa blockers
- zat yang memblokir reseptor alfa yang banyak terdapat pada
otot polos pembuluh (khususnya pembuluh kulit & mukosa).
- efek utamanya adalah vasodilatasi perifer.

- ada tiga jenis alfa blockers :


1. Alfa blockers tidak selektif
contoh : fentolamin untuk hipertensi & disfungsi ereksi.
2. Alfa-1 blockers selektif
contoh : derv. Quinazolin (prazosin, terazozin, tamsulosin)
serta urapidil untuk hipertensi dan hiperplasia prostat.
3. Alfa-2 blockers selektif
contoh : yohimbin (aprodisiaca).

2.

Beta- blockers, banyak digunakan untuk antihipertensi,


dibagi 2 kelompok :
- Beta-1 blockers selektif
yaitu melawan efek stimulasi jantung oleh adrenalin & NA
(reseptor beta-1), contoh : atenolol dan metoprolol
- Beta blockers tidak selektif
juga berefek pada reseptor beta-2 (menghambat
bronchodilatasi), contoh : propranolol, alprenolol, dsb.

3. Penghambat neuron adrenergis


tidak menghambat reseptor adrenergis tapi menghambat
pelepasan catecholamin pada postganglioner dari saraf
adrenergis (s.simpatis), contoh : guanetidin (untuk terapi
glaukoma tertentu).

Anda mungkin juga menyukai